Bab. 5 Dosen yang Mencurigakan

"Yah!, mungkin ajah!, laki-laki itu kalau udah punya perasaan sama wanita dia akan terus cari kesempatan buat deketan sama tu cewek" Jelas Fadhila berceramah sambil tersenyum puas melirik Silvi salah tingkah,

"Ish! Apaan sih dill, sok tau!" Ucap Silvi,

"Ya taulah, orang berpengalaman gituh" Jawab Fadhila,

"Berpengalaman apanya?, emang lu punya pacar?" Tanya Silvi,

"Heh!...gini-gini juga gue udah punya pacar tau" Jawab Fadhillah,

"Mana?"

"Hanya Allah yang tahu"

"Hemph!...gue kira beneran" Ucap Silvi menahan kekesalannya,

"Beneran itu mah, Tuhan yang tau jodoh kita, ya kan?" Jawab Fadhillah,

"Ah! Udah ah, aku mau pergi mandi" Ucap Silvi mengelak,

"Ye!, belum mandi ternyata, pantesan bau "

"Heh!, apa?"

"Kabur!"

***

"Di peternakan ini terdapat 300 sapi peternakan, yang di mana terdapat 5 jenis sapi, yaitu sapi Brahman, Madura, Limosin, Bali, dan juga peranakan Ongole. Kesehatan di peternakan kami lumayan bagus dengan terjaminnya nutrisi setiap sapi." Jelas Wawan kepada para mahasiswa.

Silvi cukup takjub melihat Wawan yang sangat lancar menjelaskan dan lebih mengetahui tentang ternak. Dengan gayanya yang tetap berwibawa, dan kelihatan cool banget,

"Eh!, Astaghfirullah!, nggk boleh, nggk boleh" Batin Silvi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ingat! Silvi, dia itu orang jahat" Lanjutnya sambil memberikan tatapan tajam pada Wawan.

"Jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan bertanya" Jelas pak Latri kepada semua mahasiswa,

"Pak!" Silvi mengangkat tangannya,

"Ya?" Jawab pak Latri,

"Boleh nanya?" Lanjut Silvi,

"Boleh!, mau nanya apa?" Ucap pak Latri bersemangat,

"Ehm... saya mau bertanya pada pak Wawan", ucap Silvi kepada pak Latri,

" Hah?, pak? Dia panggil gue setua itu?" Batin Wawan saat Silvi ternyata memanggilnya 'pak'.

" Ya, boleh. Apa yang ingin kamu tanyakan?" Jelas Wawan tetap se profesional mungkin,

"bapak tadi kan bilang kesehatan di peternakan bapak ini bagus, lantas mengapa masih ada sapi yang terkena racun kemarin?, apakah bapak yakin dengan kesehatan makanan ternak bapak?,”

Tanya Silvi,

Spontan semuanya menatap Wawan penuh rasa penasaran, Wawan yang ditatap malah terlihat biasa-biasa saja,

“ekhem…mengenai itu, itu murni kesalahan saya sendiri yang tidak hati-hati menjaga ternak saya.” jawab Wawan singkat, padat dan jelas,

“beh! Gitu doang jawabannya” Silvi membatin, tapi terlihat semuanya malah takjub dengan jawaban yang singkat itu.

“kalau begitu, kita lanjutkan?” Tanya Wawan menyudahi pertanyaan Silvi, semunya malah mengangguk,

"Eh, pak!" Silvi sedikit kesal karena masih belum puas dengan jawaban Wawan itu.

Tapi Wawan tidak peduli dan malah melangkah pergi.

Mereka semua melanjutkan observasi mereka tanpa peduli lagi dengan pertanyaan Silvi.

"Udahlah Silvi!" Ucap Fadhillah menepuk bahu Silvi yang masih butuh penjelasan suaminya itu, walaupun tidak ada yang tahu bahwa Wawan adalah suami Silvi.

"Silahkan melihat-lihat sapi di peternakan kami!" Ucap Wawan mempersilahkan semuanya masuk pada peternakannya.

"Ish!, padahal kan ini hal yang penting" Batin Silvi tetap menatap Wawan penuh kesal karena mengacuhkannya di depan teman-temannya.

Silvi yang masih sibuk dengan pikirannya berusaha untuk mencari cara agar bisa membalas dendam kepada Wawan karena tadi mengacuhkannya dan atas pernikahan yang dipaksakannya. Entah mengapa, tapi dalam pikiran Silvi selalu ingin mencari gara-gara pada Wawan, mungkin saja ketika Wawan sudah muak, dan mengusirnya dari rumah, dan akan ada kemungkinan dia akan diceraikan, dan bebaslah ia dari pernikahan yang tidak ia inginkan itu.

“Aha!” terlintas pikiran jahat seorang Silvi. Silvi kemudian sengaja menginjakkan sepatunya di tumpukan penuh tai sapi dan kemudian berjalan mendekati Wawan.

“Ups!, maaf” ucap Silvi sengaja menginjakkan sepatunya diatas sepatu milik Wawan. Untungnya, semuanya tidak melihat apa yang dilakukan oleh Silvi kepada Wawan karena mereka sibuk untuk fokus pada sapi-sapi ternak.

“Eh!, apa yang kamu lakukan?” ucap Wawan sedikit kesal melihat sepatunya penuh dengan tai sapi, dan menatap Silvi tajam,

Sedangkan Silvi hanya berpura-pura berjalan melewati Wawan tanpa menghiraukannya tepat seperti apa yang dilakukan Wawan tadi kepadanya, seolah-olah tak terjadi apapun.

“Silviii!” geram Wawan tapi pelan, takut semuanya mendengar. Silvi si tukang jail malah lari terbiri-birit menghampiri sahabatnya meninggalkan Wawan.

“haha…!”, tawa puas Silvi setelah cukup jauh dari Wawan dan melihat Wawan dari jauh dengan muka kesalnya.

“habis ngapain sih Vi?, seneng banget” lirik Fadhila melihat ada yang aneh pada sahabatnya itu,

“nggk!, nggk ada kok..hmhh” jawab Silvi sambil menahan tawanya,

“aneh!” ucap Fadhila melihat Silvi,

***

Sudah beberapa jam berlalu, kini mereka mulai bersiap-siap untuk pulang, karena kegiatan observasi mereka sudah selesai. Silvi yang tengah menenteng tasnya melangkah keluar dari penginapan menuju teman-temannya berada, tanpa sengaja melihat Wawan bersama pak Latri berbincang-bincang.

"Awas ajah kalau dia aduin gue" Ucap Silvi sedikit mencurigai Wawan karena tadi ia habis mengerjai Wawan.

Silvi yang was-was karena takut Wawan mengadukannya pada dosennya itu berjalan agak mendekat kearah mereka untuk mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Eh, Silvi! Sini" Panggil pak Latri melihat Silvi terlihat berjalan mengendap-ngendap.

"Ahhhh..iya Pak" Ucap Silvi kaget,

"Aduh!, mati gue, ngapain sih pak Latri manggil gue, mana ada si es batu lagi" Batin Silvi,

"Sini tas kamu, biar saya yang bawa" Ucap pak Latri segera menyodorkan tangannya untuk mengambil tas Silvi,

"Eh!...e..jangan, jangan pak! biar saya saja" Ucap Silvi kaget, bisa-bisanya pak Latri nawarin bantuannya sama Silvi.

Bukan Silvi saja yang kaget, Wawan yang mendengarnya pun turut kaget, di mana-mana biasanya kan dosen yang nyuruh mahasiswanya bantuin dia, ini kok malah dosen yang nawarin bantuannya pada mahasiswanya.

"Eh!, nggk papa, lagipun perjalanannya masih jauh loh!" Paksa pak Latri,

"Biar dia sendiri saja yang bawa pak, lagipun bapak kan bawa tas juga," Ucap Wawan pada pak Latri,

"Eh! Iya, benar kata pak Wawan, saya jalan dulu pak" Jelas Silvi dan segera berlalu jangan sampai pak Latri memaksanya lagi,

Entah kenapa denga pak Latri itu, sedikit mencurigakan.

"Kalau butuh bantuan silahkan panggil saya saja Silvi!" Teriak pak Latri pada Silvi yang terlihat buru-buru meninggalkannya.

"Pak!, kenapa anda begitu peduli pada mahasiswi bapak itu?" Tanya Wawan penasaran pada lelaki yang lebih tua beberapa tahun darinya itu.

"Ah!, tidak ada pak. Cuman kasian ajah ngeliatnya bawa tas sambil jalan kaki jauh" Jelas pak Latri,

"Kalau begitu saya permisi dulu pak, Terima kasih telah menerima kami untuk melakukan observasi di ternak bapak ini. Kami pamit dulu, Assalamu'alaikum!" Sambung pak Latri,

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Jawab Wawan, entah mengapa, tapi Wawan sedikit curiga pada dosen itu, sikapnya sedikit berbeda pada Silvi,

"Apakah dia suka sama Silvi?"

***next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!