Jika Arditha sedang terjebak dengan Arsheno maka mama Sherly kini sedang terlibat pembicaraan dengan teman sekolahnya. Entah apa yang merasuki mama Sherly sehingga begitu tertarik dan mendukung ide temannya itu. Padahal ia sangat mengenal bagaimana pendapat putrinya tentang perjodohan.
“Jadi kapan kita akan mempertemukan mereka ?”
“Jangan terburu-buru Rani, biarkan aku membujuk putriku terlebih dahulu. Kamu juga harus membicarakan dengan mantan menantumu dan keluarganya.” Walaupun mama Sherly setuju namun tetap saja ada keraguan dalam hatinya mengingat putrinya kemungkinan besar akan menolaknya.
“Kedua besanku pasti gak ada masalah, mereka pasti menyetujui rencanaku. Hanya saja Abimana terlalu sibuk.” Rani pun sebenarnya ragu karena Abimana sangat mencintai almarhumah putri sulungnya, tapi tak ada salahnya kan dicoba.
“Nah, itu yang perlu dan harus kita pikirkan dengan matang. Aku gak mau putriku menaruh curiga.”
“Kita saling berkabar-kabar saja, jika memungkinkan kami akan langsung berkunjung ke rumahmu, tentunya jikalau putrimu ada di rumah.” Rani memang terlalu bersemangat ingin segera menikahkan mantan menantunya. Hatinya sangat sedih melihat kedua cucunya tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu.
Melihat keceriaan putri temannya memantapkan hati Rani untuk menjodohkannya dengan Abimana yang hingga kini belum ada niat untuk mengakhiri masa dudanya. Entah mengapa Rani memiliki keyakinan besar jika gadis muda itu bisa menghancurkan benteng hati suami almarhumah putri sulungnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.15, Rani dan mama Sherly memutuskan untuk pulang. Kali ini Rani mengantar temannya itu agar bisa mengetahui alamatnya sehingga ketika akan berkunjung tak perlu lagi meminta alamat.
“Kita pulang bareng, “
“Apa gak merepotkan ? Aku biasa kok naik taksi online.” Mama Sherly merasa tak enak hati jika harus diantar walaupun yang mengemudi adalah supir Rani namun tetap saja merepotkan orang lain.
“Siapa yang repot ? Toh ke depannya kita adalah keluarga.” Rani terkekeh dengan ucapannya sendiri. Ia terlalu yakin dengan rencananya.
Rani menggandeng tangan mama Sherly keluar mall dan langsung memasuki sebuah mobil mewah yang telah menunggu mereka. Mama Sherly kemudian menyebutkan alamatnya ketika mobil mewah tersebut keluar dari area mall XXX.
“Jalan Melati nomor XY ya, pak,”
“Baik bu.” Supir tersebut melajukan mobil menuju alamat yang disebutkan teman majikannya.
Cerita-cerita ringan diantara mereka kembali terdengar diselingi canda tawa keduanya. Suasana akrab sangat terlihat antara kedua wanita yang sudah tak muda lagi. Sangat jelas jika dimasa lalu mereka sangat akrab walau tak bisa dikatakan sebagai sahabat.
Hingga akhirnya mobil yang mereka tumpangi tiba di depan sebuah rumah bergaya minimalis dengan halaman yang cukup luas.
“Aku gak usah mampir ya, kebur sore.” Rani memang hanya ingin mengetahui dengan pasti alamat teman lamanya.
“Ya sudah, hati-hati di jalan. Assalamualaikum, “
“Waalaikumsalam, “.
Mobil mewah itu kemudian melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan mama Sherly yang terus menatap mobil tersebut hingga menghilang dari pandangannya. Mama Sherly lalu membuka pagar dan bergegas masuk ke dalam rumah. Setelah membersihkan diri, mama Sherly beristirahat sejenak sambil menonton televisi.
Hingga jam menunjukkan waktu pulang kantor, mama Sherly ke,Bali ke dapur menyiapkan cemilan untuk kedua buah hatinya. Kebiasaan mama Sherly selalu menyusahkan cemilan saat kedua anaknya pulang kantor sambil berbincang-bincang sejenak tentang berbagai hal. Setiap hari ketiganya tak pernah kehabisan bahan cerita.
Tak lama setelah cemilan siap, terdengar deru mobil memasuki halaman rumah. Mama Sherly segera keluar menyambut putranya. Mama Sherly sudah sangat hapal suara mobil putra putrinya.
“Assalamualaikum, “ Sudah menjadi kebiasaan Kenan setiap kai masuk dan keluar rumah selalu memberi salam.
“Waalaikumsalam, “ Balas mama Sherly tersenyum.
“Ditha belum pulang ma ?!”
“Seperti yang Kamu lihat, saat ini hanya ada mama seorang.”
“Gimana nongki-nongkinya tadi, ma ?!” Kenan tak dapat menguasai rasa penasarannya. Pasalnya baru kali ini sang mama keluar untuk bertemu dengan teman sekolahnya. Selama ini hanya teman arisan yang selalu mama Sherly temani ngumpul bareng.
“Yah, gitu deh, namanya juga teman lama banyak yang kita bicarakan. “ Mama Sherly belum menceritakan inti pertemuannya dengan Rani.
Kenan tak lagi bertanya lebih lanjut, ia memilih untuk menikmati cemilan hangat yang telah disiapkan oleh sang mama sambil menunggu kedatangan si bungsu yang belum juga kelihatan batang hidungnya.
Akhirnya yang ditunggu datang juga, suara mobilnya memasuki halaman rumah dan setelahnya terdengar suara memberi salam. Mama Sherly dan Kenan saling bertukar pandang kala mendengar suara anak kecil. Sontak saja keduanya menoleh ke arah gadis yang baru saja memasuki rumah.
“Anak siapa ini ?” Mama Sherly menatap pria kecil yang sedang bersama putrinya.
“Kamu gak nyulik anak orang, kan ?!” Kenan pun menatap pria kecil itu.
“Enak aja, justru sebaliknya aku lagi galau karena anak ini ngintilin aku terus bahkan ngotot ikut pulang denganku.”
“Lho, kok bisa ?! Orang tuanya kemana ?!”
“Mending abang tanya langsung sama anaknya, aku mandi dulu agar otaknya fresh dan bis diajak bekerjasama.”
“Sheno gak apa-apa kan, kakak tinggal sebentar ? Kakak harus mandi, gerah seharian gak ganti baju.” Arsheno hanya mengangguk menurut perkataan Arditha. Pria kecil itu kemudian duduk dengan tenang di sofa ruang keluarga seolah sedang berada di rumah sendiri.
Kenan terus menatap wajah Arsheno yang sepertinya cukup fasilitas menurutnya. Tatapan Kenan terus terpusat oalah wajah tampan nan menggemaskan yang sedang duduk dihadapannya. Ia berusaha mengingat wajah seseorang yang sangat mirip dengan bocah itu. Pada akhirnya Kenan menyerah, ia tak dapat mengingat satu nama pun.
“Kenapa om menatapku ?” Kenan terhenyak mendengar nada dingin dari anak yang baru pertama kali dilihatnya.
“Kok bisa sih manggil mama sam adeknya, om ?!”
“Karena dia mamaku,” Anak kecil ini terlalu yakin jika Arditha adalah mamanya. Seingat Kenan, mereka tak punya keluarga yang mirip dengan Arditha.
Boleh dikata wajah Arditha adalah limited edition. Hanya mereka sekeluarga yang memiliki wajah perpaduan Indonesia, Arab dan sedikit darah Spanyol.
Akhirnya Arditha pun turun dan bergabung dengan mereka. Arsheno tersenyum kala melihat kehadiran Arditha.
“Ma, Sheno juga pingin mandi.” Rengekan Arsheno membuat mama Sherly dan Kenan menganga tak percaya mendengar panggilan bocah itu.
“Kok bisa sih dek, dia memanggilmu mama ?!”
“Jangan tanya aku, bang karena akupun bingung dengan panggilannya padaku,”. Arditha masih memperlihatkan wajah frustasinya.
Maksud hati ingin melewati dan menikmati masa magangnya dengan damai namun siapa sangka jika takdirnya berkata lain. Bertemu dan dipanggil mama oleh anak kecil sungguh membuatnya merasa dirugikan. Beruntung tersisa kurang lebih dua minggu masa magangnya berakhir. Arditha tak sabar lagi menunggu waktu itu tiba.
Karena terus merengek ingin mandi, maka Arditha membawa Arsheno ke kamarnya untuk dimandikan. Arditha memiliki kaos yang rata-rata press body sehingga muat untuk tubuh Arsheno yang sedikit berisi. Salahkan ayahnya yang menyuruhnya membawa pulang putranya tanpa baju ganti.
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
itu mah modus pak duda biar nanti bisa datang buat jemput di sheno..lagian si Abi ini kok muna... hati tertarik tp akal membantah
2024-05-24
1
susi 2020
😘😘🙄🥰😍
2023-06-25
0
susi 2020
🙄🙄🥰😍
2023-06-25
0