Jam menunjukkan pukul 13.30 dan seorang wanita paruh baya sedang kewalahan menenangkan cucu kesayangannya. Entah mengapa sejak pulang sekolah pria kecil itu selalu merengek ingin bertemu dengan mamanya.
“Gimana ceritanya sih, Min ,,, kok si Sheno kayak gini.”
Tentu saja sang oma bingung, soalnya mama dari cucunya itu sudah berada dibalikpapan dibawah gundukan tanah sejak si Sheno berumur satu tahun dan Arbilha baru saja dilahirkan, yang artinya sudah empat tahun. Dan pria kecil itu tak pernah sekalipun menanyakan keberadaan sang mama.
“Tadi saat aku mengambil tas sekolah, tiba-tiba den Sheno berlari dan pada saat yang bersamaan sebuah mobil hampir menabraknya. Untung mbak itu bawa mobilnya gak kencang jadi den Sheno selamat dari bahaya.”
“Lalu panggilan mama dari mana ?”
“Entahlah, Nya ,,, ketika gadis itu keluar untuk melihat keadaan den Sheno dari situlah den Sheno berteriak memanggil mama pada gadis itu.” Cerita Mina apa adanya.
“Cantik gak, Min ?” Si oma tersenyum lebar.
“Cantik, Nya tapi masih muda pake banget.”
“Justru itu yang oke punya, Min ,,, biar si Sheno punya banyak adik.” Oma Kalisha terkekeh membayangkan putranya akan segera menikah.
Astaga si oma ternyata kacau juga. Sudah berani membayangkan pernikahan putranya padahal ia belum tahu apakah gadis tersebut bisa meruntuhkan benteng pertahanan putranya walaupun sang cucu kesayangan sudah menyukai gadis yang belum diketahui keberadaannya.
“Kamu tahu orangnya, Min ?”
“Enggak, Nya ,,, liatnya aja baru pagi tadi.”
Bocah kecil itu semakin merengek mendengar jawaban pengasuhnya. Jalan satu-satunya adalah menelepon pawang cucunya agar segera pulang. Oma Kalish sudah kehabisan akal membujuk pria kecil itu.
“Halo ma ,,, ada apa ?”
“Pulang sekarang ! Anakmu menangis sejak pulang sekolah.”
“Lho, kok bisa ma ? Apa Sheno sakit ?”
Terdengar nada khawatir dari suara seorang pria yang bisa dipastikan adalah papa dari pria kecil itu. Abimana memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Pekerjaannya masih banyak namun ia tak bisa mengabaikan putranya yang kata sang mama sedang menangis. Dengan menarik napas panjang, Abimana membereskan meja kerjanya.
“Dam, handle rapat siang nanti, aku harus pulang. Si Sheno menangis.”
Adam menatap prihatin sahabatnya yang berbicara sambil berjalan. Duda dua anak itu terlalu keras kepala ingin mengurus sendiri putra putrinya. Sejak kepergian istrinya empat tahun lalu, pria itu tak berniat untuk menikah lagi padahal istrinya tak mungkin bisa kembali.
Suara tangis Sheno terdengar hingga di pintu utama rumah besar tersebut. Abimana mempercepat langkahnya. Tak biasanya anak itu menangis, sebagai seorang kakak walaupun usianya masih lima tahun namun putranya itu terlalu mandiri dibandingkan anak seusianya.
“Hei, laki-laki gak boleh cengeng apalagi sampai nangis seperti ini. Malu sama mbaknya.” Abimana memeluk putranya.
Duda tampan itu berusaha membujuk putranya agar berhenti menangis dan berbicara yang jelas. Ia berharap agar putranya tak dibullying di sekolah karena jika hal itu terjadi maka ia akan memberikan pelajaran bagi siapa saja yang membully putranya.
Alhasil pria kecil itu diam walaupun masih meninggalkan ssisa-sisa isak tangisan. Abimana menangkup wajah putra sulungnya dan menatap lekat-lekat bola mata bening pria kecilnya.
“Sekarang, katakan pada ayah, kenapa menangis ,,, hmmm?” Dengan penuh kelembutan Abimana mulai menginterogasi anak kesayangannya. Sementara oma menatapnya sambil menahan senyum.
‘Kali ini kamu gak bisa lagi mengelak Abimana.’ Batin Sita tersenyum penuh arti.
“Mama jahat, ayah ,,, hiks hiks hiks.”
Mata Abimana membola tak menyangka jawaban anak kecil itu. Seingat Abimana, Arsheno dan Arbilha tak pernah sekalipun mengucapkan kata mama. Ia berbalik menatap tajam pengasuh putranya.
Tak ingin berlama-lama diberikan tatapan tajam, Mina memilih bercerita dengan apa yang terjadi pagi tadi. Hanya dengan satu tarikan napas Mina menyelesaikan ceritanya.
“Seperti itu pak kejadiannya.” Ucap Mina mengakhiri ceritanya.
Abimana mengusap kasar wajahnya. Untuk pertama kalinya pria kecil ini membuatnya pusing tujuh keliling. Tidak mungkin baginya asal menikahi wanita diluar sana. Hati Abimana seolah tercabik-cabik mendengar permintaan putranya. Dalam setiap hembusan napasnya hanya ada nama almarhumah sang istri. Mampukah ia menikah tanpa rasa cinta ? Bagaimana bisa hidup dengan seseorang sementara ia hanya bisa bernafas karena cintanya pada sang istri.
“Ayah janji akan mencarikan mama buat Sheno dan Ilha . Ok ?” Tak ada jalan lain bagi Abimana selain berjanji. Entah akan menemukan dimana gadis yang dimaksud oleh putranya.
“Sheno mau mama yang tadi, Yah ,,,”
Nah lho, pusing kan ? Anaknya hanya ingin gadis yang dilihatnya pagi tadi tapi siapa dan dimana akan ditemukan gadis itu.
“Ma, gimana ini ,,, masa aku harus mencari gadis yang belum pernah terlihat wujudnya ?” Abimana frustrasi dengan permintaan anaknya.
“Mana mama tahu, Yang ngantar kan si Mina, jadi hanya Mina dan Sheno yang melihatnya.”
Oma Kalisha pun tak bisa berbuat banyak. Sejak dulu ia sudah meminta putranya untuk menikah lagi lagipula suatu saat cucunya itu pasti merindukan kehadiran seorang ibu. Tapi dasar penghuni kutub utara tak pernah mendengar saran sang mama.
“Mina juga gak liat terlalu jelas, pak karena sibuk menenangkan den Sheno. Tapi orangnya masih muda dan cantik.”
Oma Kalisha terkikik geli mendengar ucapan pengasuh cucunya. Diluar sana banyak gadis muda dan cantik, jaman sekarang semua gadis cantik-cantik walaupun sulit membedakan cantik yang asli dan hasil operasi.
“Kamu semakin membuatku pusing, Mina. Ada gak ciri-ciri yang mudah dikenali, mobil misalnya.” Abimana pun tak kehabisan akal agar ingatan Mina sedikit normal.
Mina dengan kelemahannya pada ingatan terkadang membuat Abimana kesal sendiri. Ingin memarahi tapi takut Mina kabur pasalnya hanya wanita itu yang disukai ololeSheno dan Arbilha.
“Gak ada, pak. Maaf ,,,”
“ Gak usah minta maaf, Mina ,,, kamu gak ada salah sedikitpun.”
“Anak pintar, sekarang berhenti nangis, ya ,,, papa akan cari gadis itu untuk Sheno dan adik.” Abimana membelai lembut kepala mungil milik Arsheno. Pria kecil namun terkadang bersikap dewasa.
“Beneran, Yah ,,, hore akhirnya Sheno akan punya mama seperti teman-teman disekolah.”
Pria kecil itu terlihat sangat bahagia mendengar kata-kata ayahnya. Tangisannya pun berhenti berganti dengan senyuman manis khas anak-anak. Dibalik kegembiraan Sheno ada kegundahan yang dirasakan oleh duda tampan itu.
‘Dimana aku temukan gadis itu ? Kalaupun ditemukan apa mau dia menikah dengan seorang duda sepertiku ? Apa bisa menyayangi anak-anakku ? Bagaimana bisa aku menikah untuk kedua kalinya tanpa cinta ? Masa iya, kisahku setragis ini ?’ Batin Abimana bermonolog.
“Jangan banyak pikiran, temukan aja dulu gadis itu. Soal cinta atau enggaknya biarkan waktu yang berbicara.” Sang mama terlihat tenang dan santai saat berbicara.
Bisa-bisanya wanita paruh baya itu menikahkan putranya tanpa cinta. Dan lihatlah dengan entengnya mengatakan jika cinta akan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Bagaimana bisa Abimana mengalihkan cintanya pada wanita lain selain almarhumah Sheila. Bahkan hingga detik ini rasa cinta untuk sang istri masih begitu besar dan mendalam.
🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
kenapa gak coba cek cctv tuan Abi, biasanya depan sekolah itu selalu dipasang cctv kan.. cek kejadian di hari saat Sheno hampir tertabrak
2024-05-24
1
susi 2020
😘😘😘
2023-06-25
0
susi 2020
😍😍🥰
2023-06-25
0