Bab. 17 Dibenci Pak Latri?

"Aduh!, Silvi. Kalau begitu berarti deadlinenya udah lewat. Nah ini kan observasi nya juga baru beberapa hari lalu. Kok bisa pak Latri langsung bilang nilai kamu bermasalah?, aneh!",

Silvi yang mendengar ucapan Fadhilah pun menghentikan kegiatannya untuk mengetik dan menatap Fadhilah.

" Iya juga yah Dil!, aku juga heran. Apa cuman aku yah?",

tak berapa lama, pesanan mereka datang. Dan membuat Silvi yang sudah lapar karena tadi pagi dia hanya memasak tanpa sempat makan karena terburu-buru takut terlambat masuk kelas, akhirnya langsung menyantap makanan berkuah kesukaannya.

Sebenarnya sempat ditahan sama tante Bonita untuk makan dulu, tapi karena Silvi takut terlambat akhirnya harus pergi dengan perut kosong.

Sedangkan Fadhilah yang masih memikirkan sesuatu sembari mengaduk es teh yang ada di hadapannya sesekali menyeruput nya.

"Vi!, apa mungkin pak Latri nggk suka kamu. Makanya, dia beri kamu nilai yang kurang baik.", ucap Fadhilah membuat Silvi mengerutkan keningnya.

" Ya iyalah Dil!, nggk suka sama aku. Kalau dia suka sama aku bagaimana?, kan bahaya. Apalagi dia kan udah nikah." Ucap Silvi bercanda,

"Ya elah!, Vi. Maksud aku tuh nggk suka karena sesuatu hal. Misalnya, karena sikap kamu, atau apalah yang bikin pak Latri itu kesal sama kamu."

" Hm...!, masa sih?, seinget aku, aku nggk pernah bikin pak Latri kesal. kenapa coba pak Latri nggk suka sama aku?", polos Silvi.

"Coba deh kamu pikir, setiap diakhir kelasnya. Dia pasti suka nyuruh-nyuruh kamu untuk bawa buku-bukunya. Dan setiap ada tugas kamu juga yang selalu ngumpulin semuanya. Apalagi kalau bukan nggk suka sama kamu, makannya dia suka suruh-suruh kamu dan ngesulitin kamu dalam hal nilai.", jelas Fadhilah menebak-nebak.

" Sruuup!...ah!", Silvi malah menyeruput makanannya dengan nikmat. Sedangkan Fadhilah hanya menatapnya seraya mengedip-ngedipkan mata heran dengan sahabatnya ini.

"Kamu denger nggk sih Vi?",

" Iya, iya aku denger kok. Heheh..cuman aku lagi lapar banget, makan ajah dulu yah!", pinta Silvi.

'Hm...apa Wawan yang mempengaruhi pak Latri?, bisa ajah kan?, apalagi Wawan adalah salah satu dosen di sini, dan sepertinya mereka akrab sekali.', batin Silvi seraya tetap menyeruput makanannya itu.

Tak sengaja, mata Silvi bertemu dengan mata Wawan yang tajam diseberang sana. Mereka masing-masing hanya menatap tajam kepada satu sama lain dan akhirnya kembali pada kegiatan mereka.

Silvi yang kembali dengan makanannya, sedangkan Wawan yang kembali meladeni mahasiswi bimbingannya yang sudah mau skripsian.

"Sok keren banget sih!, si es batu itu!", pelan Silvi kesal melihat Wawan berduaan dengan mahasiswi itu, walaupun banyak orang lalu lalang didekat mereka.

" Apa Vi?, es batu?, kamu mau es batu?", tanya Fadhilah yang hanya mendengar bagian akhirnya saja.

"Ah!, iya. Bi! Tambah air esnya yah bi!, dengan es batunya juga!", teriak Silvi pada ibu warung di situ.

" Vi!, bukannya kalau minta air es itu udah dengan es batunya sekalian yah?", tanya Fadhilah heran.

"Biasanya gitu, tapi ada perkatanya Dil. Kalau minta air es bisa ajah dikasih air yang dingin doang tanpa es batu, tapi kalau kita minta sekalian sama es batunya berarti kita dikasih air plus es batu.", jelas Silvi mengubah pembahasan.

Terlihat Fadhilah hanya mengangguk-anggukan kepalanya seraya mengerti apa yang diucapkan Silvi. Kemudian ikut melahap makanan yang ada dihadapannya.

***

"Ini masih banyak yang perlu direvisi. Masih banyak typonya, dan juga kata-katanya kurang ilmiah. Silahkan kembali menghadap ke saya setelah kamu revisi.", ucap Wawan dengan dingin pada mahasiswi dihadapannya.

Mahasiswi itu hanya menatap Wawan intens dan tak memperhatikan apa yang dikatakan Wawan.

" Kamu dengar tidak?, silahkan kembali menghadap saya jika kamu selesai merevisi nya kembali.", dingin Wawan lagi.

"Ah!, iya Pak, baik. Terima kasih pak!", ucap mahasiswi itu dan akhirnya pergi dari hadapan Wawan.

Wawan sekarang tengah duduk-duduk di sebuah kursi panjang di kampus. Tempatnya itu tak jauh dari Silvi sehingga ia bisa melihat Silvi yang sedang makan dari situ.

Ingin rasanya menghampiri Silvi, tapi karena ia tak ingin ada yang tahu hubungannya dengan Silvi mengharuskan ia harus bersikap sebagaimana dosen dengan mahasiswanya.

Wawan yang sedikit pusing karena menghadapi beberapa mahasiswa bimbingannya hari ini dan apalagi ditambah dengan perutnya yang masih sakit segera melangkah untuk masuk ke dalam ruangannya lagi untuk beristirahat sebelum masuk mengajar lagi.

Di dalam ruangan 3×4 itu, Wawan tengah bersender di kursinya seraya menarik laci meja di dekatnya.

Ia mengambil satu berkas dengan map berwarna hijau dari laci tersebut. Dan menatap berkas dengan beberapa lampiran didalamnya.

Wawan membaca dengan seksama isi lampiran itu yang Salah satu lampirannya terdapat foto Aan dengan biodata nya di situ.

****

Setelah beberapa menit, akhirnya Silvi dan Fadhilah. selesai melahap semua makanan yang mereka pesan. Setelah membayar makanan mereka, mereka pun menuju taman kampus yang tidak jauh dari tempat warung itu berada.

Tak sengaja, ketika baru saja mereka melangkah, mereka berpapasan dengan Aan yang nampak serius. Terlihat Aan hanya menatap mereka lalu berlalu begitu saja.

"Huft!...", ucap Silvi dan Fadhilah bersamaan setelah Aan pergi menjauh dan tidak berbalik.

Untungnya tak ada lagi drama dari kak Aan.

" Hhh...!", senyum mereka berdua, dan akhirnya melangkah pergi dari warung itu.

"Untung yah!, Vi. Kak Aan nggk nyuruh-nyuruh kita lagi", ucap Fadhilah.

" Hhh...iya. Capek juga yah selalu di suruh-suruh sama kak Aan. Apalagi, hampir ajah dia ngerjain kita. Waktu itu, aku hampir berpikir dia itu berubah. Eh!, taunya belum.", jelas Silvi.

"Dan, pada akhirnya yang kena adalah pak Wawan,...hhhhhh", ucap Fadhilah seraya tersenyum.

" Hhhh....udahlah!, jangan mengingatkan aku dengan pak Wawan lagi.", ucap Silvi.

"Ada apa emangnya sama pak Wawan?",

" Lucu ajah aku ngelihat mukanya waktu itu, hahahahah....bikin aku mau ketawa lagi.", ketawa Silvi.

"Aduh!, Silvi, Silvi!. Dia itu dosen kita tau", ucap Fadhilah.

'Nggk tau ajah kamu Dil, kalau dia di rumah kayak apa. Sok sokan jadi suami yang baik, di kampus harus jadi dosen yang cool, dan pada akhirnya aku bisa ngelihat dia waktu itu dengan wajah yang seperti itu. Bikin aku akan mengenang kejadian itu selalu.', batin Silvi.

"Vi!, bentar lagi komunitas pencinta lingkungan mau merekrut anggota baru loh!, mau ikutan nggk?", info Fadhilah pada Silvi seraya melangkahkan kaki mereka ke taman.

" Beneran?, mau banget. Aku udah tunggu-tunggu dari kemarin nih komunitas.", jawab Silvi yang tengah membawa Lepotpnya didepan dadanya, ia begitu bersemangat karena ingin sekali masuk komunitas ini.

"Iya, tapi mengenai infonya kapan. Belum tau, nanti deh aku cari tau juga. Soalnya aku pengen masuk juga.", ucap Fadhilah seraya duduk disalah satu kursi, karena mereka telah sampai di taman.

" Hm...kalau udah tau kabarin aku yah!", ucap Silvi.

Mereka nggk tau ajah kalau yang jadi ketua komunitas itu adalah kak Aan. Kalau tau nanti, mereka gimana yah?? Author juga penasaran, hehehe...

***next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!