Hari ini, Silvi tetap pergi kerja di supermarket. Dia tidak akan termakan begitu mudah dengan cerita Wawan malam itu.
Seperti biasa, ia akan begitu menikmati pekerjaannya ini sambil melayani pelanggan.
Setelah beberapa menit tidak ada lagi pelanggan yang datang, Silvi beranjak dari meja kasir menuju rak barang-barang.
Silvi sesekali akan memperbaiki dan mengatur kembali susunan produk-produk yang ada di supermarket itu.
"Bruk!", Tiba-tiba saja salah satu produk yang tak jauh dari tempat Silvi berada, jatuh.
Silvi melihat kembali lorong di sebelah rak yang tidak ada orang disana. Tiba-tiba, Silvi mengingat cerita Wawan, dan membuat buluk kuduk nya berdiri.
" Ah!, mungkin karena posisinya yang tidak baik ajah. Ayolah Silvi tetap berpikiran positif dan jangan ingat cerita Wawan, ok!" Ucap Silvi pada dirinya sendiri.
"Ini gara-gara Wawan sih!, ceritain aku soal itu. Kan bikin aku jadi parno", sambung Silvi sambil memungut kembali produk itu dan mengembalikannya ke tempat asalnya.
Di saat jam mulai menunjukkan pukul 10.00, tiba-tiba listrik mati dan membuat ruangan itu menjadi gelap.
"Aaa.....!",
Sontak membuat Silvi panik dan ketakutan.
Padahal, Silvi tidak tau saja, kalau didepan sedang ada perbaikan instalasi listrik saja.
***
Keesokannya, setelah memutuskan untuk berhenti kerja di supermarket itu, karena Silvi tidak ingin lagi dihantui bayang-bayang ketakutan, akhirnya ia mencari informasi lowongan pekerjaan lain yang mudah.
Kebetulan, Silvi sekarang berada di ruang tengah sendiri. Om dan tante sedang keluar menikmati waktu mereka berdua. Sedangkan Wawan baru saja sampai dari peternakannya dan tak sengaja melihat Silvi yang sedang mencari-cari lowongan pekerjaan lain lewat ponselnya.
Itu membuat Wawan tersenyum tipis, 'akhirnya rencanaku berhasil juga', batinnya.
Wawan pun segera naik ke atas dan membersihkan dirinya hingga pada akhirnya turun kembali dan menghampiri Silvi.
"Ekhem...", deheman Wawan membuat Silvi sedikit terkejut, dan detik berikutnya Silvi fokus kembali pada layar ponselnya itu.
" Kamu udah nggk kerja lagi?", tanya Wawan tiba-tiba.
"Nggk!, tapi ini bukan karena cerita kamu yah!, tapi ada hal yang lain." Jawab Silvi bohong, padahal itu karena ia takut dengan cerita Wawan.
"Ya udah!, nggk usah kerja, fokus ajah sama kuliah kamu dulu"
"Nggk bisa!, aku nggk mau jadi beban"
"..kalau gitu kerja sama aku ajah!, nanti aku gaji !"
"Nggk mau!"
"Kerjaannya mudah !"
"Nggk"
"Aku gaji dua kali lipat dari gajimu di supermarket"
"Nggk!"
"Harus!"
"Nggk!"
"Harus!"
"Ih!, kok maksa sih!"
"Kalau kamu nggk mau kerja sama aku, aku terpaksa penjarain ayah kamu, mau?", ancaman itu lagi.
" Ish!, kenapa itu lagi sih!", Kesal Silvi. Kalau sudah mengenai keluarganya apalagi ayahnya dia nggk bisa berbuat apa-apa lagi.
"Hmm...bagaimana?", ucap Wawan sambil menaikkan salah satu alisnya.
" Apa pekerjaannya?, jangan yang macam-macam yah!",
"Mmm...nanti kamu juga tau"
"Hm?", Silvi hanya bingung dengan Wawan. Terkadang dingin, manis, ini muncul lagi sifat pemaksanya, dan sifat misterius nya yang bikin orang jadi penasaran.
" Ting!", tiba-tiba muncul notifikasi chat dari Fadhilah pada layar ponsel Silvi.
_____"Vi!, buruan senior udah pada dateng nih!"____Fadhilah
Silvi yang kaget dengan chat dari Fadhilah sontak melolotkan matanya.
"Hah?, secepat ini?", Silvi refleks berdiri dan membuat Wawan menatapnya bingung.
Detik berikutnya dengan secepat kilat Silvi naik ke kamar dan mengganti bajunya, kemudian turun kembali dengan pakaian yang serba rapih.
" Mau ke mana?", tanya Wawan melihat Silvi yang tiba-tiba ingin keluar.
"Ke kampus, sekarang ada acara pengkaderan komunitas pencinta lingkungan, aku pergi dulu yah! Assalamu'alaikum...", jawab Silvi terburu-buru dan akhirnya melangkah pergi.
"Waalaikumsalam...",
Wawan hanya menatap datar kepergian Silvi.
" Di jam segini?", ucap Wawan melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 8 malam.
***
"Assalamu'alaikum kak....huf!, maaf terlambat", ucap Silvi ngos-ngosan yang baru saja sampai di kampusnya itu dan segera menghampiri seseorang yang menurutnya itu senior dari komunitas pencinta lingkungan.
" Segera masuk!", tegas senior itu menyuruh Silvi masuk ke dalam ruangan.
"Baik kak!", dan segera Silvi masuk dan duduk di salah satu kursi paling belakang, karena kebanyakan kursi sudah ada yang mengisi tinggal di bagian belakang saja yang masih tersisa.
Silvi mengedarkan pandangannya mencari-cari seseorang yang tengah mengirimnya pesan tadi.
" Vi!", panggil Fadhilah menghampiri Silvi.
"Hemm...Dil, kok bisa mendadak sih?",
" Aku juga kagak tau, tiba-tiba ajah tadi ada senior yang ngabarin",
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala yang telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNya kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini.....", suara dari atas panggung membuat Silvi dan Fadhilah akhirnya mengalihkan pandangannya untuk fokus ke depan.
"Adik-adik mahasiswa, kami hanya sedikit menginformasikan bahwa besok akan diadakan kegiatan pengkaderan komunitas pencinta lingkungan. Jadi, mohon untuk mempersiapkan peralatan kebutuhan kalian karena kita akan melakukannya di luar selama beberapa hari. Sekian, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...", ucap senior itu.
" Udah?, gitu ajah?" Tanya Silvi heran.
"Mmm...mm", dijawab Fadhilah dengan anggukan.
Dan beberapa detik kemudian semuanya keluar dari dalam ruangan.
Silvi berjalan keluar bersama Fadhila,
" Vi!, aku bonceng yah!, kebetulan aku mau ke toko buku dekat rumahmu, sekalian ajah kamu ikut!", ajak Fadhila pada Silvi. Tentu saja maksud Fadhila adalah rumah orang tua Silvi.
Fadhila mengerti, Silvi mungkin agak kesulitan harus selalu memesan dan menunggu ojek online. Apalagi sekarang menggunakan ojek online itu agak mahal, dan Fadhila paham bahwa Silvi juga dari kalangan keluarga yang kurang mampu.
"Mm...mm", sejenak Silvi berpikir, 'sekali-kali tidak apa-apa kan ke rumah ayah dan ibu, sekalian ingin melepaskan rindu', batin Silvi.
" Boleh Dil!, yuk!"
"Ok!"
***
Wawan tengah berada di kamar, perasannya agak mengkhawatirkan Silvi. Entah kenapa wanita itu selalu membuatnya cemas, mungkin karena sekarang dia punya tanggungjawab pada Silvi.
"Kenapa ada pengkaderan malam-malam gini?", curiga Wawan seraya menatap jam dinding dikamarnya.
Wawan tidak bisa hanya diam dan menunggu saja. Dan akhirnya dia memutuskan datang ke kampus.
Saat sampai di kampus, keadaan sudah sepi.
" Hm...katanya ada pengkaderan?, di mana?, Jangan-jangan dia mau kabur lagi.",
Wawan mengeluarkan ponselnya dan menelpon Silvi.
"Dret!,...dret...!"
Di saat yang bersamaan, Silvi yang sedang dibonceng oleh Fadhila merasakan ponselnya yang bergetar.
__Kurir Es Batu Nyebelin!___
Begitulah nama yang muncul dilayar ponselnya Silvi.
"Aduh!, ngapain sih dia nelpon", ucap Silvi pelan tapi masih bisa didengar oleh Fadhila.
" Siapa Vi?", tanya Fadhila penasaran.
"Ah!, hanya kurir Dil", kan emang namanya di situ kurir. Walaupun waktu itu Wawan tidak mau mengaku, tapi Silvi tau betul Wawan lah yang pura-pura jadi kurir waktu itu.
" Halo!", ucap Silvi menjawab panggilan telepon dari Wawan
***next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments