Arya menyusuri sepanjang jalan untuk mencari keberadaan mobilnya Kinan. Dia berpikir sepuluh menit bukanlah waktu yang lama. Dia masih bisa mengejar mobil wanita itu.
Hingga akhirnya Arya tersenyum senang saa ia melihat mobilnya Kinan ada di parkiran kedai es krim yang berada tidak jauh dari hunian perumahan elit tempat Kinan tinggal.
Arya membelokkan mobilnya dan memarkirkan mobil sport keluaran tahun 2015 di sebelah mobil sedan mewah keluaran terbaru miliknya Kinan.
Arya dengan tidak sabar memelas sabuk pengaman dan bergegas keluar dari dalam mobil. Pemuda itu langsung duduk di sebelahnya Arkan dan memesan, "Mbak, saya pesan es krim yang sama dengan keponakan saya yang sangat tampan ini"
Arkan langsung menoleh ke Arya dengan senyum lebar dan berkata, "Wah! Kesukaan kita sama, Om"
"Iya, kesukaan kita sama" Sahut Arya dengan pandangan mata mengarah tajam ke Kinan.
Kinan langsung menunduk dan terus menunduk. Ia kemudian asyik menikmati es krim vanila. Perempuan itu mengabaikan keberadaannya Arya karena ia, masih belum bisa berpikir jernih dan masih belum bisa memutuskan bagaimana ia harus bersikap terhadap Arya setelah ia bercinta habis-habisan dengan pria itu.
Keheningan terjadi dan rasa canggung menyelimuti Kinan dan Arya hingga akhirnya keheningan itu pecah saat ada seorang ibu dengan menggandeng putranya menghampiri meja mereka dan berkata, "Arkan! Kamu juga suka makan es krim di sini, Nak?"
Kinan langsung mengangkat wajahnya dan tersenyum ke ibu tersebut lalu bertanya, "Anda kenal dengan Arkan?"
"Ah! Anda pasti Mamanya Arkan. Wah! Anda cantik sekali. Pantas saja kalau Arkan sangat tampan"
"Terima kasih" Sahut Kinan dengan senyum hangat.
"Kenalkan, emm, saya adalah salah satu guru di Playgroup dan TK Kasih. Nama saya............"
"Bu Ida. Ibu Aida Pasha" Sahut Arkan.
"Ah, iya! Arkan benar. Dan anak saya ini satu kelas dengan Arkan. Ayo Deo, kasih salam sama Tante dan Om ini adalah........."
"Saya adalah........." Arya menjadi kesulitan mendeskripsikan dirinya setelah ia tidur dengan Kinan.
"Oh! Dia calon suami adik saya. Dia calon adik ipar saya" Sahut Kinan dengan cepat.
"Oh!" Sahut ibu gurunya Arkan dengan senyum ramah.
Setelah saling bersalaman, Ibu gurunya Arkan itu kemudian bertanya, "Bolehkan saya ikut duduk di meja ini. Semua meja sudah penuh"
"Silakan" Sahut Kinan dengan senyum ramah dan sopan.
Setelah gurunya Arkan dan putranya yang bernama Edo itu duduk di mejanya, Kinan langsung berkata, "Saya nitip Arkan sebentar. Saya mau pergi ke toilet"
"Baiklah!" Sahut Ibu guru yang bernama Aida itu.
Selang dua detik, Arya mengatakan hal yang sama ke ibu guru itu dan ibu guru itu pun menjawab dengan kata yang sama, "Baiklah"
Arya bergegas bangkit berdiri dan berlari kecil menyusul Kinan. Dia menemukan Kinan tengah mencuci tangan di wastafel yang memisahkan toilet pria dan toilet wanita.
Arya tanpa ragu memeluk tubuh Kinan dari arah belakang.
Kinan yang tengah menunduk sontak menatap cermin dan langsung mengurai gelungan lengan kekar di pinggang rampingnya sembari menggeram, "Lepaskan aku, Arya! Kalau ada yang lihat gimana?"
Arya mempererat pelukannya dan menyusupkan wajahnya di leher Kinan lalu berkata di sana, "Katakan dulu kalau Kakak tidak menyesali apa yang sudah terjadi. Katakan kalau itu bukan kesalahan dan ........"
"Lepaskan Aku dulu!" Kinan berucap sambil terus berusaha mengurai gelungan tangan pria itu.
"Nggak! Katakan dulu kalau Kakak tidak menyesalinya"
Alih-alih menjawab pertanyannya Arya itu, Kinan justru berkata, "Ayu meneleponku sebelum kamu datang. Ayu bilang kalau kau tidak pernah mengatakan cinta padanya. Adikku yang manis dan lugu itu memintaku untuk menjaga kamu demi dia dan adikku yang naif itu memintaku mengajarimu cara mengungkapkan cinta padanya"
Ucapan Kinan itu berhasil membuat gelungan lengan kekarnya Arya terurai. Pria tampan itu kemudian melangkah mundur dan bersitatap dengan Kinan lewat cermin.
"Tatap aku dengan lekat saat ini dan ingat baik-baik kalau aku adalah calon kakak ipar kamu. Aku adalah kakaknya Ayu" Kinan kemudian berputar badan dan pergi meninggalkan Arya yang masih mematung.
Kinan kemudian kembali ke meja dan mengajak Arkan untuk pulang. Setelah mengucapkan terima kasih dan pamit ke gurunya Arkan dan teman sekelasnya Arkan, Kinan langsung menggandeng Arkan menuju ke mobil.
Arya langsung berlari kencang masuk ke dalam mobilnya untuk segera mengejar mobilnya Kinan.
Kinan segera menyadari kalau Arya mengikutinya. Untuk itulah ia memutuskan untuk berputar-putar terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah.
"Ma, kenapa jalan terus? Rumah kita, kan, belok kanan?" Protes Arkan.
"Mama ingin membeli camilan dulu, Sayang" Sahut Kinan sambil menoleh sekilas ke Arkan.
"Kalau gitu, Arkan bobok, ya, Ma? Arkan capek banget dan ngantuk"
"Iya, boboklah!" Kinan berucap sembari mengusap lembut puncak kepalanya Arkan.
Setelah yakin Arkan sudah pulas tidurnya, Kinan membelokkan mobilnya ke sebuah taman yang tampak sepi dan menghentikan mobilnya di sana. Kalau tidak segera diselesaikan permasalahan yang terjadi di antara dia dan Arya maka pemuda itu akan terus mengejarnya. Dia harus bersikap tegas pada Arya saat ini juga.
Kinan menyelimuti tubuh Arkan dengan selimut kecil, lalu ia membuka kaca jendela kemudian melangkah turun dari mobil.
Arya sudah menunggu di depan mobilnya dengan sorot mata tajam saat kInan menutup pintu mobil.
Kinan langsung menarik tangan Arya untuk melangkah sedikit menjauhi mobil dan wanita itu langsung menghempaskan tangan Arya sambil bertanya, "Kenapa kau nekat mengikuti mobilku?"
"Aku masih butuh pengakuan dari kamu, Kinan"
"Kau tidak memanggilku,Kak lagi?"
"Kita sudah tidur bersama apakah penting memanggilmu, kak atau nggak?" Arya mendelik ke Kinan.
"Pelankan suara kamu! Arkan bisa bangun dan mendengarnya" Kinan mendelik ke Arya.
"Aku bahkan ingin berteriak ke seluruh dunia saat ini kalau aku memanggilmu Kinan, Kinan, dan Kinan!" Arya mulai menggeram kesal.
Kinan langsung menghela napas panjang, "Maafkan kesalahanku........."
"Itu bukan kesalahan bagiku. Aku juga merasakan kalau kamu menikmatinya, Kinan. Kamu bermain dengan penuh perasaan dan....."
Kinan langsung menyahut, "Aku hanya menganggapmu sama seperti Arkan. Aku mungkin salah mengekspresikan rasa sayangku ke kamu. Demam dan pusing membuatku linglung tadi. Aku ini Kakak kamu dan Ayu meminta aku untuk menjaga dan membimbing kamu. Aku sudah putuskan hanya akan menjaga dan membimbing kamu. Aku hanya mengganggapmu sebagai adik Harusnya aku hentikan saat kau........
"Kau bukan "pengasuhku", Kinan. Aku tidak butuh kau sayangi layaknya Kakak atau Ibu. Aku tidak butuh kau jaga dan kau bimbing. Kau tidak dapat mengambil keputusan sendiri, Kinan"
Gumpalan rasa cinta dan kerinduan di dada Arya membuatnya sulit bernapas.
"Tapi, sayangnya aku tidak akan pernah menelan kembali keputusan-keputusan itu" Sahut Kinan.
Arya tidak berpaling dari Kinan. Sesuatu berkilat di matanya, sesuatu yang berbahaya sekaligus tak berdaya. Suara pria tampan itu menjadi parau karena masih berusaha menahan semuanya, "Aku mencintaimu, Kinan"
"Seharusnya kau ucapkan kata itu untuk Ayu bukan untukku. Ayu adalah calon istri kamu dan dia sangat mendambakan kata itu. Tidak seharusnya kita mengkhianati kepercayaan yang diberikan Ayu pada kita"
"Tapi, aku tidak bisa mengatakan kata cinta ke Ayu. Entah kenapa. Dan pengkhianatan? Kau anggap indahnya rasa yang kita miliki adalah suatu pengkhianatan?"
"Kalau kau tidak bisa mengatakan kata itu ke Ayu, lalu kenapa kau bersedia menikah dengan Ayu? Dan kalau kau anggap apa yang sudah kita lakukan bukan suatu pengkhianatan, lalu apa?"
Arya diam membisu dan mematung.
"Katakan kenapa kau bersedia menikah dengan Ayu kalau akhirnya kau malah mengkhianatinya seperti ini?"
"Karena aku merasa cocok dengan Ayu. Karena aku sudah terbiasa dengan Ayu, karena Ayu bisa membuatku tertawa dan merasa nyaman. Hanya itu dan aku tetap menganggap kalau rasa yang kita miliki ini bukanlah suatu pengkhianatan. Baru kali ini aku merasakan cinta dan aku sangat mengagungkan rasa cintaku ini, Kinan. Jadi, aku mohon jangan kau hina rasa cintaku ini dengan menyebutnya suatu pengkhianatan" Sahut Arya dengan wajah penuh kejujuran yang merupakan refleksi dari hatinya.
"Kau gila!"
"Aku gila sejak aku bertemu denganmu, Kinan" Arya menatap dalam kedua bola mata Kinan.
"Lupakan aku! Lupakan apa yang sudah terjadi di antara kita. itu semua hanyalah suatu kesalahan dan aku tidak ingin mengulanginya lagi. Aku juga tidak ingin kau terluka. Aku juga nggak ingin semuanya terluka. Bukan hanya kau yang berkhianat aku juga sudah berkhianat. Aku sudah mengkhianati janji pernikahanku dengan Mas Chris"
Seketika Arya menelan emosinya dan berkata dengan nada suara yang cukup tinggi, "Bodo amat dengan semuanya! Aku akan terluka kalau kau menjauh, Kinan. Oh, astaga! Tidak bisakah kau lihat kalau aku sungguh-sungguh mencintaimu, Kinan? Aku tak sanggup jauh darimu"
"Kamu masih bingung dengan perasaanmu sendiri saat ini. Itu bukan cinta aku rasa. Jadi, lupakan semuanya agar kau tidak terluka, Arya!" Kinan langsung berbalik badan.
Arya langsung menahan lengan atas Kinan dan berkata, "Aku tidak bingung Aku sadar betul kalau aku mencintaimu. Jangan punya pikiran untuk menjauhiku, Kak! Aku tak sanggup jauh darimu. Aku mohon, Kak!"
Kinan menoleh dan menatap Arya dengan kilatan tajam, "Kau pasti bisa melupakan aku!" Lalu, wanita itu menarik lengannya dan berlari pergi meninggalkan Arya.
Seketika putus asa dan frustasi meraih Arya masuk ke dalam dekapannya. Arya bersimpuh dan dengan derai air mata ia berteriak kencang, "Aaarrghhhhhh!!!!!"
Sementara Kinan masuk ke dalam mobil dan membetulkan selimut kecil yang menyelimuti Arkan yang tengah tertidur pulas. Selimut itu selalu ada di dalam mobilnya, lalu ia memakai sabuk pengaman dan mulai meluncurkan mobil kesatanagnny. Wanita itu mengusap pipinya dan langsung bergumam, "Kenapa ada air mata di pipiku? Air mata apa ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Aerik_chan
Next aku bakalan mampir lagi kak
2023-01-29
0
Rahma AR
like
2023-01-01
0
Nindira
Ayu pasti marah banget nih kalau tahu calon suaminya selingkuh dengan kakaknya sendiri
2022-12-19
0