Bab. 18 Kejadian di Supermarket

Hari sudah menjelang sore, Silvi yang sedang berjalan ke arah pintu gerbang kampus mendadak menghentikan langkahnya melihat mobil Wawan yang berada didepan gerbang.

'Jangan-jangan dia nungguin aku lagi', batin Silvi.

Ia kemudian melirik kanan kirinya untuk memastikan tidak ada orang di area itu.

Kebetulan juga, Silvi belum pesan ojek online untuk pulang. 'Sekali-kali nebeng lah sama dia', batinnya.

Dengan langkah pasti, dia kemudian berjalan kearah mobil Wawan.

"Tok!, tok!", Silvi mengetuk pintu mobil itu memastikan Wawan ada didalamnya.

Beberapa detik kemudian Wawan menurunkan kaca mobilnya.

" Ada apa?", datar Wawan.

"Ekhem.. nungguin yah?", tanya Silvi.

" Ih!, geer. Aku cuman markirin mobil aku sebentar di sini karena aku tadi menelpon.", jelas Wawan dan akhirnya menaikkan kembali kaca mobilnya.

Tak berapa lama, mobil Wawan bergerak menjauh dari Silvi.

"Ish!, es batu nyebelin!, orang mau nebeng doang kok!", jengkel Silvi.

Akhirnya Silvi mengeluarkan ponselnya untuk memesan ojek online.

" Eh!, Vi. Ngapain?", Tiba-tiba saja ada Fadhilah datang menghampirinya bersama dengan motornya.

'Eh, Dila. Apa dia ngeliat aku tadi bicara sama Wawan yah?', batin Silvi.

"Ah!, nggk. Aku cuman lagi nungguin ojek online aku ajah kok!", alibi SilviSilvi seraya menunjukkan ponselnya.

" Mm...aku liat di sini tadi ada mobilnya pak Wawan, udah pergi?",

"Ah!, udah, udah pergi."

"Owh!, ",

'Mampus!, Dila berarti liat gue bicara sama Wawan. ', batin Silvi.

" Dil, tadi ngeliat sesuatu yang mencurigakan nggk?", tanya Silvi pada Fadhilah.

"Mm...aku ngeliat kamu yang mencurigakan. Ngapain tadi celingak celinguk di mobilnya pak Wawan?",

" Ah!, ng..nggk kok. Pak Wawan nya ajah tadi yang mencurigakan. Sempat ajah didalam mobil ada cewek cantik yang dia sembunyiin, heheh...",

"Mmm?, emangnya kenapa kalau pak Wawan ada cewek cantik?, kamu cemburu yah?", ejek Fadhilah pada Silvi.

" Eh!, ngapain aku cemburu.",

"Eh, eh...siapa tau ajah kamu udah mulai suka sama pak Wawan.",

" Hah?, aku?, suka sama pak Wawan?, no..no..no..., nggk bakalan.", tegas Silvi menolak pernyataan Fadhilah.

"Ye...kita tuh nggk ada yang tau kedepannya Vi, jangan bilang gitu tau.",

" Owh iya Vi, emangnya ojek kamu masih lama nyampenya?", sambung Fadhilah.

"Kayaknya begitu, kalau kamu mau pulang duluan nggk papa kok. Aku bisa sendiri.",

" Kalau gitu, aku duluan yah Vi. Biasa, mamaku pasti udah nungguin aku.",

"Iya, anak mami. Dah!, Hati-hati!", ucap Silvi pada Fadhilah yang sedari tadi berada diatas motornya.

"Brummm...", Fadhilah pun melajukan motornya bergerak dijalanan yang ramai.

Karena Fadhilah yang berpikir bahwa Silvi masih tinggal bersama kedua orangtuanya yang berbeda arah dengan rumahnya Fadhilah, sehingga Fadhilah tidak mengajak Silvi untuk pulang bareng.

Tapi, itu juga menjadi kelegaan bagi Silvi, karena jangan sampai, Fadhilah tau dia tinggal bersama Wawan, dosen dingin itu.

Setelah beberapa menit Fadhilah pergi, tiba-tiba ada kak Aan menghampiri Silvi.

"Sendiri?, mau diantar nggk?", ucap datar kak Aan.

" Ah!, nggk kak!, makasih. Aku udah pesan ojek kok. Sebentar lagi datang.", tolak Silvi.

Bersamaan dengan itu, datang ojek berpakaian jaket hijau menepi didepan gerbang kampus itu.

"Ah!, itu ojeknya kak. Kalau begitu aku duluan yah kak!, makasih atas penawarannya.", ucap Silvi kemudian dan menghampiri ojol itu.

"Atas nama mbak Silvi?", tanya ojol itu.

" Iya mbak!, dengan saya sendiri ", jawab Silvi.

Silvi selalu bersyukur, karena beruntung selalu mendapatkan tukang ojol perempuan. Walaupun biasanya kan pada umumnya tukang ojol itu laki-laki, tapi jika bersama sesama perempuan rasanya lebih aman. Selain karena muhrim, perempuan juga lebih mengerti.

***

Setelah tadi sampai di rumah, Silvi harus bersiap-siap kembali untuk pergi keluar menjalankan tugasnya. Apalagi kalau bukan harus pergi kerja di supermarket lagi.

Beberapa menit, akhirnya Silvi sampai di supermarket tempatnya bekerja.

Tanpa Silvi sadari, ada seseorang yang sedang memperhatikan Silvi dari jauh. Dia hanya terlihat memantau Silvi dari dalam mobilnya.

Silvi masuk ke dalam supermarket. Seperti biasa, dia akan terlebih dahulu mengganti pakaiannya. Dan menggantikan posisi seniornya di tempat kerja itu.

Beberapa jam kemudian, setelah melayani beberapa pembeli yang datang ke supermarket, Silvi sesekali bersandar dikursi untuk menghilangkan sebagian rasa lelahnya.

"Hoahmmm....", Silvi sedikit mengantuk. Dilihatnya jam yang berada ditangannya, sudah menunjukkan pukul 10.00, 30 menit lagi dia akan menutup supermarket itu.

Tiba-tiba seseorang masuk dengan berpakaian serba hitam memakai masker.

" Selamat datang, Selamat berbelanja di supermarket kami!", ucap Silvi ramah.

Orang itu tak mempedulikan Silvi, dia kemudian berjalan ke arah rak penuh cemilan. Mulanya, dia mengambil 2-3 cemilan yang ada di situ, kemudian berjalan lagi ke arah tempat produk lain. Terlihat, dia sedang melirik Silvi yang berada di kasir.

Dilihatnya keadaan supermarket itu yang sepi, perlahan dia mendekat ke arah Silvi seraya membawa beberapa cemilan ditangannya.

Orang itu meletakkan barang yang dibelinya diatas meja kasir seraya menunggu Silvi menghitung belanjaannya.

"Jadi, totalnya 25 ribu rupiah yah Kak!", ucap Silvi pada orang itu.

Awalnya Silvi tidak menaruh curiga, hingga pada akhirnya orang itu mengeluarkan pisau dari saku celananya.

" Astaghfirullah!",

Ia dengan cepat menodongkan pisau pada Silvi,

"Cepat!, serahkan semua uang yang ada di kasir!", perintah orang itu dengan suara mengancam,

Silvi yang begitu panik harus berbuat apa, hanya bisa melirik sana sini berharap ada seseorang yang membantunya.

***

Wawan memarkirkan mobilnya didepan supermarket yang selalu didatangi oleh Silvi. Wawan begitu penasaran, apa yang membuat Silvi beberapa hari ini selalu datang ke tempat itu.

Untungnya, tadi Wawan sempat mengikuti Silvi, dan memantaunya sebentar. Hingga, ia memutuskan untuk masuk ke dalam supermarket itu.

"Apa yang dia buat di supermarket itu semalam ini?", ucap Wawan saat memantau Silvi dari dalam mobil.

Wawan pun keluar dari mobil dan berjalan ke arah supermarket.

Dari luar, Wawan sedikit melihat seseorang di dalam dengan memakai baju serba hitam yang sedang menodongkan pisau kepada karyawan kasir supermarket itu. Namun, dia tidak melihat dengan jelas wajah mereka karena kaca supermarket yang kabur dari luar.

Wawan yang kaget, segera mengeluarkan ponselnya,

"Halo!, pak polisi!

Ada palaku kejahatan yang sedang terjadi di supermarket di jalan kebayoran. Mohon segera mengirimkan bantuan!", jelas Wawan berbisik agar yang didalam tidak mendengarnya dan memasukkan kembali ponselnya itu.

Sedangkan, dari dalam supermarket itu, Silvi yang panik mencoba meraba-raba isi laci kasir itu sambil mengeluarkan sejumlah uang,

"Hiks....hhh...hh, Ya Allah!", tangis Silvi seraya mengeluarkan uang itu.

" Bang!, jangan ambil semua yah!, nanti aku dipecat!, hiks!...hiks!", mohon Silvi sesekali sesenggukan mengeluarkan air mata ketakutan.

Orang itu malah memajukan pisaunya mengancam Silvi untuk tidak bicara.

"Aa...iya, iya bang!, aku kasih semua!,", ucap Silvi panik di todongkan benda tajam itu lebih dekat.

***next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!