Seorang gadis muda nan cantik masih tergolek dengan mata tertutup rapat kasur empuk miliknya. Walaupun sang mama sejak sejam yang lalu berteriak namun tak mampu mengembalikan kesadaran gadis muda itu.
“Gak usah teriak-teriak ma, kawinin aja supaya malasnya hilang. “ Kenan ikut melonggokkan kepalanya di kamar gadis cantik itu.
Kenan pria berusia 29 tahun, putra pertama yang merupakan abang gadis cantik itu sangat tahu kelemahan sang adik.
“Diih ,,, enak aja. Aku masih muda, bang ,,, apa kata dunia jika seorang Arditha Tunggadewi yang cantiknya paripurna gini menikah muda.”
Bener kan ? Hanya dengan perkataan sang abang, mampu membuat kesadaran gadis itu pulih seratus persen.
“Udah, gak usah debat. Cepat mandi dan sarapan sudah jam 06.15. Gak mau telat, kan ?”
Mendengar angka yang disebutkan sang mama sontak membuat Arditha bangun dan ngacir ke dalam kamar mandi. Sherly hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah putri bungsunya.
“Ck, mama sepertinya ingin melihat nilai anjlok deh. Masa jam segini baru dibangunkan.” Arditha bersungut-sungut di dalam kamar mandi.
Gak tahu aja gadis itu jika sang mama sudah konser sejak satu jam yang lalu. Yah, begitulah drama pagi setiap hari yang harus di lakon Sherly pada putri bungsunya yang masih berusia 20 tahun. Saat ini gadis muda itu tengah menempuh pendidikan di salah satu universitas bergengsi diibukota.
“Wiiiihh ,,, adik abang udah cantik nih. Gak keliatan lho kalau orangnya malas bangun pagi.” Ledek bang Kenan.
“Usahakan jangan selalu bangun telat, sayang ,,, gak baik seorang gadis bangun kesiangan.” Timpal Sherly lembut.
“Bener dek. Konon ceritanya jika seorang gadis selalu bangun kesiangan dapatnya duda.” Kenan setengah mati menahan tawanya agar tak meledak melihat ekspresi sang adik.
Arditha hanya mendelik tajam. Apa hubungannya bangun kesiangan dengan dapat suami duda. Dasar bang Kenan, percaya sama mitos.
“Gak usah nakut-nakutin Lintang. Kita hidup dijaman millenial dimana mitos hanya merupakan pelengkap sejarah.” Balas Arditha santai melibas habis sarapannya. Ia tak ingin terlambat sampai di kampus.
“Bang, bagi duit dong. Mobilku menangis darah tuh minta minum.” Arditha menengadahkan tangannya di depan wajah tampan sang abang.
Setelah perana papa mereka di dunia ini habis dan harus menghadap Sang Pencipta, kini mereka hidup bertiga dan sebagai anak tertua maka Kenanlah yang meneruskan perusahaan sang papa dan menjadi tulang punggung keluarganya. Perusahaan mereka semakin berkembang.
“Kan abang setiap bulan transfer ke rekeningmu, dek ,,, ini kan masih pertengahan bulan.”
“Abang transfer untuk uang bulanan, kan ?”
Dengan lagunya sang abang menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Arditha. Jangan sebut nama Arditha jika kehabisan akal menghadapi abangnya yang entah lugu atau hanya malas berdebat.
“Tuh kan ,,, abang setuju. Jadi gini bang ,,, adikmu yang cantik seantero rumah ini mintanya uang bensin tiap minggu. Jadi bukan uang bulanan.”
Sia abang melongo tak percaya mendengar kata-kata ajaib adik satu-satunya di dunia yang ia miliki. Untung sayang kalau enggak sudah dia tendangnya gadis cantik itu ke planet lain. Tak ingin menjadi korban drama sang adik, Kenan segera membuka dompetnya yang secepat kilat berpindah tangan. Kini tangan lentik itu asyik mengeluarkan isi dompet si abang.
“Thank you abang sayang ,,, bye ,,,” Arditha mengembalikan dompet si babang dengan tersenyum manis.
Dengan wajah cerah mengalahkan mentari pagi, Arditha bergegas menghampiri sang mama untuk berpamitan. Berbanding terbalik dengan wajah sang abang yang masih menatap dompetnya yang nyaris tak bersisa.
Arditha gadis baik, meskipun hobby menguras isi dompet sang abang namun ia tak tega menghabiskan dompet pria itu. Ia selalu menyisakan walaupun hanya satu atau dua lembar uang merah. Yang penting kan gak kosong melompong. Sekedar info abangnya yang bernama lengkap Kenan Pradipta adalah seorang direktur PT. Angkasa Utama dan dompetnya hanya terisi uang merah dan kadang-kadang uang biru jika sudah dijarah oleh adik kesayangannya.
Arditha melarikan mobilnya sambil bersenandung ria mengikuti lagu yang sedang dinyanyikan oleh penyanyi kesayangannya dan mendadak ia menginjak rem.
Cekiiiitttt
“Astagafirullah ,,,hampir saja.” Gadis cantik itu langsung keluar dari mobil.
Hampir saja ia menabrak sosok pria kecil yang menggemaskan sekaligus hampir membuatnya menjadi penghuni sel tahanan.
“Den Shenooo !!!” Seorang gadis muda berlari memeluk pria kecil itu.
“Astaga mbak, jangan lalai dong jagain anak kecil. Coba tadi aku bawa mobilnya kencang, kan bahaya.” Arditha memeluk pria kecil masih tampak syok sambil mengomeli gadis yang mungkin seusai dengannya.
“Maaf mbak ,,,” Balasnya dengan nada bersalah.
Ya iyalah bersalah, lagian masa anak kecil dibiarkan jalan sendiri tanpa dipegang. Anak kecil kan memang gitu gak jelas arahnya kalau jalan. Arditha melirik jam tangannya dan langsung berbalik menuju mobilnya namun tiba-tiba ,,,
“Ma, jangan tinggalin Sheno ,,,” Sebuah tangan mungil menahan tangannya.
Busyet dah ,,, masih perawan ting ting tapi dipanggil mama oleh anak kecil gak kenal pula. Wah pencemaran nama baik ini mah.
“Dek, kamu salah orang. Kakak masih umur 20 tahun lho. Kalau punya anak segede kamu berarti kakak nikah dibawah umur dong.” Arditha mencoba menjelaskan pada pria kecil yang baru pertama kali dilihatnya.
“Huaaaa ,,,mama jahat.” Tangisan anak itu berhasil menarik perhatian ibu-ibu yang mengantar anaknya ke sekolah.
“Mbak, tolongin aku dong, jangan diam aja. Aku gak mau telat sampai kampus. Kalau dosenku ngasih keluar gegara telat, mbak mau tanggung jawab ?!”
Arditha melepas paksa tangan bocah itu dan segera berlari masuk kedalam mobilnya. Sebenarnya gak tega juga sih meninggalkan bocah itu tapi mau gimana lagi, masa depan lebih penting. Lagian kemana pula wanita yang melahirkan anak itu.
Kurang lima menit jam pertama dimulai ketika Arditha memarkir mobilnya. Tanpa memperdulikan sekitarnya, Arditha berlari menuju kelasnya yang lumayan jauh jaraknya. Untung ia jogging setiap minggu sehingga tak terasa berat jika saat seperti ini. Kalau saja ia tak terhalang pria kecil itu mungkin nasibnya tidak seperti ini harus berlari agar tidak terlambat masuk kelas.
Hossh ,,, hosshhh
“Ngapain lari sampe segitunya ?!” Sarkas manusia tak berakhlak yang berstatus sebagai sahabatnya.
“Kamu senang bin bahagia jika diusir karena telat ?” Tak kalah sarkasnya Arditha membalas gadis yang bernama Kayana.
“Oh tentu saja, furgozo ,,, lumayan kan mengurangi saingan.”
Plaaakkkk
Sungguh tega yang berstatus sebagai sahabat ini. Hanya karena nilainya selalu kalah, Kayana rela membuat sahabatnya dikeluarkan pada jam perkuliahan.
Arditha mendelik tajam lalu mencari kursi kosong. Senyumnya merekah kala melihat kursi kosong dekat jendela, lumayan buat cuci mata sambil menunggu dosen mengisi mata kuliah. Sekedar info ruang kelas yang ditempati jurusan Arditha tepat dekat perpustakaan dimana mahasiswa gagah nan cerdas hilir mudik masuk ke perpustakaan.
“Nikmat mana lagi yang engkau dustakan.” Gumam Arditha berjalan menuju kursinya.
“Cantik-cantik tapi sinting !!” Ucapan Kayana membuat seisi kelas menahan tawa.
Bukan tanpa sebab mereka hanya mampu menahan tawa, pasalnya gadis cantik yang merupakan salah satu bunga kampus memiliki mulut pedas bahkan lebih pedas dari cabe rawit sekilo.
🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Kek-nya hidup kamu bakal riwehnya bentar lagi Arditha... siapin mental deh.. krn bakal jd mamud 🤭🤭🤭
2024-05-24
0
susi 2020
🤣🤣🤣
2023-06-25
0
susi 2020
😂😂😂
2023-06-25
0