"Ih!, si tukang nuntut!, "
Ucap Fadhilah gregetan lihat kak Aan yang seenaknya nyuruh-nyuruh Silvi.
"Jangan mau Vi kerjain tugasnya, biarin ajah dia sendiri yang kerjain.",
" Aduh! Dil, aku tuh juga maunya gitu. Tapi, ngeliat gengnya yang banyak, bikin aku ngeri. Bagaimana kalau mereka balas dendam?"
Silvi sedikit takut dia diapa-apain. Apalagi, mereka itu sering ngelakuin kejahatan terang-terangan dikampus.
"Hmmm...", pasrah mereka berdua,
" Ya udah, aku bantuin yah!"
"Hemm...makasih Dil"
"Ya udah kerjain sekarang ajah, mumpung masih jam kosong"
"Mm....mm" Angguk Silvi, kemudian mereka mengerjakan tugas di kantin.
Setelah beberapa jam, akhirnya mereka menyelesaikan tugas milik kak Aan. Dengan ragu, mereka berdua datang untuk mengembalikan buku milik kak Aan itu di ruangan yang ditentukan tadi.
Terlihat didalam ruangan tersebut terdapat kak Aan end the geng tengah berkumpul. Tapi, kak Aan hanya menaruh kepalanya dimeja sambil menutup matanya.
"Assalamu'alaikum.."
Ucap Silvi, tapi tak ada yang menjawab,
"Owh bukunya Aan?",
Ucap seorang perempuan dengan gaya rambut keriting
"Iya kak,"
"Sini!"
Silvi pun langsung memberikannya pada perempuan itu. Berharap, tak akan ada lagi yang membuatnya terjebak harus berurusan sama mereka lagi.
Setelah memberikan buku itu, Silvi dan Fadhilah pun segera melangkah pergi, sedikit mengerikan berada di sekitar mereka.
"Tunggu!"
Tiba-tiba kak Aan bersuara, menghentikan langkah Silvi dan Fadhilah. Mereka berdua menjadi tegang,
"Temui aku di Rooftop, aku akan memberikanmu hadiah!"
Sontak mereka semua yang ada di dalam ruangan itu melongo keheranan dengan pernyataan kak Aan itu tak terkecuali anggota geng mereka sendiri. Jarang-jarang mereka mendengar perkataan manis seperti itu keluar dari mulut Aan.
"Ahhhh!, nggk usah kak!"
Tolak Silvi dan memegang tangan Fadhilah untuk pergi,
"Jangan tolak!!"
Suara dingin kak Aan,
Silvi segera berlari keluar bersama Fadhilah dengan secepat kilat menghindari kak Aan.
"Vi!, jarang-jarang kak Aan berkata seperti itu. Apa dia nggk kesambet yah?"
"Aku juga nggk tau"
Ucap mereka seraya berjalan cepat dari arah ruangan tadi.
Beberapa menit, mereka sampai ditaman kampus, dan segera duduk di bangku kosong yang terdapat di taman itu.
"Vi, gimana?, kamu mau dateng?"
"Emm...nggk tau. Aku takut!"
Ucap Silvi,
....keheningan, mereka sama-sama berpikir keras, apa yang akan mereka lakukan dengan ajakan kak Aan itu.
"Vi!, aku punya ide"
"Apa Dil?"
"Sini!"
Silvi pun mendekat ke arah Fadhilah. Dan Fadhilah membisikkan sesuatu pada Silvi.
"...."
"Bagaimana?"
"Kamu yakin?"
"Iya, kita nggk tau apa yang kak Aan rencanakan"
"Baiklah kalau begitu"
Setuju Silvi pada rencana yang dibuat Fadhilah.
***
Beberapa menit kemudian, kak Aan datang dengan membawa kotak kecil ditangannya. Ia melangkah ke rooftop, mendekati seorang perempuan berhijab yang sedang menatap pemandangan dari atas situ.
Ia tak melihat wajahnya karena membelakang.
"Silvi!"
"Mmm..."
Jawab perempuan itu,
"Ini!, adalah hadiah untukmu. Mungkin jangan dibuka dulu di sini. Lebih baik kamu buka saat di kelas!"
Ucap kak Aan sambil menyodorkan kotak kecil itu, yang entah apa isinya.
Perempuan itu hanya menyodorkan tangannya sambil tetap membelakangi kak Aan.
'Ada yang aneh di sini!' batin kak Aan dan sontak menarik lengan perempuan itu hingga membuatnya berbalik dan jatuh di bidang dadanya,
"Aduhh!", ucap perempuan itu.
" Heh!, kamu?"
Kaget kak Aan karena ternyata yang datang bukan Silvi melainkan Fadhilah,
Fadhilah yang merasa terlalu dekat dengan kak Aan memilih mundur beberapa langkah,
"Di mana Silvi?"
Teriak kak Aan, untungnya di Rooftop hanya ada mereka bertiga saja, kok bertiga?, Silvi juga ternyata ada di situ bersembunyi. Tidak mungkin kan dia membiarkan sahabatnya itu sendiri menemui orang yang terkenal nakal itu.
Tentu Silvi mengawasi mereka dari jauh, dan memantau seluruh pergerakan mereka terkhusus kak Aan. Silvi juga terkejut, kak Aan begitu cepat menyadarinya. Dan malah membuat sahabatnya itu jatuh ke bidang dadanya. Ia sejenak teringat kejadian semalam saat bersama Wawan,
'Eh...eh!, kok malah inget itu' Ucap Silvi menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hehehe...Silvi lagi pergi kak!"
Ucap Fadhilah,
"Kalau begitu, kenapa kamu yang datang?"
"Aku cuman ingin sampaiin sama kak Aan, kalau Silvi nggk jadi datang. Itu ajah!", ucap Fadhilah kemudian hendak mengambil kotak kecil itu.
" Eh..!"
Kak Aan sontak menjauhkan kotak kecil itu.
'Tunggu!, mungkin akan lebih seru kalau kita berikan kotak ini padanya', batin kak Aan seraya tersenyum.
"Kamu mau ini?"
"Mmm...itu kan untuk Silvi, biar nanti aku ajah yang kasih sama Silvi kak"
"Apa kamu yakin?, kamu bakalan kasi ke Silvi?, jangan-jangan nanti kamu yang ambil lagi",
"Aduh kak, aku nih orangnya amanah kok, nanti aku bakalan kasih ke Silvi"
Kak Aan pun membiarkan Fadhilah mengambil kotak itu.
"Tapi, kenapa harus dibuka saat di kelas?" Tanya Fadhilah penasaran.
"Kamu juga akan tahu nanti, makannya ikutin ajah perintah ku!",
Ucap Wawan seraya berjalan pergi meninggalkan Fadhilah dengan kotak kecil itu.
" Aku malah makin penasaran, apa aku buka ajah sekarang!"
"Eh!, "
Kak Aan masih mendengar ucapan Fadhilah dan menegurnya.
"Eh..nggk kok kak, becanda doang, tenang aku nggk akan buka"
Fadhilah tersenyum berusaha meyakinkan kak Aan,
"Awas ajah kalau kamu buka sekarang!",
" Hadeuh!, iya iya"
"Mana bisa aku buka, nih kotak kan Silvi yang punya."
Setelah menatap punggung kak Aan yang sudah tak terlihat lagi, Silvi segera keluar dari persembunyiannya mendekat ke arah Fadhilah.
"Apa itu Dil?"
"Ini buat kamu, katanya kak Aan harus dibuka di dalam kelas."
Ucap Fadhilah menjelaskan seperti apa adanya yang dikatakan kak Aan,
"Wah!, apa kak Aan suka sama kamu yah Vi?",
Ucap Fadhilah menduga-duga,
" Ih!, apaan sih Dil, itu nggk mungkin kali."
"Yah, mungkin ajah!"
"Tapi, aku penasaran sama isi kotak ini."
"Aku juga"
"Ya udah, ke kelas ajah! Sebentar lagi kan masuk mata kuliahnya pak Latri",
Ajak Silvi pada Fadhilah,
" Ya udah yok!, sekalian nanti buka tuh kotak"
Polos Fadhilah,
"Ye...penasaran nih ye?"
Ejek Silvi pada Fadhilah yang tak sabar melihat isi kotak itu.
"Penasaran lah!, kan udah bilang tadi"
Ucap Fadhilah seraya berjalan mengikuti Silvi yang mulai keluar dari Rooftop.
Selang beberapa menit, mereka masuk ke dalam lift menuju ruang kelas mereka.
Tak berapa lama, pintu lift terbuka, mereka berdua segera melangkah ke ruang kelas.
Tak sengaja mereka berpapasan dengan dosen muda yang baru saja mereka lihat tadi pagi, siapa lagi kalau bukan Wawan.
"Selamat siang Pak!", sapa Fadhilah pada Wawan seraya tersenyum memperlihatkan keramahannya. Sedangkan Silvi hanya menatap Wawan tajam,
" Siang!" Datar Wawan,
Tak sengaja Wawan melihat kotak kecil yang ada ditangan Silvi. Silvi yang menyadari tatapan Wawan beralih pada kotak kecil itu sontak sengaja menyembunyikannya.
Tapi, itu cukup terlihat jelas oleh Wawan,
"Apa itu?"
Tanya Wawan dingin,
"Bukan apa-apa pak!"
"Sini!, coba saya lihat!"
"Bukan apa-apa kok pak!", Silvi mencoba meyakinkan Wawan.
" Coba saya lihat!, saya hitung sampai 3!"
"Pak!,"
"1, 2..."
"Ihhhh!..nih!"
Silvi akhirnya menyerahkan kotak kecil itu pada Wawan, dan Wawan segera mengambil kotak kecil itu dari tangan Silvi,
"Mati kita Vi!", pelan Fadhilah merasa was-was,
Wawan pun membuka kotak kecil itu dihadapan mereka berdua, dan...
" Prak...!"
Tumpukan cream terhempas ke wajah tampan Wawan membuat seluruh wajahnya tertutupi oleh cream putih.
" 'Khaaaaaaaaaaa...!"
Silvi dan Fadhilah kaget.
***next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments