"Apakah dia suka sama Silvi?" Batin Wawan setelah kepergian mereka.
"Pria tua itu mencurigakan, apakah dia nggk sadar dengan umurnya?" Sambungnya lagi,
***
"Eh dill!, gue bisa nginep nggk di rumah lo?" Tanya Silvi,
"Boleh, tapi ada apa?" Jawab Fadhillah,
"Nggk, mau nginep ajah" Jelas Silvi, sebenarnya Silvi malas ke rumah Wawan, kalau pulang ke rumah orang tuanya tentu dia akan disuruh ke rumah Wawan lagi.
"Nginep untuk beberapa hari ajah, boleh yah!" Mohon Silvi,
"Boleh lah, tapi infoin dulu ke ortu lo yah!, jangan sampe gue dikira culik anak orang lagi"
"Hehe..siap!, elo memang bestie gue"
"Hmmm..."
Setelah beberapa jam, akhirnya mereka sampai juga di kampus. Mereka pun segera turun dari mobil dan berjalan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Dill, lo bawa motor kan?" Tanya Silvi,
"Bawalah, tunggu yah aku ambil motor dulu!"
"Ok!"
Fadhillah pun berjalan ke arah parkiran untuk mengambil motornya dan meninggalkan Silvi sendirian di depan pagar. Selang beberapa menit pak Latri keluar dengan membawa motornya dan berhenti didekat Silvi.
"Nunggu siapa Silvi?" Tanya pak Latri,
"Fadhillah pak," Jawab Silvi,
"Owh!, saya kira tidak ada. Ikut saya saja" Ucap pak Latri,
"Nggk!, nggk usah pak!, kan ada Fadhillah..hehe"
Beberapa menit selanjutnya Fadhillah datang dengan motornya,
"Yuk! Vi" Ajak Fadhillah,
"Ya udah, kami pergi dulu pak!, permisi!" Ucap Silvi seraya sedikit membungkukkan badannya sopan.
"Mari pak!" Ucap Fadhillah pada pak Latri, dan kemudian melajukan motornya,
"Brummmm.mmmm...."
"Pak Latri kenapa Vi?" Tanya Fadhillah ditengah perjalanan,
"Mau berikan tumpangan ajah, dia kira aku sendiri" Jawab Silvi,
"Owh!"
***
Wawan pulang selang beberapa menit setelah para mahasiswa itu pulang. Saat tiba di rumah, pintu masih tertutup dan terkunci,
Dia pun masuk dan langsung membenamkan dirinya dalam bak mandi penuh busa.
Setelah apa yang dilakukan istrinya tadi kepadanya, membuatnya merasa tidak nyaman seharian ini.
"Tapi, dimana dia?" Ucap Wawan baru sadar setelah beberapa jam ini tidak melihat istrinya itu dan baru ngeh bahwa pintu rumahnya tadi masih tertutup rapat. Padahal Silvi lah yang seharusnya tiba duluan di rumah karena dia pulang lebih awal dibandingkan dirinya.
Tapi, rasa lelah dan nyaman di bak mandi membuatnya betah berlama-lama untuk berendam dulu. Dan tetap berusaha berpikiran positif mengenai Silvi, "mungkin ajah dia lagi nongkrong sama teman-temannya dulu"
***
"Dill, makasih yah! Udah izinin aku nginep" Ucap Silvi pada Fadhillah.
"Sama-sama" Ucap Fadhillah dengan senang.
"Jujur sih!, aku senang kalau ada kamu. Soalnya di rumah cuman berdua sama mama, sepi..." Sambung Fadhillah dengan wajah penuh candaan,
"Hemmm...?" Ucap Silvi meminta kebenaran,
"Beneran..., kamu kira aku bohong apa" Jelas Fadhillah seakan tau maksud Silvi,
"Hhh..iyah, iyah aku percaya kok" Jelas Silvi menyentuh tangan Fadhillah,
Mata Silvi tak sengaja menangkap bingkai foto yang berisi foto keluarga Fadhillah. Terlihat foto fadhillah, ibu dan ayahnya yang terlihat bahagia bersama.
Fadhillah tinggal hanya bersama ibunya. Ayah Fadhillah kini sudah lama meninggal karena penyakit. Dan dia adalah anak tunggal. Keluarga Fadhillah yang sederhana, mengingatkan Silvi dengan keluarganya.
"Hmm...aku rindu ayah, ibu dan Kia" Batin Silvi sambil menatap bingkai foto itu.
***
Wawan baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan hanya menggunakan handuk putih yang dililitkannya di pinggangnya langsung mengambil baju dan menggunakannya, lantas keluar kamar dan menuju ruang tamu berharap istrinya itu sudah datang.
"Mana dia?" Ucap Wawan melihat belum ada tanda-tanda kedatangannya.
"Apa mungkin sudah di kamar?" Ucap Wawan dan pergi ke lantai atas menuju kamar Silvi,
Namun, sesampainya di sana, Silvi belum juga datang. "Di mana anak itu?" Khawatir Wawan,
Ia lantas mengambil ponselnya berniat untuk menghubungi Silvi,
"Ah!, aku lupa belum ambil nomor ponsel Silvi" Ucapnya menatap layar ponselnya itu dengan tatapan kesal,
"Apa jangan-jangan dia pulang ke rumah orang tuanya" Ucap Wawan menduga-duga,
"Awas ajah kalau kamu mau kabur" Ucap Wawan penuh amarah,
***
"Assalamu'alaikum...tok,...tok...tok,"
"Waalaikumsalam.." Jawab penghuni rumah sambil membuka pintu rumahnya,
"Eh!, nak Wawan. Masuk nak!" Lanjut ayahnya Silvi, terkejut melihat yang datang ke rumahnya adalah menantunya.
"Siapa yang datang yah?" Tanya ibunya Rahma yang baru saja keluar dari arah dapur menuju suaminya.
"Ini bu, menantu kita" Jawab ayahnya Silvi,
"Eh!, nak Wawan," Ucap ibunya Silvi merasa senang, sambil celak celingukan mencari-cari keberadaan anak gadisnya itu,
Wawan yang merasa bahwa Silvi tidak ada di rumahnya terlihat dari perilaku keduanya, merasa tida enak untuk menanyakan keberadaan Silvi pada kedua orang tuanya Silvi itu.
"Maaf Bu, saya ke sini mau meminta nomor teleponnya Silvi, apa boleh bu?" Akhirnya harus mengambil alibi yang tak pantas,
Ayah dan ibu Silvi sontak saling menatap,
"Ahhh!, boleh. Cuman kenapa tidak minta langsung sama Silvi?, kan kalian udah satu rumah" Jawab ibunya Silvi heran pada menantunya itu,
"Eh! Tidak apa-apa kok bu, kalau nak Wawan mau minta sama kita, yah kasih ajah!," Jelas ayahnya Silvi,
"Emangnya, Silvi kemana nak?" Tanya ibunya Silvi sedikit curiga,
"Ah!, Silvi pergi observasi bu, tapi saya mau jemput dia, cuman lupa minta nomor teleponnya, soalnya saya tidak tau dia mau dijemput dimana dan kapan..." Jelas Wawan agak sedikit berbohong,
"Ooowhhh!..." Ucap keduanya tanpa curiga dengan penjelasan Wawan.
"Ya udah, yah kasih!" Ucap ibunya Silvi pada ayahnya Silvi,
Ayahnya Silvi yang sigap langsung menggunakan kacamata terlebih dahulu, dan dengan mata yang sengaja disipitkan menatap layar ponselnya yang agak dipegang jauh dari wajahnya seraya jarinya naik turun mengsecroll ponselnya itu.
Sudah beberapa menit sejak ayahnya Silvi mencari no. Telepon Silvi di ponselnya, tapi masih belum menemukannya, Wawan yang semenjak dari tadi bersabar sudah agak jenuh menunggumenunggu mertuanya itu,
"Mana yah nomornya Silvi?" Tanya ayahnya Silvi,
"Ehhhmmm....boleh saya bantu pak?" Ucap Wawan ingin menyelesaikan ini segera,
"Ah!, iya silahkan!" Ucap ayahnya Silvi sambil menyerahkan ponselnya itu.
"Sil...vi..., tidak ada nama Silvi dikontak bapak."
"Ah! Iya, nama Silvi di situ My Sweety, cari ajah!" Ucap ayahnya Silvi,
Wawan sontak melongo keheranan, "keren juga nama Silvi" Batin Wawan,
"Ah! Ini dia" Ucap Wawan setelah menemukannya dan langsung mengetikkannya di ponselnya,
"Terima kasih kalau begitu pak bu!, saya pamit dulu!" Ucap Wawan sopan,
"Ah! Cepet banget, nggk duduk-duduk dulu?" Tanya ibunya Silvi,
"Nggk bu, takutnya nanti Silvi nungguin" Jelas Wawan.
"Owh, okelah kalau begitu. Jaga Silvi yah nak!" Pesan ayahnya Silvi,
"Baik Pak!"
***
"Ting!," Bunyi notifikasi ponsel,
Silvi lantas mengambil ponselnya itu setelah keluar dari kamar mandi menyelesaikan segala rutinitasnya sebelum istirahat. Walaupun masih siang menjelang sore, tubuh Silvi mulai merasakan pegal-pegal dan ingin sekali rasanya tidur dan istirahat.
___" Halo mbak!, saya kurir dari pengiriman paket Express, ingin mengantarkan paket mbak, silahkan kirim alamat anda sekarang juga!"____
"Hah?, kapan aku pesan barang?" Tanya Silvi setelah melihat bunyi pesan yang agak mencurigakan itu,
***next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments