Bab. 10 Dosen Muda

'Ah!, belum tan, itu cuman akting doang!' Batin Silvi menolak pernyataan tante Bonita,

Tante Bonita masih menceritakan kisah hidup Wawan pada Silvi,

"Banyak orang yang mengalami penderitaan dalam hidupnya, dan itulah juga yang terjadi pada Wawan. Entah bagaimana perasaan Wawan saat tau kedua orangtuanya itu meninggal, tapi dia mencoba tegar padahal dia dalam keadaan rapuh", Sambung tante Bonita,

" Kamu nggk penasaran mengapa Wawan bekerja di Peternakan?"

Tante Bonita memandang pada Silvi,

"Mm...penasaran juga sih tan, karena kok bisa pemuda seperti dia kerja di peternakan yang kotor. Biasanya kan mereka lebih memilih kerja di perusahaan."

Terang Silvi jujur,

"Itu karena Wawan ingin tetap mewujudkan mimpi kedua orangtuanya yang ingin memiliki peternakan besar. Wawan sebenarnya bukan hanya kerja di peternakan saja. Tapi, dia juga memiliki pekerjaan lain."

"Apa itu tan?"

"Kamu juga akan tahu nanti"

Hal itu sontak membuat Silvi penasaran, 'Wawan kerja apa lagi yah?' batin Silvi,

" Tan, boleh tanya sesuatu nggk?"

"Apa sayang?"

"Apa tante punya anak?, maksud aku selain Wawan?" Tanya Silvi penasaran.

"Maksud kamu anak kandung?"

"Ah..iya tan, "

"Tante sebenarnya punya 2 anak. Yaitu Wawan dan adiknya yang bernama Shaan. Shaan terpaut 5 tahun lebih muda dari Wawan. Saat tante membawa Wawan ke rumah, Shaan belum lahir. Shaan sangat membenci Wawan. Karena dia mengira kami lebih menyayangi Wawan daripada dirinya.

Suatu hari, saat mereka beranjak dewasa, saat itu Wawan kuliah, sedangkan Shaan masih SMA. Tiba-tiba Shaan pergi entah kemana. Sampai sekarang tante belum menemukannya. Tante, om dan Wawan sudah cari dia kemana-mana, tapi belum juga menemukannya.

Hingga, suami tante mengalami syok Ia didiagnosa menderita penyakit jantung, dan diharuskan berobat ke Singapura. Akhirnya, kami pun ke Singapura. Demi memberikan penyembuhan yang terbaik bagi suami tante, akhirnya kami menetap di sana. Tapi, Wawan menolak dan pulang ke sini untuk tetap mencari adiknya itu sambil melanjutkan kuliahnya.

Tapi, sudah 5 tahun semenjak dia pergi, belum ada kabarnya sama sekali hingga sekarang. Tante sebenarnya juga khawatir, di mana dia?"

Jelas tante Bonita pada Silvi, terlihat wajah sedih dari matanya.

"Tante yang sabar yah!, mungkin suatu saat Shaan akan kembali pada om dan tante."

Hibur Silvi dan mengusap punggung tangan tante Bonita memberikan sedikit kekuatan.

"Iya sayang, Mudah-mudahan hal itu segera terjadi." Ucap tante Bonita

"Owh iya, mending kamu pergi siap-siap Silvi. Kamu kan ada kuliah pagi ini, biar tante yang terusin pekerjaan di sini!"

Pinta Tante Bonita

"Tapi, tan"

"Udah Pergi!, tante nggk papa kok!"

"Ya udah, Silvi ke atas dulu yah tan!"

"Iya"

Silvi melangkah pergi menuju kamarnya, eh maksudnya kamar Wawan untuk bersiap-siap. Karena semua baju dan barangnya sudah dipindahkan ke situ. Silvi menaiki tangga perlahan sambil tengah berpikir,

"Jika Shaan terpaut 5 tahun dari Wawan, itu berarti Shaan sekarang masih kuliah. Itu mungkin!" Pikirnya,

Tak lama kemudian Silvi sampai di depan kamar Wawan,

"Tok!, tok!"

"Masuk!"

"Ceklek!"

Dengan ragu Silvi masuk ke dalam kamar menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.

Sedangkan Wawan yang masih sibuk dengan leptop didepannya.

"Dia kan kerja di peternakan, terus apa yang dia lakukan di leptop?, apa sebenarnya pekerjaannya yang lain?" Ucap Silvi pelan,

"Tunggu, bagaimana caraku bersiap-siap kalau ada Wawan di kamar?" Sambungnya,

"Wawan!, boleh minta sesuatu nggk?" Ucap Silvi pada Wawan,

"Apa?" Jawab Wawan dingin,

"Boleh keluar nggk?, aku mau siap-siap ke kampus"

Wawan kemudian menatap Silvi, Wawan yang mengerti maksud Silvi kemudian melangkah keluar dari kamar seraya membawa laptopnya.

Silvi segera mengunci pintu untuk berhati-hati. Dan segera melangkah ke kamar mandi.

"Byurr!!" Langsung saja Silvi menceburkan dirinya kedalam bak mandi milik Wawan yang luas itu.

"Wah!, nyaman juga di sini"

***

"Dil!, kemarin aku nggk dicariin sama tante kan?" Ucap Silvi pada Fadhilah saat berjalan kearah kelas mereka pagi ini.

"Yah di cari lah, kami tuh khawatir Silvi!"

"Aduh!, maaf-maaf yah!. Jadi nggk enak sama kamu dan tante"

Ucap Silvi merasa bersalah,

"Nggk papa kok, lagian kan kamu juga ada urusan yang mendadak. Kemarin aku udah kasih tau kok sama mama kalau kamu ada urusan jadinya mendadak pulang kerumahnya. Mama memaklumi juga kok."

Jelas Fadhilah,

"Makasih yah Dil,"

"Iya"

"Owh iya, aku nanti mampir ke rumahmu yah!, mau ambil barang-barang aku yang ketinggalan."

Ucap Silvi. Soalnya tidak mungkin lagi Silvi meninggalkan rumah Wawan, apalagi ada om dan tantenya Wawan di situ.

"Iya"

"Dil!, kok rame banget yah?"

Tanya Silvi saat melangkah masuk ke dalam kelas yang lumayan luas itu, tapi walaupun luas masih terlihat sempit dengan manusia-manusia yang ramai.

Ruang kelas itu didesain dengan tempat duduk panjang bertingkat seperti tangga, sehingga walaupun dibelakang, akan tetap terlihat jelas karena tidak ada yang menghalangi seperti kebanyakan kelas dengan kursi terpisah.

"Iya, nggk tau. Soalnya kan kita baru ambil nih mata kuliah semester ini. Aku denger-denger dosennya masih muda dan ganteng. Mungkin itu yang menyebabkan ramai yang ambil mata kuliah ini."

"Ya udah, kita dibelakang ajah!"

Tunjuk Silvi pada kursi kosong yang paling dibelakang.

"Okey!"

Mereka pun naik dan menghampiri kursi kosong yang mereka tuju, dan segera duduk di situ.

Tak lama kemudian, datang kak Aan berjalan ke arah mereka.

"Kok, kak Aan ada dikelas ini juga?" Tanya Silvi

"Mmm...mene ketehe!" Jawab Dila sembari mengedikkan bahunya.

Kak Aan tiba-tiba duduk didekat Silvi,

"Buku aku yang kemarin mana?" Tanya kak Aan pada Silvi,

'Ya ampun!, aku lupa', Silvi baru ingat, bahwa ia harus menyelesaikan tugasnya kak Aan. Tapi, karena berbagai kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini membuat dia lupa untuk mengerjakannya.

Silvi segera membuka tasnya dan mencari buku kak Aan.

"Emm...ini kak!"

Untungnya Silvi membawanya.

Kak Aan lantas mengambilnya dan tidak bertanya apakah tugasnya sudah selesai atau belum. Dia malah langsung menaruh bukunya itu di dalam tas.

Beberapa menit kemudian, datang seorang pemuda dengan memakai kemeja berwarna biru dengan celana hitam, serta menggunakan kacamata dengan desain modern ala Korea.. Terlihat cool dan tampan.

Tiba-tiba ruang kelas menjadi sedikit bising karena gumaman para mahasiswi yang mengagumi ketampanan pria itu.

Silvi yang tadinya fokus pada buku kak Aan, tiba-tiba menatap pemuda itu intens, dan melototkan matanya,

"Haaaaa....Wawan?"

"Haa...pria itu?"

"Haaaa...kak Wawan?"

Ucap Silvi, Fadhilah dan kak Aan bersamaan. Walaupun Wawan menggunakan kacamata, itu tidak membuatnya berbeda dan cukup jelas bahwa itu Wawan. Mereka yang sadar dengan keterkejutan masing-masing mereka menatap satu sama lain, merasa heran.

"Kalian kenal pria itu?" Tanya kak Aan memandangi mereka.

"Kami pernah ketemu saat observasi ke peternakannya."

Jelas Fadhilah,

"Mm...iya" Silvi hanya membenarkan ucapan Fadhilah. Dia juga tidak mungkin mengatakan bahwa Wawan adalah suaminya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...saya Wawan, dosen untuk mata kuliah ini"

Ucap Wawan seraya melihat ke arah Silvi,

'Glek!, ngapain dia natap aku'

Batin Silvi.

***next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!