" Prak...!"
Tumpukan cream terhempas ke wajah tampan Wawan membuat seluruh wajahnya tertutupi oleh cream putih.
"Khaaaaaaaaaaa..!"
Silvi dan Fadhilah kaget.
Wawan malah hanya diam seraya menatap mereka,
"Hahahahahha....!" Ngakak Silvi melihat Wawan penuh dengan cream.
"Eh!, Vi!" Tegur Fadhilah menyentuh bahu Silvi.
"Maaf Pak!, kami nggk tau kalau isinya itu begituan!", ucap Fadhilah seraya membungkuk ketakutan, sedangkan Silvi hanya bisa mengikuti Fadhilah seraya menahan tawanya.
Wawan hanya pasrah, dan segera berlalu mencari toilet, untuk membersihkan wajahnya itu, karena malu dilihat mahasiswa-mahasiswi lainnya.
Setelah melihat Wawan pergi, Silvi malah melanjutkan tawanya,
"Hahahahaa.....!",
" Vi!, keliatan seneng banget kamu liat pak Wawan kayak gitu."
"Hahaha...soalnya lucu ajah aku liatnya"
"Hahah...iya sih!"
"Tapi, aku kasian liatnya loh!"
Ucap Fadhilah,
"Ah!, udahlah ke kelas, mungkin pak Latri udah masuk"
Ajak Silvi pada Fadhilah berusaha melupakan kejadian tadi.
Silvi pun melangkah duluan hingga akhirnya diikuti oleh Fadhilah.
***
Beberapa jam sudah berlalu, Silvi dan Fadhilah yang tadinya terlambat masuk kelas sekarang sudah di dalam kelas mendengarkan pak Latri bersenandung, membuat semuanya bosan dan mengantuk.
Dari luar, kak Aan tiba-tiba melewati ruang kelas mereka dan menatap Silvi dan juga Fadhilah,
"Kenapa mereka terlihat baik-baik saja?, apakah mereka belum membuka kotaknya?",
Ucap kak Aan memperhatikan mereka beberapa menit, hingga akhirnya pak Latri tak sengaja melihatnya sedang menatap ke kelasnya.
" Hey kamu!, ngapain liat-liat ke dalam?, ada yang kamu naksir yah?" Teriak pak Latri pada kak Aan,
Sontak membuat semua mahasiswa dikelas pak Latri menatap kak Aan. Tak terkecuali Silvi dan Fadhilah yang sedang kesal kepadanya.
"Eh!, nggk pak!",
Ucap kak Aan dan segera berlalu pergi.
Sambil terkadang melirik Silvi,
" Ada-ada ajah anak zaman sekarang," Ucap pak Latri geleng-geleng kepala melihat tingkah kak Aan itu, dan beralih pada kelasnya lagi.
"Jam saya sudah hampir selesai, 5 menit selanjutnya saya berikan buat kalian untuk istirahat!",
Ucap pak Latri kemudian, membuat mahasiswa yang ada dikelasnya bersorak riuh, " Terima kasih pak!"
"Owh iya, Silvi!, tolong bantu saya bawa buku-buku itu keruangan saya!.", pinta pak Latri seraya menatap Silvi,
" Baik pak!"
"Kalau gitu, aku duluan yah Vi!, soalnya mama lagi mau diantar ke supermarket!",
Fadhilah mengambil tasnya dan memandang Silvi seraya memberitahu Silvi bahwa dia mau pulang duluan.
" Emangnya sekarang Dil?",
"Iya, kenapa emangnya Vi?"
"Yah, aku kan mau mampir di rumahmu"
"Owh iya aku lupa"
"Nggk papa, kalau begitu malam ajah aku perginya."
"Mmm...ya, aku tunggu nanti, kalau begitu aku duluan yah!"
" Iya, hati-hati!"
Silvi memandangi punggung Fadhilah yang mulai tak terlihat oleh pintu, Silvi kemudian membereskan buku-buku yang diatas meja dosen dan mengangkatnya ke pelukannya.
Silvi berjalan kearah ruangan pak Latri, dan masuk ke dalamnya,
"Pak!, ini bukunya!",
" Iya taruh saja diatas meja!"
"Baik pak!",
Silvi segera menaruh buku-buku itu dan hendak melangkah pergi,
"Kalau begitu saya permisi pak!",
" Eh!, tunggu!"
Silvi menghentikan langkahnya dan menatap pak Latri heran.
"Duduk dulu Silvi!, ada yang ingin bapak sampaikan!",
" Ada apa yah pak?"
"Begini, mengenai nilai kamu."
"Apa nilai saya jelek di mata kuliah bapak?"
"Sedikit!",
"Aduhhh!, kalau boleh tau apa masalahnya yah pak?, seinget saya, saya selalu hadir di kelas bapak dan rajin mengerjakan tugas yang diberikan bapak",
" Kamu lupa, kemarin kita habis observasi, dan kamu tidak membuat laporannya, ya kan?"
Jelas pak Latri,
"Owh iya, aku lupa pak. Maaf Pak!, lalu apa saya bisa memperbaikinya pak?",
" Bisa saja, "
"Kalau begitu secepatnya saya akan buat laporannya pak!, Terima kasih atas pemberitahuannya pak!",
Silvi kemudian berlalu pergi dari hadapan pak Latri,
Padahal pak Latri masih ada yang ingin dia sampaikan, tapi terlihat Silvi begitu terburu-buru untuk keluar dari ruangannya.
Setelah keluar dari ruangan pak Latri tak sengaja Silvi bertemu dengan Wawan yang baru saja keluar dari ruangannya juga yang tak jauh dari ruangan pak Latri, Silvi hanya menatapnya cuek seraya mengambil langkah untuk pergi,
" Tunggu!, " Ucap Wawan berhasil membuat Silvi menghentikan langkahnya,
"Kamu sengaja yah tadi?", sambung Wawan
Silvi melihat sekeliling mereka, terdapat banyak orang lalu lalang diruangan itu,
" Maaf yah pak?, maksud bapak apa yah?", tanya Silvi dengan penuh senyuman memaksa.
Wawan melihat sekelilingnya, dan menarik tangan Silvi untuk masuk ke dalam ruangannya. Silvi sontak terkejut dengan kelakuan Wawan, tapi apa daya dia tidak bisa berteriak ataupun bertahan. Dia hanya bisa mengikuti Wawan masuk.
"Maksud kamu apa?"
Teriak Wawan,
"Itu bukan aku kok, tuh kotak juga dari orang lain. Ya!, aku mana tau kalau didalam kotak itu yang kayak gituan",
Sikap Silvi yang berbeda dari sebelumnya, itu karena tidak ada lagi yang melihat mereka, mengharuskan mereka pura-pura tidak saling mengenal jika diluar,
" Kamu sendiri sih!, udah dibilangin, tetep ngeyel ambil tuh kotak. Yah kan, kena sendiri akibatnya."
Jelas Silvi,
Wawan melangkah mendekati Silvi, Silvi yang waspada mengambil langkah mundur, tapi sayangnya di belakang Silvi ada meja yang menghalanginya untuk terus mundur.
Sedangkan Wawan terus melangkah maju mendekati Silvi, hingga akhirnya hanya sedikit jarak diantara mereka, Wawan mendekatkan wajahnya pada Silvi, degupan jantung Silvi begitu kuat. Silvi hanya menutup matanya takut dengan apa yang akan Wawan lakukan padanya.
"Awas ajah kamu macam-macam, akibatnya ayah kamu yang tanggung.",
Suara dingin Wawan begitu jelas di telinga Silvi, membuat Silvi membuka matanya dan menatap Wawan tajam.
Sedangkan Wawan tersenyum miring sambil menatap Silvi. Detik selanjutnya Wawan kemudian menjauhkan tubuhnya dari Silvi dan melangkah keluar.
" Ihhhh!, es batu nyebelin!"
Kesal Silvi kemudian menyusul Wawan keluar dari ruangan itu.
***
"Assalamu'alaikum...!"
Ucap Silvi dan Wawan bersamaan ketika memasuki rumah, setelah beberapa menit Silvi sampai di rumah setelah diantar oleh ojol, kemudian Wawan datang dengan mobilnya. Mereka hanya saling menatap tajam satu sama lain.
"Waalaikumsalam..."
"Eh?, kalian udah pulang.", ucap tante Bonita menghampiri mereka berdua.
Untungnya tante Bonita tidak melihat Silvi yang diantar oleh ojol, bisa-bisa mereka dicurigai.
"Iya tan,"
Mereka masuk dan berjalan ke arah kamar mereka,
"Mereka terlihat loyo, hm...pasti karena mereka lapar, aku masakin ah!", tante Bonita sangat bersemangat ketika harus masak. Dia memang ahlinya masak-memasak.
Sedangkan Wawan dan Silvi yang baru saja masuk ke dalam kamar saling memalingkan muka karena kesal pada masing-masing.
Tapi, rasa kantuk yang tak tertahankan membuat Silvi duduk di sofa kamar dan tak lama kemudian tertidur pulas.
Sedangkan Wawan mengganti pakaiannya tanpa memperdulikan Silvi yang berada di kamarnya.
Saat Wawan berbalik, ternyata Silvi sudah tertidur pulas di sofanya.
"Hmm...dasar tukang tidur!"
Wawan yang kasihan melihat Silvi tertidur sambil duduk, memutuskan mendekatinya, dan membangunkannya untuk tidur di ranjang.
"Silvi!, Silvi!" Panggil Wawan seraya menyentuh bahu Silvi dengan telunjuknya. Tapi, tak ada respon dari Silvi, mungkin karena saking lelahnya Silvi hingga membuat dia tidur begitu pulas.
***next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments