"Silvi!,....Silvi....!" Panggil Wawan seraya menyentuh bahu Silvi dengan telunjuknya. Tapi, tak ada respon dari Silvi, mungkin karena saking lelahnya Silvi hingga membuat dia tidur begitu pulas.
Akhirnya Wawan mengangkat Silvi,
"Aduh!, nih orang berat juga..."
Ucap Wawan saat kesulitan membawa Silvi ke ranjang,
"Aduh!!!....huft!"
Wawan menaruh Silvi dikasur perlahan, dengan tangan Wawan menopang kepala Silvi, Wawan sempat menatap wajah Silvi saat tertidur pulas. Desiran ombak datang tiba-tiba, membuatnya nyaman menatap wajah cantik Silvi lama-lama.
"Ceklek!",
Tiba-tiba saja pintu terbuka
" Wawan!, Silvi!, ayo ma.....kan!, ups!!"
Teriak tante Bonita dengan kencang memanggil mereka berdua untuk turun makan, tak sengaja tante Bonita melihat mereka dengan posisi tersebut,
Wawan sontak melototkan matanya kaget karena tante Bonita yang datang secara tiba-tiba hingga harus melihatnya dengan posisinya yang sedang duduk disamping Silvi dengan tangan yang masih berada dibelakang kepala Silvi,
"Maaf! tante tutup kembali!",
Ucap tante Bonita dan segera menutup kembali pintu kamar Wawan,
" Tan, tunggu!"
Teriak Wawan, refleks mengangkat tangannya yang berada dibelakang kepala Silvi, membuat kepala Silvi jatuh ke kasur,
"Akhh!"
"Hehemmm", tawa penuh arti tante Bonita dan akhirnya menuruni anak tangga.
"Mmmmm......", Silvi terbangun saat merasakan ada pergerakan yang membuatnya terganggu,
" Aaaaaaaaaa.....", teriak Silvi saat melihat Wawan yang duduk didekatnya, langsung saja Wawan menutup mulut Silvi membuatnya bungkam,
"Mmm...mmm" Ucap Silvi seraya berusaha membuka tangan Wawan dari mulutnya.
"Hush!, jangan teriak. Nanti tante pikirnya kita lagi ngapain",
Wawan kemudian segera melepaskan tangannya,
" Kamu mau ngapain?", curiga Silvi menatap tajam Wawan dengan tangan yang disilangkan didepan dadanya.
Wawan yang tadinya duduk di sebelah Silvi akhirnya berdiri disamping ranjang.
"Ye...jangan pikir yang macem-macem yah!, aku cuman...", ucap Wawan memotong perkataannya.
'Kalau aku bilang aku ngangkat dia ke ranjang karena kasian, dianya nanti malah ger', Batin Wawan mengalihkan pandangannya.
" Cuman apa?",
"Tunggu!, kamu ngangkat aku ke kasur?",
" Ekhem!,, tante Bonita tadi datang ke kamar untuk panggil kita turun makan, dan dia melihatmu tertidur di sofa, dan menyuruhku untuk mengangkatmu ke ranjang. Jangan ger yah!, aku juga nggk mau. Tapi, tante Bonita yang maksa.", jelas Wawan sedikit melencengkan fakta.
"Ya udah!, cepat bersih-bersih!, dan turun soalnya tante Bonita pasti nungguin kita." Sambung Wawan, dan melangkah keluar dari kamar,
"Hm...si es batu nyebelin!"
***
Suasana begitu senyap, hanya sendok dan garpu yang beradu di meja makan. Masing-masing mereka hanya fokus pada makanan didepan mereka.
Tante Bonita terlihat senyam senyum menatap Wawan dan Silvi, Wawan yang ditatap pura-pura tak mengerti maksud tantenya itu dan hanya fokus melahap makanannya. Sedangkan Silvi yang melihat tatapan tante Bonita merasa aneh dengan hal itu.
"Tan, om. Aku nanti keluar sebentar yah!, soalnya aku janji mau ke rumah temen."
Ucap Silvi sejenak mengingat janjinya pada Fadhilah untuk ke rumahnya dimalam hari, dan menghentikan suapan terakhirnya.
"Iya, diantar sama Wawan kan?", tanya tante Bonita
Sejenak Silvi menatap Wawan,
" Ah!, nggk tan. Aku bisa sendiri kok"
"Udah malam, loh!. Nggk baik perempuan keluar malam-malam....mmm", tante Bonita menatap Wawan seraya memberikan kode,
" Betul kata tante sayang, biar aku antar yah!", ucap Wawan memunculkan aktingnya lagi.
Silvi menatap Wawan heran, 'nih orang aneh betul, kadang dingin, kadang manis, kadang nyebelin',
"Ya udah kalau gitu", Silvi hanya pasrah untuk diantar, tidak enak juga menolak didepan om dan tante,
Beberapa jam setelah makan malam mereka selesai, Silvi dan Wawan sudah berada di dalam mobil melajukan kendaraannya itu dijalanan beraspal.
Beberapa menit tidak ada yang membuka suara, hanya keheningan dan siulan angin malam yang terdengar,
" Kamu mau ke rumah temenmu itu lagi?", tanya Wawan menebak-nebak,
"Emangnya kamu tau temen aku yang mana?"
"Siapa lagi kalau bukan temen perempuan kamu, Fadhilah kan namanya?",
" Kok tau?",
Wawan tidak merespon, dia fokus mengendarai mobilnya,
"Kenapa kamu waktu itu pura-pura jadi kurir?",
Tanya Silvi penasaran pada Wawan, 'apakah benar dia yang datang waktu itu pura-pura menjadi kurir?', batin Silvi.
'Kok dia tau yah!', batin Wawan.
"Ekhem, kapan?",
" Jangan lupa deh!, pasti kamu kan yang ngirimin aku dress itu?, terus pura-pura jadi kurir, dan datang di rumahnya Fadhilah "
"Sok tau",
" Ya taulah, kan ada suratmu."
"Emangnya ada nama aku di situ?", tanya Wawan
" Nggk kan?", sambungnya.
"Iya sih!"
"Tapi..."
"Turun!", suara dingin Wawan menghentikan Silvi melanjutkan perkataannya,
Silvi hanya bengong dan menatap heran pada Wawan,
"Turun!, udah sampe. " Datar Wawan,
"Udah?", Silvi celak celingukan menatap kaca jendela mobil memastikan sudah sampai didepan rumah Fadhilah. Memang ternyata sudah sampai, karena rumah Fadhilah tidak terlalu jauh dari rumah Wawan.
" Kok, kamu tau rumah fadhilah?"
Selidik Silvi curiga padanya.
"Mmm...tau ajah!, udah sana cepetan!", Perintah Wawan segera dengan suara dinginnya, membuat Silvi jadi makin curiga pada Wawan. Silvi hanya menatap tajam pada Wawan,
" Ngapain ?, cepetan sana turun!", perintah Wawan lagi,
Silvi kemudian berbalik dan membuka pintu mobil.
Sebelum melangkah memasuki rumah Silvi, Silvi kembali duduk didalam mobil lagi.
"Ada apa?"
"Aku minta kamu jangan parkir mobil di sini, soalnya jangan sampai Fadhilah curiga."
"Hm"
Silvi kemudian melangkah keluar lagi dan masuk ke rumah Fadhilah. Sedangkan Wawan menjalankan mobilnya bergerak ke depan beberapa meter dari depan rumah Fadhilah.
"Assalamu'alaikum..tok, tok, tok...!"
"Waalaikumsalam...!, eh nak Silvi!"
Seorang perempuan paruh baya membuka pintu rumahnya dengan wajah tersenyum.
"Iya tante, Fadhilahnya ada tan?"
"Ada, di dalam. Masuk ajah dulu!"
"Iya tan. Owh ya tan, maaf yah! Kemarin aku nggk sempat pamit sama tante, malah langsung pulang"
Terang Silvi pada ibunya Fadhilah,
"Iya, nggk papa kok. Fadhilah juga udah kasi tau tante hari itu kamu ada urusan keluarga mendadak."
"Iya tan,"
"Silvi!, kamu udah dateng?"
Tiba-tiba, Fadhilah datang dari arah kamarnya.
"Iya,"
"Owh ya tan, aku ke sini cuman mau ngambil barang aku yang ketinggalan ajah..."
"Owh, iy. Kenapa nggak nginep ajah lagi?"
"Hhhh..nggk tan, soalnya masih ada urusan...heheh.."
"Owh...gitu"
"Iya, tan. Lain kali ajah tan aku nginepnya", ucap Silvi sopan.
"Ya udah Vi, yuk ke kamar!", ajak Fadhilah pada Silvi mengantar Silvi ke kamarnya tempat barang-barang Silvi ditaruh.
Setelah mengemas beberapa barang yang telah Silvi bawa waktu itu, ia kemudian membawanya keluar dari kamar Fadhillah. Setelah pamit pada Fadhillah dan ibunya Fadhillah, Silvi lalu beranjak pergi dari rumah Fadhillah.
Tanpa ada yang curiga, Silvi berjalan kearah mobil yang terparkir tidak jauh dari rumah Fadhillah. Sebenarnya, Fadhillah sempat bertanya pada Silvi tadi,
"Pulang pakai grab lagi Vi?", tanya Fadhillah beberapa menit yang lalu. Karena ia tahu bahwa Silvi selalu naik ojol kemana-mana. Karena Silvi tidak memiliki motor.
Hal itu tentu langsung membuat Silvi menganggukkan kepalanya tanpa berbasa-basi lagi, Silvi lalu pergi.
***next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments