Nikah Paksa

Nikah Paksa

Bab. 1 Nikah Paksa

Seorang wanita yang sedang dirias di depan cermin dengan memakai gaun pengantin sangat cantik terlihat walaupun tidak ada raut muka bahagia terlihat di sana. Dia hanya memasang ekspresi datar sambil menatap kosong dirinya di cermin.

Tak ada rasa bahagia dalam dirinya dengan pernikahan ini, dia hanya dipaksa karena keinginan sebelah pihak yang tak dapat diganggu gugat. Orang tuanya diancam akan dimasukkan penjara dengan dalih utang, jika dia tidak mau menikah dengannya, yaitu seorang pemuda yang congkak dan suka memaksa orang pada kemauannya.

Kini, Silvi turun berjalan ke arah pengantin pria yang sedang menunggunya untuk melaksanakan akad nikah dengannya. Terlihat wajah bahagia sang pria dengan kedatangannya.

Tanpa berlama-lama lagi, melihat Silvi sudah duduk disampingnya, sang pria pun langsung melaksanakan akad.

"Sah!? " Tanya penghulu.

"Sah! " Ucap warga serempak yang menyempatkan untuk hadir diacara pernikahan yang dadakan ini.

Beberapa jam kemudian, acara pun selesai menyisahkan Silvi dan Wawan yang telah sah menjadi pasangan suami istri.

Kini, mereka berada di rumah milik Wawan. Rumah dengan nuansa yang mewah dan elegan.

Terlihat wajah murung Silvi di dalam kamar sambil mencopot satu persatu perhiasan yang ia pakai untuk acara beberapa jam yang lalu. Dalam hatinya, kini hanya ada perasaan kesal dan marah kepada pemuda yang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri itu. Tak ada perasaan cinta dalam pernikahan ini, yang ada hanyalah perasaan benci kepadanya.

"Ceklek! " Terdengar suara pintu dibuka dari luar. Nampak seorang pemuda masih dengan menggunakan pakaian pengantinnya masuk ke dalam kamar,

Silvi yang masih dengan kesibukannya, tiba-tiba kaget melihat siapa yang datang,

"Ehm... Kalau sudah selesai turun!" Ucapnya dengan nada dingin, lalu pergi dan tak lupa menutup pintunya.

Silvi yang masih dengan kebingungannya, memegang kerudung yang hampir saja dia copot, untung masih belum membuka kerudungnya, takut pemuda itu melihatnya tanpa kerudung. Walaupun, sekarang mereka sudah sah menjadi suami istri, tapi Silvi masih takut-takut kepada Wawan. Apalagi, dari tampangnya yang dingin dan ada rumor yang mengatakan bahwa dia itu orangnya kasar.

Tak lama kemudian, Silvi mempercepat kegiatannya, takut pemuda itu datang lagi.

***

Silvi dengan pakaian sederhananya yang tak lupa memakai kerudung turun dari tangga. Ia melihat sesosok pemuda tengah duduk dimeja makan sambil menunggu seseorang datang.

"Duduk! " Katanya dingin.

Silvi yang masih merasa takut-takut dengan pemuda yang kelihatannya lebih tua darinya itu langsung duduk berhadapan dengan pemuda itu.

"Makan! " Perintahnya lagi,

Silvi pun makan dengan perasaan yang masih berdebar-debar, merasakan ketakutan dan kebencian.

Sekarang, hanya keheningan dan hanya suara sendok yang beradu dengan piring, suasana terkesan kaku. Tiba-tiba...

"Apa tujuan mu menikahiku? " Ucap Silvi membernikan dirinya bertanya,

"Apa kamu masih tidak tahu?, " Kata Wawan dengan tersenyum miring,

"Apa maksudnya? " Kata Silvi dalam hati.

"Kamu itu hanya sebagai ganti utang bapakmu itu, kamu tau kan! Bapakmu itu banyak utang sama aku, sebelumnya sih! Aku tidak mau meminjamkannya uang, tapi karena kasihan melihatnya, aku pinjamkan dengan syarat harus ada jaminan. Dan kamu tahu? Apa jaminannya?, " Kata wawan menatap Silvi yang berada didepannya sambil menatapnya tajam.

Silvi hanya menggeleng menandakan ia tidak tahu menahu persyaratan utang bapaknya itu.

"Kamu, kamu adalah jaminannya." Katanya lanjut.

Sontak Silvi membulatkan matanya, tak menyangka bahwa bapaknya rela mengorbankan anaknya hanya untuk utang.

"Hhhhh... Nggk nyangka kan! Bapak kamu rela mengorbankan anaknya sebagai jaminan utangnya?" Katanya sambil tertawa.

"Kamu bohong kan?" Ucap Silvi belum sepenuhnya percaya pada pemuda itu.

"Kamu kira aku berbohong dengan ingin memasukkan bapak kamu ke penjara? Lalu, kenapa bapak kamu takut, dan memaksa kamu untuk menikah denganku?, kalau saja aku berbohong, bapak kamu itu tidak akan takut dan dia tidak akan mau menikahkan kamu denganku" Ucapnya menjelaskan.

"Tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu, kamu bisa tidur sendiri di kamarmu, dan akupun akan tidur di kamarku. Kamu hanya perlu membantuku menyiapkan makanan, menyuci bajuku, membereskan rumah, dan lainnya. " Sambungnya datar sambil menyendok makanan yang hampir habis.

"Menyiapkan makanan?, lalu, siapa yang menyiapkan makanan ini? " Tanya Silvi Menyeringitkan dahinya.

"Tuan, saya permisi dulu! " Kata seorang perempuan tua yang baru datang dari arah dapur.

"Iya mbok, ini! " Kata Wawan sambil memberikan amplop.

Perempuan tua itu pun pergi sambil membawa barang-barangnya.

Wawan hanya mengangkat sebelah alisnya sambil melirik Silvi tanpa menjawab pertanyaan Silvi tadi. Silvi pun hanya bingung, dan memilih untuk menyambung makanannya yang belum habis, sambil mencerna baik-baik apa yang terjadi di sini.

***

"Ish!... . Kayaknya dia sengaja deh! Pecat pembantunya itu. Dan menyerahkan semua pekerjaan rumah sama aku, dia pikir aku tuh pembantu apa?. . . Hhh! , mama aku mau pulang! " Ucap Silvi kesal sambil mencuci piring, dan merengek ingin pulang ke rumah.

Silvi terbilang anak yang manja dan selalu disayang oleh mamanya. Silvi merupakan anak pertama dari dua bersaudari. Adiknya masih sekolah SMA sekarang. Dan dia masih kuliah. Bapaknya itu bekerja sebagai pedagang kelontongan, dan selalu giat bekerja serta penyayang kepada keluarganya. Maka dari itu, saat Wawan bilang bapaknya menjadikannya sebagai jaminan utang, dia tidak percaya. "Apakah benar kata dia?" Katanya masih belum percaya pada omongan Wawan.

"Ehem..!" Deheman seseorang membuat Silvi kaget, dan menengok ke belakang, melihat Wawan tengah mengambil minuman di kulkas.

"Besok aku mau pergi pagi-pagi, jadi usahakan bangun pagi dan siapkan sarapan, dan bereskan rumah! " Katanya dingin.

"Tapi, besok aku ada kuliah pagi!" Kata Silvi belum menyelesailan kegiatannya.

"Yah! Lebih pagi-pagi lah!" Ucap Wawan kemudian pergi ke ruang tengah.

"Ish! Mana bisa, aku kan biasanya bangun telat" Kata Silvi dengan kesal. Dan cepat-cepat menyelesaikan kegiatannya itu. Kemudian berjalan keluar menuju ruang tengah.

"Ish! Dasar!, Laki-laki tua! " Ucapnya dari kejauhan sambil berbisik kesal kepada Wawan yang sedang duduk menonton televisi diruang tengah, lalu berlalu pergi menuju kamarnya dilantai atas.

Wawan yang mendengar ada langkah kaki, berbalik dan melihat Silvi sedang naik ke atas menuju kamarnya.

"Hh! " Katanya sambil tersenyum menyeringai.

***next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!