"Ayo silahkan duduk istriku!" Ucap manis Wawan seraya mengajak Silvi duduk,
"Hah?" Silvi hanya melongo kaget dengan kelakuan pria itu yang tiba-tiba manis,
Wawan yang berusaha bersikap manis itu melirik Silvi sambil mengedipkan matanya memberikannya kode untuk segera duduk,
Silvi yang bingung apa maksud Wawan itu malah berdiri sambil menatapnya penuh tanda tanya.
"Halo! Om, tante!" Sapa Wawan tiba-tiba menatap kebelakang Silvi.
Sontak Silvi berbalik dan menemukan sepasang suami istri yang nampak sudah tua,
"Owh!, ini istrimu Wawan" Ucap wanita paruh baya itu melirik Silvi tersenyum,
Silvi membalas senyumannya walaupun ia nampak masih kebingungan dengan apa yang terjadi di sini.
"Iya tante,"
"Mmm.., cantik"
"Silahkan duduk Om, tante!" Ucap Wawan mempersilahkan mereka untuk duduk.
Beberapa detik kemudian, datang pramusaji menghampiri mereka,
"Silahkan, pak, bu mau pesan apa?"
"Saya sama suami yang ini saja mbak!" Ucap wanita paruh baya itu menunjuk salah satu gambar menu yang tersaji dikertas menu yang ditunjukkan oleh pramusaji itu.
"Kalau kalian?, mau pesan apa?" Tanya Wanita itu,
"Ah!, aku yang ini saja tan" Ucap Silvi sambil tersenyum,
"Aku juga sama!" Ikut Wawan,
Pramusaji itu pun melangkah pergi untuk segera menyiapkan pesanan mereka.
"Maaf yah!, kemarin tidak sempat datang di acara pernikahan kalian, soalnya banyak kesibukan." Jelas pria yang disapa om oleh Wawan,
"Iya, nggk papa kok om. Lagipun, kemarin banyak keluarga Silvi yang datang kok. Jadi rame juga."
"Owh, namamu Silvi" Ucap wanita itu lagi,
"Ah!, iya tante" Jawab Silvi singkat,
"Saya Bonita, tante Wawan. Dan ini suami saya, Akbar. Kami adalah keluarga Wawan, tapi saya sama suami tinggal di Singapura, pasti Wawan belum cerita kan?" Tanya Wanita itu pada Silvi,
"Ah!, iya" Jujur Silvi,
"Ekhmm.." Wawan sengaja berdehem, Silvi lalu menatapnya tajam,
'Kamu kenapa sih Wawan es batu?, aku nggk ngerti apa yang terjadi di sini?' batin Silvi,
"Wawan itu dari dulu susah banget dapat cewek, karena dia nggk mau pacaran, dijodohin juga nggk mau, akhirnya lama deh membujang. Tapi sekarang, alhamdulillah sudah ada kamu Silvi." Cerita tante Bonita sambil mengusap punggung tangan Silvi,
"Tapi, kamu nggk nyesel kan dapat yang om-om?" Tanya tante Bonita diiringi tawa oleh om Akbar,
"Ih! Tante, jangan gitu dong. Walaupun om-om, aku tetap ganteng kok, ya kan sayang?" Wawan menghadapkan wajahnya pada Silvi seraya mengedipkan salah satu matanya,
'E...sayang?' batin Silvi, tanpa sadar wajahnya bersemu merah,
"Ahhh, iya. Suamiku memang umurnya terpaut jauh sama umurku tan, tapi dia ganteng kok" Silvi segera merespon mereka takutnya mereka sadar dengan wajah Silvi yang bersemu merah itu,
"Hhhhh..." Tapi, mereka malah tertawa dengan respon yang dikeluarkan Silvi,
"Kamu jujur juga!" Ucap Om Akbar seraya tak henti-hentinya tertawa,
"Mmm...kamu lucu banget sih sayang" Wawan dengan sengaja menginjak sepatu Silvi yang berada di bawah meja.
"Aww!" Bisik Silvi merasakan kakinya diinjak, lalu menatap tajam Wawan.
"Kenapa Silvi?" Tanya tante Bonita,
"Owh! Kenapa?, apa ada kucing yang menginjakmu?" Akting Wawan seraya berpura-pura melihat ke bawah meja,
'Kamu kucingnya bego!' Batin Silvi memanas,
'Apakah Wawan berusaha akting didepan om dan tantenya itu, hm! Baiklah mari kita masuk dalam permainan aktingnya ini' Batin Silvi menatap Wawan tajam, tapi dengan senyuman yang dipaksakan.
"Nggk papa kok sayang, cuman sedikit merasakan kram"
Beberapa menit kemudian, pesanan mereka telah tersaji didepan mereka masing-masing,
"Owh, ya udah kita makan ajah dulu" Ucap tante Bonita,
Silvi yang hendak minum, malah sengaja menumpahkan minumannya pada celana Wawan, membuat celana Wawan itu basah.
"Aduh, astaghfirullah!, maaf, maaf nggk sengaja....sayang!" Silvi dengan wajah lugunya sengaja membuat Wawan kesal,
"Akhh!!, hemmm..., nggk papa kok sayang!" Dengan wajah coolnya, Wawan memaksakan senyumannya,
Silvi berpura-pura mengambil tisu dan segera melap celana Wawan yang basah itu,
Sedangkan kedua pasangan om dan tantenya menatap mereka keheranan,
'Hem...ada yang tidak beres di sini' batin mereka,
Selang beberapa menit, mereka kembali melahap makanan yang tersaji didepan mereka,
"Om dan tante akan nginap di rumah kalian yah!" Tante Bonita membuka suara,
"Ekhem...mm." Silvi dan Wawan tersedak,
Silvi segera minum menetralkan tenggorokankannya, sedangkan Wawan berusaha tetap terlihat cool,
"Mmm..tante, tante dan om kan punya apartemen,"
"Ya, nggk papakan sekali-kali nginep di rumah anak sendiri. Apa om dan tante nggk boleh nginep di rumah kalian?"
"Mmm..., boleh kok tan"
"Nah!, gitu"
Tante Bonita dengan cepat menjawab Wawan, terlihat wajah senang tantenya itu membuat Wawan akhirnya stuck, tak dapat memberikan alasan lagi.
***
"Wah!, sudah lama juga nggk ke sini," tante Bonita dan om Akbar fokus melihat sekeliling rumah yang nampak mewah dan elegan itu,
"Iya, tante dan om sih! Nggk pernah datang lagi ke sini. Sibuk ajah di Singapura." Ucap Wawan seperti anak kecil yang merajuk,
"Iya, maaf sayang!" Ucap tante Bonita mengelus kepala Wawan dengan lembut, nampak sekali bahwa tante Bonita itu sangat menyayangi Wawan.
Tapi, ada perasaan berkecamuk antara Wawan dan Silvi yang was-was dengan keadaan rumah mereka, takut tante dan omnya itu mengetahui bahwa mereka tidak seromantis didepannya.
Wawan dan Silvi saling melemparkan kode, untuk merancang misi mereka yang akan mengatur keadaan rumah mereka seperti selayaknya pasangan suami istri,
Tante Bonita dan Om Akbar pun melangkah ke arah pintu masuk, mereka ingin masuk saat tiba-tiba Wawan mencegat mereka,
"Ahhh, sebelum masuk bagaimana kalau kita jalan-jalan ke taman belakang dulu!" Ajak Wawan berusaha mencegat mereka masuk terlebih dahulu.
"Mmm...boleh!, lagipun om dan tante mau sejenak menikmati sekeliling dulu," Balas tante Bonita dan menggandeng tangan suaminya untuk berjalan-jalan ditaman belakang.
"Cepat, masuk!" Bisik Wawan pada Silvi,
"Ok!" Silvi lantas langsung masuk tanpa diketahui om dan tantenya itu,
Sedangkan Wawan mengawasi mereka agar jangan sampai mereka masuk dulu.
Silvi segera masuk ke dalam kamarnya di lantai atas dan segera membawa barang-barangnya ke dalam kamar Wawan yang tak jauh dari kamarnya itu.
Satu persatu dia bawa dan menatanya di dalam kamar Wawan agar terlihat seperti kamar pasangan. Dengan secepat kilat Silvi menatanya dan membawa barang-barangnya itu.
"Huft!"
"Silvi!" Panggil tante Bonita dari arah ruang tamu,
'Ting!' bunyi pesan masuk,
____"Pura-pura sakit perut! Aku bilang sama tante kamu lagi sakit perut, "_____
" Hah?, sakit perut?" Ucap Silvi bingung siapa yang memberinya pesan itu,
Silvi nampak meng scroll pesan itu, dan mendapati bahwa itu nomornya kurir yang memberinya paket tadi siang.
"Ternyata dia!"
"Silvi!" Suara itu nampak terdengar lebih dekat, Silvi yang was-was langsung saja masuk ke toilet,
"Silvi!" Suara itu nampak terdengar di luar kamar,
"Ceklek!"
Tante Bonita masuk ke dalam kamar, detik selanjutnya Silvi berpura-pura keluar dari toilet seraya memegang perutnya,
"Kamu lagi sakit?," Tanya tante Bonita khawatir,
Silvi hanya menjawabnya dengan anggukan,
Tiba-tiba Wawan dan om Akbar datang menyusul mereka,
"Tadi Wawan bilang kamu sakit perut, jadi langsung masuk ke dalam rumah, tante khawatir kamu kenapa-napa"
"Mmm...cuman sakit sedikit kok tan," Ucap Silvi
"aku cuman pengen buang air doang, heheh..!" Lanjutnya pelan karena malu didengar Wawan dan om Akbar,
Nampak tante Bonita melihat sekeliling dengan intens, melihat suasana kamar mereka yang terlihat rapi, ia kemudian berjalan kearah lemari baju,
"Glek!" Wawan sedikit was-was,
"Set!" Suara lemari digeser,
***next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments