Bab. 4 Naksir Kali?

"Sebenarnya aku ke sini mau observasi ke peternakan, tapi saat aku bantu sapi kamu, malah ketinggalan rombongan. " Ucap Silvi memecahkan keheningan.

"Kamu kenapa dingin banget sih? " Sambungnya bertanya pada Wawan.

"Karena cuaca" Jawab Wawan singkat.

"Bukan, maksudku kenapa sikap mu dingin sekali" Ucap Silvi lagi.

"Memang begitu. " Jawabnya lagi.

"Heh" Silvi menghela nafas pelan, pasrah. "Cowok ini memang nggk pekaan, polos atau bagaimana sih! " Ucapnya dalam hati.

"Kamu... Kok bisa punya sapi? " Tanya Silvi kepada Wawan.

"Aku punya peternakan di sini." Jawabnya singkat lagi.

"Aku baru tau" Ucap Silvi bingung. Soalnya Silvi tidak tahu menahu tentang pekerjaan Wawan. Walau kelihatannya dia orang kaya, Silvi mengira dia bekerja di perkantoran, atau semacamnya. Ternyata hanya pemilik peternakan.

"Aku adalah anak pemilik peternakan di sini. Ayahku suka beternak, dan ibu mendukungnya, hingga mereka membuat peternakan disini. Mereka selalu bersama untuk mengembangkan bisnis mereka. Satu tahun lalu, orang tua ku kecelakaan saat pergi ke peternakannya. Ibu tak sengaja terpeleset jatuh ke jurang, dan ayah yang ingin menolongnya pun ikut jatuh. " Jelas Wawan sambil tetap menggendong Silvi di punggungnya.

Silvi tak menyangka, ternyata orang seperti Wawan yang dingin, memiliki masa lalu yang kelam.

Tanpa mereka sadari, mereka telah sampai di peternakan sapi terbesar itu.

"Silvi!" Panggil Fadhila yang dari tadi khawatir kepada temannya itu.

"Kamu kenapa?, kok digendong?" Tanya Fadhila sedikit khawatir kepada Silvi.

"Ini, kaki aku keseleo" Ucap Silvi sambil tetap mengalungkan tangannya di leher Wawan.

Wawan yang sudah lelah menggendong Silvi berjalan kearah tempat peristirahatan. Yaitu sebuah vila khusus pengunjung peternakannya dan langsung menurunkan Silvi.

"Terima kasih!" Ucap Silvi tidak enak pada Wawan.

Namun, tidak dijawab oleh Wawan, malah Wawan langsung pergi meninggalkan tempat itu.

"Aduh!, kaki kamu kenapa Silvi?" Tanya pak Latri yang tiba-tiba datang karena mendapat laporan bahwa salah satu mahasiswinya terluka.

"Keseleo pak, nggk parah kok"

"Makannya, Hati-hati atuh! Kalau jalan"

"Iya Pak"

"Ya udah, karena udah sore dan kamu juga baru sampai, silahkan istirahat!, dan Fadhila bantu Silvi mengobati lukanya itu"

"Baik Pak" Jawab Fadhila,

"Emang masih sakit yah Silvi?" Tanya Fadhila setelah kepergian pak Latri.

"Sedikit!"

"Siapa pemuda yang menggendong mu tadi?, kamu kenal?" Tanya Fadhila kepada Silvi yang sedang mengusap-usap kakinya yang keseleo.

"Dia itu pemilik peternakan ini!, kebetulan ajah ketemu tadi" Jawab Silvi berusaha menyembunyikan fakta bahwa Wawan itu suaminya.

"Owh!, tapi dia cukup ganteng yah!, dia punya pacar nggk yah?," Ucap Fadhila ngefans sama Wawan.

"Ish!, kamu tuh ya!, kalau cogan ajah!"

Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu kamar mereka.

"Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam" Jawab mereka berdua bersamaan.

"Saya mbok Wati non, diminta sama den Wawan untuk ngurut non yang kakinya keseleo" Ucap wanita paruh baya itu menatap Fadhila dan Silvi bergantian, seakan dia bertanya yang mana mau diurut.

"Owh, silahkan mbok, ini teman saya yang keseleo" Ucap Fadhila sambil bangun dari tempat tidur dan mempersilahkan mbok Wati duduk disamping Silvi.

"Aku mandi dulu yah Silvi!" Ucap Fadhila sambil berlalu ke kamar mandi.

"Non, non yah istrinya den Wawan?" Tanya mbok Wati

Sontak membuat Silvi kaget dengan pertanyaan wanita paruh baya itu.

"Mbok tau dari mana?" Ucap Silvi sambil menurunkan sedikit volume suaranya, takut nanti Fadhila dengar.

"Den Wawan yang bilang" Jawab mbok Wati dengan suara pelan mengikuti Silvi.

Silvi tak menyangka, Wawan akan memberitahu orang-orang disekitarnya bahwa dirinyalah istrinya itu.

"Iya mbok, tapi jangan beri tahu siapa-siapa yah!"

"Siip, Non" Ucap mbok Wati sambil mengedipkan salah satu matanya dan mengangkat jempolnya.

"Treeeeet...." Suara pintu kamar mandi terbuka, sontak membuat keduanya kaget dan gugup.

"Aduh! Aku lupa ambil sikat gigiku" Ucap Fadhila tergesa-gesa dengan mata sedikit tertutup karena baru saja dia memakai sampo tapi belum dibilas. Setelah menemukan sikat giginya itu, dia kemudian langsung masuk kembali ke kamar mandi.

"Huft!...." Lega keduanya, berharap Fadhila tidak mendengarnya.

Sahabatnya itu agak sedikit ember bocor, dan berbicara ceplas ceplos, takutnya kalau dia tahu mengenai hal ini, dia akan beritahu semua orang.

***

Keesokan paginya, Silvi tidak merasakan lagi sakit pada kakinya. Sehingga, dia memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar peternakan sambil melihat-lihat pemandangan dari atas gunung.

"Waaah!, lumayan besar juga yah nih peternakan. Pantes ajah dia bisa kaya. Tapi sayang, orangnya dingin kayak es batu" Ucap Silvi sambil melihat peternakan yang terlihat tak berujung itu.

"Siapa yang kamu maksud es batu?" Suara dingin terdengar dari belakang Silvi. Membuat Silvi reflek berbalik, dan menemukan Wawan.

"Dia denger?, waduh! Mati aku" Batin Silvi.

"Ehmmm...enggk, maksud aku cuacanya kalau pagi dingin kayak es batu, yah!" Alibi Silvi.

"Eh!, kamu nggk pulang?" Tanya Silvi kepada Wawan,

"Nggk, karena hari ini kan mau observasi di sini, sebagai tuan rumah aku harus ada." Jelas Wawan.

"Owh!" Silvi hanya manggut-manggut mendengar Wawan.

"Observasinya cuman 2 hari kan?" Tanya Wawan.

"Iya"

"Berarti, nanti kamu pulang?"

"Iya"

"Jangan lupa!, sampai di rumah nanti langsung nyapu, nyuci, dan masak!" Perintah Wawan dan langsung pergi meninggalkan Silvi.

"Hah?, belum juga selesai" Tiba-tiba Silvi cemberut mendengar pekerjaan rumah yang harus dia selesaikan ketika sampai di rumah nanti.

"Silvi?, kamu ngobrol sama dia?" Tiba-tiba Fadhila menghampiri Silvi yang hendak duduk sambil menikmati pemandangan.

"Dia siapa?"

"Pemilik peternakan"

"Owh, iya. Emangnya kenapa?"

"OMG!, udahlah kemarin kamu ditolongin sama dia. Terus, pagi-pagi udah nyamperin ajah!, Jangan-jangan...." Fadhila menerka-nerka apa yang terjadi diantara keduanya.

"Jangan-jangan apa?" Silvi sedikit was-was, jangan sampai Fadhila tau apa yang sebenarnya.

"Jangan-jangan dia naksir sama lo!" Lanjut Fadhila.

"Hah?, nggk mungkin kali"

"Yah!, mungkin ajah"

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!