Senja itu, perasaan Abdi dan Sonya sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana mungkin, gadis muda itu ternyata juga ikut berkunjung di tempat makan yang akan mereka masuki. Tapi justru ketangkap basah sehingga Abdi tidak mampu untuk menjelaskan pada gadis belia tersebut.
Sonya mendengus, menyumpahi wanita yang ada dihadapannya kini, "Dasar wanita tidak tahu diri! Ternyata selera lo hanya merebut kekasih orang. Emang enggak bisa ya, lo cari cowok lain? Oya, gue lihat gaya lo, tatto lo, penampilan lo murahan banget! Pantas saja Abdi tergiur, hanya untuk sekedar pelampiasan hasrat sesaat!"
Arini menautkan alisnya, menggeleng sebentar, kemudian menantang iris mata Sonya yang menatap nyalang kearahnya. "Wait ... apakah cowok ini pacar lo?" tunjuknya kepada Abdi yang masih tampak tenang.
Sonya menjawab pertanyaan Arini dengan sangat ketus, "Iya! Dia cowok gue!"
Kedua tangan Arini bertepuk di wajah Sonya, mendekatkan wajahnya, di wajah garang gadis muda itu, sambil berbisik lancang, "Sayang sekali, baby. Pria di samping gue ini merupakan suami sah Arini Aldo Anggoro. Jadi lo enggak ada apa-apanya, baby!"
Mendengar penuturan Arini, dada Sonya seakan-akan bergemuruh dan terasa sangat sesak. Bagaimana mungkin, siang tadi momen kencan mereka berdua, senja ini harus mendengarkan dari bibir seorang wanita bahwa Abdi telah memiliki istri, bahkan kini ia berhadapan dengan istri sah kekasihnya.
Sonya menggeleng tidak percaya, "Enggak! Kamu enggak benar-benar menikah kan, Aa? Jawab Sonya, Aa! Jawab, jangan diam saja! Jadi benar apa yang dikatakan Mutia pada ku beberapa lalu? Jadi semua yang dikatakan orang-orang itu beneran, Aa?"
Lagi-lagi Arini yang memang tipe wanita tidak suka di hina langsung menyunggingkan senyuman tipisnya kearah Sonya, "Maaf ya. Kita enggak level berdebat sama wanita belia kayak lo. Mendingan lo jual diri saja, biar bisa dapat suami kaya seperti laki gue!" Perlahan ia mengusap lembut wajah Abdi dihadapan Sonya, kembali berkata, "Ayo sayang, kita bungkus saja, menghabiskan waktu di hotel lebih baik, daripada harus berhadapan dengan wanita kasar seperti dia!"
Entah mengapa, Abdi yang sejak tadi mematung menyaksikan drama yang tak kalah menyedihkan dari cerita Korea, malah mengikuti semua keinginan Arini.
Perlahan Abdi tersadar, ia kembali menoleh kearah Sonya yang memandanginya dengan tatapan penuh dendam, bahkan sangat menyakitkan ketika melihat gadis itu menyeka air matanya yang mengalir deras, membasahi wajah mulus itu.
"Rin," panggil Abdi ketika melihat sosok istrinya telah jalan lebih dulu.
"Hmm!" Arini membalikkan tubuhnya, kemudian menatap Abdi yang masih menoleh kearah Sonya dan dirinya. "Kenapa? Lo masih mau sama cewek itu? Kalau masih mau silahkan saja, gue lanjut ke hotel saja! Kasih tahu sama dia, kalau bicara sama gue harus sopan. Gue ini istri lo, jadi harus menghargai perasaan orang lain!"
Tanpa pikir panjang, Arini berlalu meninggalkan Abdi yang masih tampak bimbang dan bingung. Sementara istrinya justru masuk kedalam mobil dengan wajah sedikit kesal.
Ada perasaan kecewa dihati Arini, ketika melihat Abdi menghampiri gadis belia itu, kemudian membujuknya agar tidak menangis lagi, sambil menepuk-nepuk pundak Sonya.
Dengan demikian, Arini lebih memilih meninggalkan Abdi dan Sonya, tanpa memperdulikan mereka berdua, dan langsung menghubungi partner bisnisnya di bidang sayuran organik.
Arini : "Lo dimana?"
Eko : "Masih di jalan, Teh. Mau ajukan pesanan ya?"
Arini : "Iya! Kita ketemu di restoran biasa saja, ya. Sekalian bawa tas yang gede, buat simpan uang lo. Gue kasih tunai saja, oke!"
Eko : "Siap Teh Zea. Satu jam lagi ya!"
Arini : "Oke!"
Arini mengakhiri panggilan teleponnya, melajukan kendaraannya menuju salah satu restoran yang terletak di Braga kota kembang. Kali ini, ia hanya ingin mengurusi semua urusan bisnis halalnya, walau untung yang diraup dalam jumlah kecil, tapi dapat rutin mengirim ke rekannya yang meminta dalam kurun waktu dua minggu kedepan.
"Setidaknya ada tabungan gue, buat dua bulan. Walau kecil tapi tidak kosong ..." Tawanya, sambil menepuk-nepuk stir mobil, mengikuti alunan musik yang tengah ia dengarkan.
.
Cukup lama Abdi meyakinkan pada Sonya, tentang pernikahannya dengan Arini. Membuat dada gadis itu benar-benar terasa sangat sesak karena kejujuran sang kekasih sangatlah menyakiti perasaannya sebagai seorang wanita.
"Tadi kamu bilang, kalian tidak saling mencintai. Tapi kenapa kalian malah tinggal bareng dan tidur satu kamar? Apakah jaman sekarang kawin gantung itu masih sah dimata agama? Bagaimana jika kamu jatuh hati sama dia? Bahkan kalian sangat cocok dan mirip. Kamu tega sama aku, apa salah aku sama kamu, Aa?" isaknya meremas kuat tangan sendiri.
"Kita ini sudah menjalin hubungan hampir enam bulan, Sonya. Tapi aku masih belum bisa menemukan satu kenyamanan tentang kedewasaan kamu. Aku seperti sedang menjalin relationship dengan adikku sendiri. Jadi aku harap, kamu bisa mencari pria lebih baik daripada aku. Kamu masih bisa berteman dengan Mutia, sebelum dia mengakhiri masa bebasnya. Bisa jadi tahun depan dia juga mengikuti pendidikan militer, sama seperti aku. Aku mohon, tenanglah Sonya!"
Abdi menghela nafas berat, bersusah payah ia mencari perasaannya yang sulit ia temukan sejak menjalin hubungan dengan Sonya, tapi dia tidak ingin mengakhiri hubungannya dengan gadis belia itu karena kedekatan Sonya dengan Mutia. Dan tipe Abdi sama persis seperti Aditya, tidak enak menolak perasaan wanita, jika telah memohonkan lebih dulu.
Mutia merupakan adik kesayangan Abdi yang selalu diperhatikan Sonya dari pergaulan sehari-harinya sebagai seorang model. Bisa dikatakan kedekatan Sonya dan Mutia sangat baik, dan saling menyayangi satu sama lain, walau Nancy selalu melarang gadis cantik itu memilih dalam bergaul.
Bukan berarti Nancy sombong dalam mengajarkan kedua putra-putrinya, melainkan sang mama tidak tahu, bahwa anak Evi sangatlah baik dan penurut.
Akan tetapi, gelar janda gatal itu selalu menjadi bahan bully-an bagi Mutia untuk Sonya, tapi tidak untuk di umbar dalam pergaulan mereka ketika tengah mengobrol dengan teman yang lain.
Kini, Sonya masih menangis tersedu-sedu, karena mendengar kejujuran dari bibir Arini, dan di jawab jujur oleh Abdi tanpa ada kebohongan lagi diantara mereka berdua.
"Jadi hubungan kita berakhir begitu saja? Padahal aku mau ngajakin kamu jalan-jalan ke mall besok siang. Ada artis di sana. Tapi aku tidak memaksa kamu, kok. Yang penting kamu tidak pernah memutuskan hubungan telepon kita, dan jangan lupa beliin aku handphone iPhone kayak punya Mutia," rengeknya meringkuk di bahu Abdi.
Abdi tersenyum tipis, mengusap lembut kepala gadis belia itu, sambil berkata hanya untuk sekedar berpesan, "Tapi kamu jangan bilang Mama Evi tentang ini semua. Kita diam-diam saja. Aku coba memperbaiki semua keadaan, karena aku dan Arini memang menolak perjodohan ini. Kasih aku waktu satu tahun, untuk bisa melihat bagaimana kelanjutan kita kedepannya!"
Sonya tersenyum sumringah, mengangguk setuju. Setidaknya dalam waktu satu tahun Abdi akan datang untuk melamarnya. Walau sejujurnya itu sangat tidak masuk akal.
Sangat berbeda dengan pemikiran Abdi, menyungut dalam hati, "Sementara tujuh bulan lagi aku berangkat ke Libanon selama dua tahun. Jadi ya tidak ada titik terang juga untuk hubungan ini ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Tari Gan
mengulang kisah bapaknya ini mah plin plan gak tegas.
2022-12-23
1
retno indarti
abdi sama kayak bapak nya dulu plin plang
2022-12-18
1
Chm1327
hmm aku penasaran anak nya Evi yang Sonya ini anak dari siapa, Thor 🤭🤭
2022-12-18
3