"Glek!" Wawan sedikit was-was,
"Set!" Suara lemari digeser oleh tante Bonita,
Menampilkan baju-baju pria dan wanita,
Untungnya Silvi sudah menata bajunya didekat bajunya Wawan, jadi tidak terlihat ada ke ganjalan diantara mereka,
"Huft!' lega Wawan dan Silvi bersamaan,
" Tante!, ada apa yah?"
"Mm...enggak, aku cuman mau lihat lemari pakaian kalian doang kok, rapi yah!"
"Hh, ya iya dong tan, kan istri aku pintar!" Wawan melangkah kearah Silvi dan memegang pinggangnya, memperlihatkan kemesraan mereka,
"Emmm.."
Silvi hanya tersenyum seraya menatap Wawan tajam.
"Owh ya, kamu udah nggk papa kan sayang?"
Tanya Wawan pada Silvi,
"Em..nggk kok, ini udah mendingan sedikit"
Ucap Silvi seraya memegang perutnya,
"Ya udah ma, yuk kita ke kamar. Ayah udah capek nih!"
Om Akbar mengajak istrinya untuk beranjak dari situ dan masuk ke kamar tamu yang tak jauh dari kamar Wawan.
"Ya udah!, silahkan beristirahat kalian berdua. Selamat Malam!"
Ucap tante Bonita pada Wawan dan Silvi,
"Iya, selamat malam juga om, tante!"
Balas Wawan seraya tersenyum,
"Huft!" Lega Wawan dan Silvi,
Melihat om dan tantenya itu sudah tidak kelihatan, sontak Wawan melepaskan tangannya dari pinggang Silvi, dan Silvipun segera menjauh.
Silvi melangkah pelan untuk beranjak ke luar kamar,,
"Mau kemana?"
"Ke kamarku lah"
"Kamu tidur di sini ajah!"
"Hah?, nggk!"
Wawan tiba-tiba memegang tangan Silvi dengan erat,
"Jika kamu ke kamarmu, tante dan om akan tahu,"
Silvi mencoba melepaskan tangannya dari Wawan,
"Apa hubungannya denganku?"
"Aku minta sama kamu tetap di sini, Silvi!,
Aku tau kamu kesal karena aku menjebakmu. Aku hanya mohon sama kamu beraktinglah seperti pasangan suami istri pada umumnya. Jika kamu tak ingin ayahmu di penjara!"
Ucapan terakhir Wawan membuat Silvi bergidik ngeri, ucapan yang datar tapi sangat dingin.
Tak ada lagi respon dari Silvi, ada ketakutan dalam benaknya bagaimana jika Wawan betul-betul memenjarakan ayahnya.
Wawan berjalan kearah lemari dan mengeluarkan kasur tipis dan selimutnya. Kemudian berjalan ke arah depan ranjang dengan ukuran king size.
Silvi yang mengira Wawan yang mengerti akan hubungan diantara mereka yang belum berjalan sebagaimana mestinya, memutuskan untuk tidur dibawah dan membiarkan Silvi tidur diatas.
Silvi yang sudah mengantuk pun berjalan ke arah ranjang berniat untuk melepaskan lelahnya.
"Eh!..eh..mau kemana?"
Wawan mencegah Silvi naik ke atas ranjang.
"Mau tidurlah!, "
"Kamu tidur dibawah!" Dingin Wawan,
"Ih!, aku kira kamu yang mau tidur di bawah"
"Nggk!, kamu!"
"Ih!, nggk mau!"
Mereka saling menghalangi untuk naik ke ranjang.
"Kamu tuh harus mengalah, kamukan laki-laki"
"Ini kamarku, yah! Suka-suka aku lah"
Ucap Wawan tak mau kalah,
Silvi melompat ke atas kasur, sedangkan Wawan menarik tangan Silvi,
"Turun!"
"Nggk!"
Wawan kemudian menarik lengan Silvi dengan keras dan membuat Silvi jatuh di bidang dadanya.
"Aduh!"
Silvi sontak menatap Wawan dengan posisinya yang mendongak ke atas, menatap Wawan begitu dekat,
Sedangkan Wawan pun menatap Silvi dengan lekat,
Tiba-tiba ada desiran ombak yang membuat masing-masing mereka merasakan detak jantung yang begitu beralun kencang.
"Dreet...dret...!"
Bunyi suara ponsel membuat mereka tersadar dan segera menjauh dari masing-masing.
"Ekhem..." Wawan berdehem dan kemudian berjalan kearah nakas, dan mengecek ponselnya.
Sedangkan Silvi pun ikut mengecek ponselnya yang berada di sakunya.
"Aduh! Aku lupa!" Ucap Silvi seraya melihat layar ponselnya yang tertera nama Dila.
Setelah melihat siapa yang menelpon, Silvi segera mengangkatnya,
"Halo!, Assalamu'alaikum Dil",
" Waalaikumsalam Silvi,
Wawan menaruh kembali ponselnya setelah mengecek ternyata bukan ponselnya yang berbunyi.
" Kamu di mana Silvi?, kamu nggk papa kan?"
"Iya nggk papa kok Dil, maaf yah!, karena ada sedikit masalah di rumah jadi aku tiba-tiba pulang. Maaf yah Dil!, aku lupa ngasi tau kamu."
"Owh begitu,"
"Iya, sekali lagi maaf yah Dil!"
"Iya nggk papa. Yang penting kamu baik-baik ajah"
"Iya makasih Dil"
"Iya!"
"Tut!"
Sambungan panggilan terputus,
Silvi melihat Wawan tiba-tiba sudah ada di ranjang dengan tubuh yang sengaja di bentangkan seluas-luasnya. Dengan wajah yang terlihat pura-pura tertidur.
"Dasar!, es batu nyebelin!"
Silvi akhirnya mengalah dan tidur dibawah.
***
Keesokan paginya, Wawan bangun jam 5 pagi. Seperti biasa dia akan bangun sholat subuh. Tapi, baru saja dia mengucek matanya untuk menetralkan penglihatan sehabis tidur, tiba-tiba dia melihat sosok putih tengah berdiri dihadapannya, keadaan kamar yang remang-remang membuat sosok itu nampak terlihat mendekat kearah Wawan.
Sontak itu membuat Wawan kaget dan hampir saja membuatnya jatuh dari ranjang.
"Astaghfirullahalazim..!"
"Silvi?"
Panggil Wawan memastikan apakah itu Silvi,
Tapi, tidak ada respon, 'Apa jangan-jangan...' Batin Wawan merasa sedikit takut.
"Silvi, jangan bercanda deh!"
Dengan sedikit keberanian, Wawan meraba-raba saklar untuk menyalakan lampu kamarnya. Dan
Saat lampu menyala,
"Huwaaa...!"
"Astaghfirullah!"
"Hhhhh...kaget yah?"
Ucap Silvi yang sedang mengenakan mukena putih, berhasil mengagetkan Wawan,
"Kagetlah, "
"Hhhhh..." Tawa Silvi menggema dalam kamar,
"Puas?"
"Hahahahaaaaa...." Ngakak Silvi melihat ekspresi Wawan yang terlihat ketakutan,
"Hemm..." Wawan mengusap-ngusap dadanya mencoba mengatur detak jantungnya karena kaget tadi.
"Ngapain sih pake ngagetin gitu?"
"Hhh..itu balasan buat yang sengaja bikin aku tidur di bawah ranjang."
Ucap Silvi dengan bangga,
Silvi kemudian berlalu pergi dan melepaskan mukenanya dengan hati-hati sambil memasang kerudungannya dibalik mukenanya itu. Seperti biasa, Silvi masih ragu untuk membuka kerudungannya didepan Wawan. Mungkin karena hubungan diantara mereka.
Wawan yang tak mau ambil pusing segera mengambil wudhu dan sholat.
***
Tante Bonita baru saja keluar dari kamar menuju dapur. Suara alunan alat-alat dapur bermain begitu meriah terdengar di telinga tante Bonita, membuat dia penasaran siapa orang sepagi ini sudah masuk ke dalam dapur.
Dilihatnya seorang perempuan dengan menggunakan celemek berwarna pink dengan kerudung yang senada dipakainya sedang memasak dengan begitu semangat.
"Silvi!, pagi-pagi kok udah ke dapur?"
"Eh!, tante. Iya nih tan, hari ini ada jadwal kuliah pagi. Jadinya, pagi-pagi aku masaknya. Hehe..."
"Owh, kamu masih kuliah?, "
"Iya tan, maaf yah tan, jadinya nanti aku nggk bisa temenin tante di rumah"
"Owalah nggk papa, itu sudah kewajiban kamu menuntut ilmu. Tante di rumah kan juga sama om, sama Wawan, nggk sendiri."
"Iya tan"
"Biar sini tante bantuin juga supaya cepat selesainya."
"Makasih tan!"
"Iya sama-sama,"
Mereka berdua pun sibuk untuk memasak di dapur.
"Silvi, kamu tau kan tentang orangtuanya Wawan?"
"Iya tan. Wawan bilang mereka udah meninggal waktu Wawan masih kecil."
"Iya. Dan oleh karena itu, tante dan omlah yang merawatnya, hingga akhirnya dia memilih jalannya sendiri untuk mandiri. Wawan itu memang kelihatannya saja dingin, tapi tante lihat sejak dia bersamamu, Wawan sudah agak menghilangkan kebiasaan dinginnya itu. "
'Ah!, belum tan, itu cuman akting doang!' Batin Silvi menolak pernyataan tante Bonita,
___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments