"Huaaaaaaaaamm.... mmm.. mmm" Silvi menguap bangun dari tidurnya, namun ada sosok tangan yang tiba-tiba menutup mulutnya. Tangan yang kekar, dan terlihat seperti tangan laki-laki, Sontak membuat Silvi kaget, dan memberanikan diri menengok kebelakangnya,
"Huaaaaaa...!!!!!" Teriaknya seketika, karena melihat Wawan ada di dalam kamarnya dengan tidak memakai baju.
"Huaaaaaaaaaaaaaa!!!! " Silvi terbangun dari tidurnya, dan tersadar, buru-buru ia melihat sekeliling, takut ada Wawan.
"Astaghfirullah! Ternyata hanya mimpi" Ucapnya sadar melihat sekelilingnya tidak ada seseorang pun.
"Tret... Tret... " Terdengar suara hp berdering. "Astaghfirullah! Ternyata sudah jam 4! " Ucap Silvi lalu beranjak dari tempat tidur dan langsung masuk kamar mandi.
Sekarang, kehidupannya sudah berubah, maka kebiasaannya pun juga harus ia ubah dengan mulai dari bangun tidurnya, ia harus lebih pagi dibanding suaminya.
"Allahu Akbar! " Ucap Silvi tanpa bersuara, mengerjakan sholat subuh di dalam kamarnya.
***
"Ehem! " Kata seseorang mengejutkan Silvi yang sedang asyik membuat nasi goreng di dapur. Yang dikejutkan malah tetap asyik menggoreng tanpa merespon,
Wawan kemudian duduk di meja makan sambil di suguhkan nasi goreng oleh Silvi.
"Aku pergi dulu! " Ucap Silvi setelah menyuguhkan makanan dan bergegas pergi menuju pintu keluar.
"Mau ke mana? " Tanya Wawan dengan dingin.
"Ya ke kampus lah" Jawab Silvi sambil terburu-buru mengambil tasnya yang ia letakkan di meja, kemudian pergi.
Wawan tidak merespon lagi, dia hanya menatap datar pundak Silvi yang hampir menghilang, sambil hendak menyendok nasi goreng yang kelihatan lezat itu.
"Hm! " Ucap Wawan sambil menyendok nasi goreng itu, dan mulai memakannya. "Hm... Enak! " Lanjutnya, dan kemudian melahapnya sampai habis.
Sayangnya, dia hanya sendirian memakan nasi goreng lezat itu. Kesepian yang dia tetap rasakan, mengira setelah dirinya setelah menikah akan mengubah kehidupannya. Namun ternyata tidak, tetap saja seperti itu.
***
"Silvi! Kamu kemarin kok nggk masuk? " Tanya Fadilah, sahabat Silvi sejak masuk kuliah.
"Iya nih! Aku kemarin ada keperluan mendadak, dan nggk bisa ke kampus dulu.... Hhh! " Ucap Silvi berusaha menyembunyikan pernikahannya.
"Owh gitu, ya udah yuk! Masuk! Kayaknya dosen udah mau datang" Ucap Fadilah, mengajak Silvi masuk, karena mereka masih berjalan di lorong ruang kelas.
Silvi merupakan mahasiswa jurusan S1 nutrisi dan teknologi pakan ternak di salah satu Universitas di Indonesia. Kini, ia sudah berada di semester 5, semester yang akan memulai petualangannya untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah ia dapat selama semester-semester sebelumnya.
"Besok, kita akan turun ke lapangan, melakukan observasi ke salah satu peternakan Sapi Perah yang berada di dekat sini. Kita akan melihat bagaimana nutrisi dan teknologi pakan Sapi di tempat itu. " Kata Pak Latri, dosen pengampuh salah satu mata kuliah di semester ini.
Silvi dan Fadilah melirik satu sama lain, mengodekan bahwa mereka bahagia dengan adanya penerjunan langsung ke lapangan. Daripada di kampus, bosan dengan materi-materi dan tugas-tugas kuliah.
Beberapa jam kemudian, selesai kuliah jam pertama, Silvi melangkahkan kaki untuk pergi ke perpustakaan sendirian, karena Fadilah memilih untuk mengisi perutnya yang keroncongan dulu katanya. Fadilah sebenarnya mengajak Silvi untuk makan di kantin, tapi Silvi lebih memilih ke Perpustakaan, ada keperluan katanya.
Saat masuk ke dalam ruangan penuh buku itu, Silvi mengedarkan pandangannya mencari seseorang,
"Silvi! Sini! " Ucap seorang pemuda tengah duduk di salah satu bangku perpustakaan, dengan banyak buku dihadapannya.
"Eh! Kak Aan! "
Sebenarnya Silvi heran dengan satu pemuda ini, dia dikenal nakal dan ditakuti para junior, tapi tiba-tiba sekarang ada di perpustakaan, dan apalagi terlihat banyak buku dihadapannya.
Silvi bertemu dengan kak Aan saat di Ospek dulu, dan kak Aan lah salah satu senior yang Ospek saat jadi maba. Saat itu, Silvi kena hukuman oleh kak Aan, dan kak Aan suka menjailinya sampai sekarang.
"Sini duduk! " Ucap kak Aan sambil menunjuk bangku dihadapannya.
"Iya, kak! " Ucap Silvi sambil menghampiri bangku tersebut.
"Minta tolong yah! Ini buku-buku aku yang masih kosong, minta diisikan sama tulisan yang bagus, Mengertikan maksudku! " Ucap kak Aan dengan sembari tersenyum.
"Soalnya ada di file, nanti aku kirimin! Tolong cepat yah! Soalnya udah mau deadlinenya! " Sambung kak Aan sambil berdiri beranjak dari bangku yang ia duduki.
"Kak! Tapi aku.... " Ucap Silvi terhenti,
"Tenang! Cuman sedikit kok! Sebentar aku akan kembali yah! " Ucapnya sambil berlalu pergi meninggalkan Silvi dengan setumpuk buku-buku.
"Heh!.. " Ucap Silvi menghela nafas singkat.
Silvi mulai menulis, tulisannya memang bagus, tapi, " untuk menyuruh orang menuliskan tugasnya yang sudah menumpuk, itu sebuah keterlaluan" Kata Silvi. Tapi, Silvi juga tidak bisa membantah, karena takut. Kak Aan memiliki geng, gengnya terkenal sadis, siapapun yang macam-macam atau membantah perintah mereka, akan diapa-apain, ih! Ngeri! Kalau dipikir.
"Ya sudah! Pasrah ajah! " Ucap Silvi sambil tetap menulis.
"Allahu Akbar!, Allahu Akbar! " Terdengar suara azan dari musholla kampus.
"Sudah Dhuhur!, pergi sholat dulu lah! " Ucap Silvi sambil menutup buku.
***
Matahari mulai menurun ke arah Barat, menandakan hari sudah menjelang sore. Silvi yang lelah telah menulis tanpa henti, sedang tertidur pulas sambil menempatkan kepalanya di meja perpustakaan.
Tiba-tiba, seorang pemuda menghampirinya dan melihatnya tidur diatas buku miliknya. Jari-jarinya mengambil buku yang lain dan menutupi Wajah Silvi karena terkena cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela jendela perpustakaan. Pemuda itu nampak tersenyum tipis melihat Silvi yang masih menutup matanya itu.
Ia kemudian duduk berhadapan dengan Silvi sambil tetap memandangi wajah Silvi yang masih tertidur pulas.
Dia menggelengkan kepalanya, dan kemudian...
"Woy! Bangun!" Ucap kak Aan menepuk-nepuk pundak Silvi menggunakan buku.
"Mmmm... Astaghfirullah!" Ucap Silvi dari bangunnya. "Maaf kak! Aku ketiduran! " Ucap Silvi sedikit takut.
"Udah? " Tanya kak Aan,
"Belum kk, " Ucap Silvi,
"Ya udah! Bawa pulang! Besok harus selesai! " Ucap kk Aan dingin.
"Baik, kk! " Jawab Silvi.
Entah di rumah, atau di kampus, Silvi serasa hanya menjadi sosok robot yang disuruh-suruh. Di rumah, ada suaminya dan di kampus ada kk Aan. Sunguh nasib yang buruk buat Silvi.
"Ya udah! Mau pulang?, mau aku anterin? " Ucap kk Aan memandang Silvi yang merapikan buku-buku.
"Nggk usah kk, aku naik motor kok! " Ucap Silvi, selesai merapikan buku dan siap untuk pulang.
"Ya udah! Jangan lupa yah!, besok aku tagih" Ucap kk Aan sembari berjalan meninggalkan Silvi,
Silvi hanya memajukan mulutnya tanpa dilihat kk Aan, "hmmm.... " Serasa hatinya mau menangis, banyak banget tugasnya, mana pulang nanti harus beres-beres rumah, ini lagi, tugas kk Aan.
"Ssshh!!! " Ucap Silvi sembari memegang perutnya, "kok, perutku sakit yah! " Namun, Silvi tetap berjalan dan mencoba untuk tidak menghiraukan sakit perutnya itu, dan melangkah untuk pulang.
***
Silvi melajukan motor pespanya yang berwarna pink itu di jalan yang penuh kendaraan sambil sesekali memegang perutnya yang semakin sakit,
Tak berapa lama, silvi memarkirkan motornya di depan rumah yang nampak mewah dan elegan.
"Assalamu'alaikum... " Ucapnya sambil membuka pintu,
"Waalaikumsalam, " Jawab seseorang di dalam rumah dengan dingin, terlihat dia sedang santai menonton tv,
Wawan sesekali melirik Silvi yang baru datang, terlihat Silvi pucat dan nampak letih, Tiba-tiba...
"Bruk! " Silvi pingsan,
***next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments