'Glek!, ngapain dia natap aku'
Batin Silvi.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..." Ucap mereka serentak.
Karena sedikit salting ditatap oleh Wawan,
Silvi menatap ke arah lain mencoba menghindari tatapan es batu nyebelin itu. Tak sengaja, dia menatap kak Aan yang berada di dekatnya. Ada hawa gelap yang dirasakannya keluar dari kak Aan. Kak Aan begitu terlihat menatap tajam Wawan dari arahnya, nampak terlihat tidak menyukai kehadiran Wawan.
"Vi!, pak Wawan ternyata dosen di sini. Pantesan ajah dia kayak akrab sama pak Latri." Jelas Fadhilah,
"Iya, aku juga nggk tau"
Jawab Silvi,
'Ternyata ini yang di bilang tante Bonita. Pekerjaan lain dari Wawan adalah seorang dosen' batin Silvi,
'Pantesan ajah, tadi pagi udah sibuk sama laptopnya.' sambungnya membatin,
Pria itu selain dingin, suka menjebak, misterius, tapi juga punya banyak kejutan juga.
"Karena hari ini adalah pertemuan pertama bagi kita semua dalam mata kuliah ini, jadi kita akan orientasi dulu mengenai apa itu Ekofisiologi Tanaman Makanan Ternak,
Di sini ada yang tau apa itu Ekofisiologi?"
Wawan memulai kelasnya dengan sebuah pertanyaan.
"Kak!, kak Aan kenapa bisa ambil mata kuliah ini?, bukannya kak Aan udah ngambil yah semester lalu?" Tanya Silvi sedikit takut dengan aura yang dipancarkan kak Aan, tapi mau bagaimana lagi, rasa penasarannya begitu besar pada kak Aan,
"Belum, aku belum ambil",
Jawab kak Aan datar,
"Owh gitu!"
Ucap Silvi mengangguk-anggukan kepalanya. Sebenarnya masih ada banyak pertanyaan yang ingin disampaikan Silvi, tapi tatapan Wawan membuat Silvi terkejut dan kembali fokus ke depan.
"Coba yang dibelakang sana!, dua orang yang pakai baju warna pict dan yang sebelahnya lagi laki-laki, maju ke depan!"
Ucap Wawan seraya menatap Silvi dan kak Aan menyuruh mereka maju.
'Mati aku!'
"Saya tidak suka yah, saat mata kuliah saya ada forum di dalam forum."
"Silahkan maju!"
Ucap Wawan dengan tegas,
Silvi dan kak Aan pun dengan ragu berdiri melangkahkan kakinya menuju ke depan kelas. Kak Aan yang terus menatap Wawan dengan rasa kebencian tiba-tiba mengubah arah langkahnya ingin keluar dari ruang kelas.
"Hey kamu!, mau kemana?"
Teriak Wawan pada kak Aan, sehingga membuat semuanya fokus pada kak Aan.
'Kamu?, apakah dia pura-pura tidak mengenaliku?'
Batin kak Aan seraya menghentikan langkahnya sejenak hingga akhirnya melanjutkan langkahnya.
Kak Aan tidak mempedulikan teriakan Wawan dan terus melangkah keluar dari kelas.
'Aduh!, kak Aan pergi lagi. Tega banget dia ninggalin aku sendiri...' batin Silvi yang berhenti saat semuanya fokus pada kak Aan.
Silvi kemudian melanjutkan langkahnya kearah depan kelas dan berhenti didekat Wawan. Wawan nampak sedikit kesal dengan perilaku kak Aan yang pergi begitu saja.
"Tenang, Saya tidak mau menghukum kamu kok, saya hanya ingin tahu apa pendapatmu mengenai Ekofisiologi?, coba utarakan pendapatmu mengenai apa yang kamu ketahui tentang Ekofisiologi itu apa?"
Ucap Wawan menatap Silvi dengan serius,
'Dia berusaha profesional juga. Okey, kalau begitu aku pun harus melakukannya' batin Silvi menatap Wawan yang terlihat menganggap Silvi hanya sebagai mahasiswi biasa.
"Baik Pak, Ekofisiologi berasal dari kata eko dan fisiologi." Ucap Silvi,
"Mm...itu saja?"
"Iya Pak, bapak kan meminta saya mengutarakan apa yang saya ketahui tentang Ekofisiologi. Dan hanya itu yang saya tahu Pak." Jujur Silvi,
"Hhhh...." Mahasiswa dan mahasiswi lainnya malah ngakak denger pendapat Silvi itu.
Wawan yang terlihat serius tanpa tersenyum hanya menatap Silvi penuh arti, tiba-tiba kelas menjadi tegang, dan semuanya berhenti tertawa.
"Silahkan duduk!"
Pinta Wawan dengan dingin
"Ekofisiologi itu adalah ilmu yang mempelajari respon fisiologi suatu organisme terhadap kondisi lingkungan." Jelas Wawan mencoba memberikan pengertian sebenarnya tentang Ekofisiologi.
'Dasar es batu!' batin Silvi,
Padahal, tadi Silvi hanya berusaha untuk membuat kelas menjadi cair sejenak akibat tingkah kak Aan yang pergi begitu saja. Tapi, Wawan malah menunjukkan sikapnya yang terlalu profesional.
Silvi kemudian kembali duduk di tempatnya semula.
***
"Pak Wawan dingin banget yah orangnya."
Ucap Fadhilah saat mereka tengah duduk-duduk dikantin sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Emang gitu orangnya", ucap Silvi sambil memperlihatkan wajah cemberutnya
" Hah?, kamu seakan lebih tahu tentang pak Wawan Vi!",
"Ah..eh, nggk!, emang keliatannya dia gitu"
Hampir saja Silvi ketauan.
"Tapi, walaupun begitu dia tetap keliatan cool, tampan dan berwibawa banget" Fadhilah memuji Wawan,
Tak berapa lama, pesanan merekapun datang, Fadhilah memesan mie ayam dengan minuman es teh, sedangkan Silvi hanya memesan bakso dan air minum biasa.
"Wleek...tampan apanya, kalau sikapnya ajah kayak gitu"
Ucap Silvi seraya ingin muntah, hal itu sontak membuat bibi yang mengantarkan pesanan mereka kaget dan menatap Silvi, untungnya Silvi segera melanjutkan perkataannya.
"Yee...jangan gitu Vi, entar dapet suami kayak gitu, palingan lama-kelamaan disayang"
"Uhuuk", sontak perkataan Fadhilah membuat Silvi yang tengah melahap makanannya tiba-tiba tersedak,
Silvi segera minum dan menetralkan tenggorokannya,
"Iihhh...amit-amit aku bakalan sayang sama dia", ucap Silvi sambil meletakkan kembali minumannya.
"Kamu bilang kayak gitu seakan kamu udah nikah sama pak Wawan ",
Ucap fadhilah yang membuat Silvi diam dan menatap Fadhilah,
" Bercanda!", lanjut Fadhilah membuat Silvi lega,
"Ih!, kenapa sih bahas pak Wawan",
" Ye, sensi banget sih Vi"
"Udah ah!, aku mau makan dengan tenang", Silvi kemudian melahap kembali bakso panas yang ada dihadapannya.
"Yang bikin aku heran tuh kak Aan. Emang dia itu begitu yah setiap dikelasnya?, pantesan ajah dia selalu bermasalah sama setiap nilainya." Sambung Silvi,
"Mungkin begitu,"
Jawab Fadhilah seraya mengaduk mie ayam dihadapannya, dan kemudian melahapnya dengan santai.
Beberapa menit selanjutnya tak ada suara, hanya garpu dan sendok yang beradu dimeja mereka.
"Prak!"
Tiba-tiba seseorang menggebrak meja dengan keras, membuat semua orang terkejut tak terkecuali orang-orang yang lewat.
"Astaghfirullah!", ucap Silvi dan Fadhilah bersamaan.
Detik berikutnya, Silvi dan Fadhilah menatap si penggebrak meja dengan heran,
"Ada apa?"
Nampak kak Aan bersama dengan gengnya datang ke meja Silvi dan Fadhilah.
Kak Aan melemparkan buku dihadapan Silvi dan hampir saja mengenai wajahnya,
"Yang sopan dong!, dia itu udah capek-capek bantuin kamu, malah begini sikapmu!"
Teriak Fadhilah tidak Terima temannya diperlakukan seperti itu.
Kak Aan yang tidak peduli dengan perkataan fadhilah dan terus duduk didekat Silvi.
"Aku mau kamu selesain tugas aku itu!" Perintahnya sambil menunjuk bukunya yang dia lempar tadi.
"Maaf kak, soal itu. Aku tidak mengatakan bahwa tugas kakak belum selesai"
Ucap Silvi ragu-ragu,
"Oleh karena itu, kamu harus selesain, sekarang!, dan temui aku di ruang JE 101 kalau udah selesai."
Perintah kak Aan dan langsung berdiri lagi dan melangkah pergi bersama dengan gengnya.
"Ih!, si tukang nuntut!, "
***next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments