Bab. 16 Keinjek Silvi

"Assalamu'alaikum...!", ucap Silvi pelan. Tapi tak ada respon dari Wawan.

Akhirnya Silvi perlahan mendekatkan tangannya untuk menyentuh Wawan.

Silvi sebenarnya agak ragu untuk menyentuh Wawan. Karena sebelumnya memang Silvi selalu menjaga jarak dengan laki-laki. Tapi, sekarang Wawan adalah suaminya dan sudah menjadi mahramnya.

Tangan Silvi terhenti, hingga akhirnya menepuk-nepuk wajah Wawan dengan keras.

"Assalamu'alaikum...!, bangun!", teriak Silvi agar Wawan bangun.

" Em...sakit tau!", ucap Wawan akhirnya bangun seraya menyentuh pipinya yang terasa sakit. Kayaknya Silvi bukan menepuk-nepuk, tapi menampar, hhhh...wkwkwk...🤣

"Dari mana ajah sih?, aku udah nungguin dari tadi", kesal Wawan.

" Eh, aku kira kamu udah pulang tadi",

"Nggk!, aku nggk bisa pulang tanpa kamu", jelas Wawan.

" Hmm....hahahaha!", ngakak Silvi.

"Kenapa ketawa?", heran Wawan.

" Nggk bisa pulang tanpa aku?", ucap Silvi dengan nada bercanda,

Wawan yang sadar akan ucapannya, akhirnya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Eh!, maksud aku tuh, kalau aku nggk pulang sama kamu. Nanti tante sama om akan kira aku nggk bertanggungjawab.", jelas Wawan.

" Emm?", Silvi mengangkat salah satu alisnya.

"Kamu kemana ajah sih?, aku kira kamu belanja di dalam sono. Aku cariin nggk ada.", ucap Wawan seraya menatap ke dalam supermarket yang sudah tertutup.

"Ah!, aku tadi sholat...yah cari masjid dulu dan akhirnya belanja di sini.", bohong Silvi, padahal dirinya dalam masa haid.

" Ya udah!, sekarang udah larut malam, bapak yang terhormat. Jadi, Mending pulang ajah, yah!", sambung Silvi seraya menyuruh Wawan segera menyalakan mobilnya.

"Hemm..", datar Wawan dan akhirnya menyalakan mobilnya dan melaju di jalanan beraspal. Sebenarnya, ada banyak pertanyaan dalam benak Wawan pada Silvi. Tapi, ia mengurungkan niatnya melihat Silvi yang begitu terlihat kelelahan.

'Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan Silvi?', batin Wawan.

***

"Hoah!, mmmm..." Ucap Silvi tatkala sudah bangun dari tidurnya.

Semalam ia begitu kelelahan dan akhirnya langsung tidur di kasur. Silvi melihat jam yang berada di kamar itu,

"astaga!, sudah setengah enam pagi" Ucapnya kemudian terburu-buru untuk menyiapkan makanan, karena pagi ini dia akan ada kelas lagi, untungnya dia masih dalam keadaan haid, jadi tidak sholat.

Saking terburu-burunya ia tidak melihat seseorang yang tengah tidur dibawah kasur. Tak sengaja membuat Silvi menginjaknya.

"Akh!", teriak keras suara parau khas laki-laki.

" Aduhh!, maaf!, maaf!" Ucap Silvi kemudian berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka dan tak menghiraukan siapa yang ia injak.

Pastinya sih Wawan, siapa lagi yang tidur di dalam situ kalau bukan ia.

Setelah Silvi selesai dengan kegiatannya di kamar mandi langsung saja ia turun ke bawah untuk memasak.

Sedang Wawan yang terbangunkan karena diinjak oleh Silvi sontak menatap Silvi dengan tajam, kemudian beralih pada jam dinding dikamarnya,

Setelah sholat shubuh tadi, dia merasa kantuk yang berlebihan hingga pada akhirnya ia tidak sadar pergi tidur kembali.

***

"Agar Ternak baik dan juga sehat, butuh asupan nutrisi yang baik pula. Salah satunya adalah nutrisi melalui makanan mereka.", ucap dosen itu menjelaskan.

Pagi ini, Silvi masuk kuliah lagi. Tapi, bukan kelasnya Wawan ataupun pak Latri, melainkan dosen lainnya.

Untungnya, hari ini Silvi tidak ada kelas yang akan mempertemukan ia dengan Wawan. Sejak pagi tadi, sehabis insiden injakannya itu pada Wawan. Wawan begitu terlihat kesal, kalau saja tidak ada tante dan om di rumah, mungkin ia sudah di usir dari rumah itu sama Wawan.

'Aduh!, Silvi. Kamu kok gitu banget sih sama suami kamu sendiri', batin Silvi memikirkan kejadian tadi. Ada rasa bersalah juga dalam benaknya. Apalagi, setelah menginjaknya, Silvi malah langsung pergi dan tidak mempedulikannya.

'Tapi, dia semalam begitu baik. Dengan membiarkanku tidur di atas ranjang, sedangkan dia yang tidur di bawah. Biasanya ada perang dulu sebelum tidur.', batin Silvi lagi-lagi memikirkan Wawan.

***

"Aduh!, dasar wanita bar-bar!, perutku jadi sakit karena injakannya tadi pagi", ucap Wawan seraya memegang perutnya.

Walaupun sakit, Wawan tetap datang untuk mengajar di kampus. Wawan yang baru tiba dengan mobilnya segera turun dan berjalan ke arah ruangannya.

" Selamat siang Pak!", ramah para mahasiswi pada Wawan yang melintas di dekatnya.

"Selamat siang!", datar Wawan.

Kebanyakan mahasiswi selalu mengagumi Wawan yang begitu tampan, apalagi ia seorang dosen yang menambah kharismanya berkali-kali lipat.

Tak sengaja, Wawan melewati Aan yang tengah menatapnya tajam. Tapi, Wawan tak melihat Wawan, Wawan hanya fokus menuju ruangannya dengan berjalan cepat seraya menahan sakit di perutnya itu.

"Hm...heh!, dia benar-benar tidak mengenaliku?", ucap Aan seraya mengikuti arah Wawan berjalan hingga pada akhirnya Wawan tak terlihat lagi.

Tatapan Aan beralih pada mahasiswi yang melintasinya dengan membawa cermin, sontak Aan langsung mengambil cermin itu dari tangan mahasiswi tersebut,

" Eh?", kaget mahasiswi itu tiba-tiba, hampir saja ia berteriak, tapi saat menatap Aan ia mengurungkan niatnya. Dan memasang muka cemberut sekaligus kesal.

"Kenapa?, pergi sono!", ucap Aan dingin.

Mahasiswi itu pun langsung saja pergi karena ia tahu betul sikap Aan yang begitu suka berkuasa. Senior yang sok-sokan dan kejam.

Dengan senyum yang dmiringkan, Aan menatap mahasiswi itu dan akhirnya bercermin dengan cermin yang baru saja ia rampas dari mahasiswi itu.

" Hemm...aku memang terlihat berbeda dari aku yang SMA,", ucap Aan sembari memalingkan Wajahnya dan memperlihatkan bentuk wajahnya itu di cermin.

"Woy! Bro!, ngapain bercermin?, kayak perempuan ajah yang kerjaannya bercermin mulu. lo udah cakep kok!, mending kita pergi ke sekret ajah yok!", ajak salah satu teman Aan yang tiba-tiba datang menghampiri Aan.

" Enak ajah! Lu bilang gue perempuan. Sorry la yaw!", ucap Aan sembari bercanda dengannya.

"Mau ngapain sih di sekret?, bosan tau", sambung Aan,

" Ye!, lu kan ketuanya. Masa kagak inget sih!, kan kita mau pengkaderan anggota baru lagi. Mau rapat pembentukan panitia pak ketua!",

"Owh iya,"

Aan selain punya geng yang terkenal di kampus, ia juga adalah merupakan ketua organisasi Pencinta Lingkungan. Heran juga sih!, kenapa bisa Aan yang terkenal akan sifatnya yang begitu kasar pada junior bisa jadi ketua organisasi, apalagi organisasinya itu pencinta lingkungan lagi.

***

"Vi!, akhir-akhir ini aku lihat kamu sibuk banget. Emangnya ada tugas apaan sih?, setau aku tugas kita kan masih jauh deadlinenya.", ucap Fadhilah pada Silvi.

Memang, sepertinya Silvi begitu sibuk hingga pada saat makan pun harus membawa laptopnya ke warung. Seperti sekarang ini, mereka suda ada di warung untuk makan siang.

" Dil!, emangnya kamu udah ngerjain laporan observasi kemarin?, bukannya pak Latri suruh kita kumpul laporannya secepatnya, yah?", ucap Silvi seraya membuka leptop didepannya.

"Hm?, masa sih?, aku kira pak Latri bilangnya minggu depan.", jawab Fadhilah.

" Hm?, bukan. Kemarin tuh aku kan ke ruangannya pak Latri. Dia bilangnya nilai aku bermasalah karena belum ngumpulin laporan observasi, jadi dia suruh aku buat laporannya secepatnya.", jelas Silvi.

"Aduh!, Silvi. Kalau begitu berarti deadlinenya udah lewat. Nah ini kan observasi nya juga baru beberapa hari lalu. Kok bisa pak Latri langsung bilang nilai kamu bermasalah?, aneh!",

***next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!