Tidak banyak pilihan, dua insan telah terikat dalam ikatan pernikahan, tidak membayangkan dalam benak mereka, akan tinggal satu atap seperti saat ini.
Kedua-nya tiba di apartemen milik Aldo yang berada di lantai 17, bukan lantai 20. Karena masih berantakan akibat serangan fajar dari Gultom beberapa waktu lalu, yang terletak di kota metropolitan.
Arini masih menunggu kabar dari Stevie, tentang keberadaan Gultom yang tidak berhasil dibawa oleh rekan bisnis haramnya tersebut, hingga ia bergumam dalam hati, "Kemana anak haram itu! Kenapa dia tidak mengindahkan semua ucapan ku, mau bermain-main ...?" senyumnya menyeringai kecil, mengisyaratkan permusuhan.
Sementara Abdi masih memainkan jemarinya di layar handphone pipih miliknya, sejak satu jam lalu, sambil meringkuk di sofa ruang keluarga yang tersedia sangat mewah juga rapi.
BRAK ...!
Arini melemparkan tas ransel milik Abdi yang terletak didalam kamar pribadinya dengan penuh amarah dengan nada lantang, "Silahkan bawa tas busuk mu itu keluar dari kamar ku. Letakkan dikamar pembantu belakang! Jangan berharap, kalau kamu akan bisa tidur nyenyak satu kamar bahkan satu ranjang dengan ku, Tuan Abdi Atmaja!"
Mendengar pernyataan Arini seperti itu, Abdi hanya tersenyum tipis, melihat tas miliknya sudah berada di lantai ruang keluarga, tapi tidak untuk berdebat dengan wanita kepala batu tersebut.
Abdi melirik Arini yang masih menatapnya dengan nyalang dan menantang, "Kau pikir aku akan mengalah begitu saja hmm ..." geramnya.
Tanpa pikir panjang, Abdi langsung melompat melangkahi sofa, kemudian mengambil tas ranselnya yang tergeletak di lantai ruang keluarga, sambil berjalan santai mendekati wanita yang sudah ditakdirkan menjadi istrinya.
Kedua bola mata mereka saling menatap lekat, tanpa bicara, bahkan langkah Abdi menggiring wanita itu untuk segera masuk ke kamar pribadi Arini.
BRAK ...!
Arini tersentak ketika mendengar suara pintu kamar tertutup dengan sangat keras, membuat ia menelan ludahnya sendiri dengan susah payah.
"A-a-a-apa yang kau mau, laki-laki mesum! Aku tidak ingin satu kamar dengan mu! Aku ingin kita menghentikan semua keputusan orang tua yang tidak adil ini!" bentaknya di wajah Abdi.
Kini tubuh Arini sudah tidak dapat bergeser lagi, kakinya sudah terasa mentok di dinding kamar, yang memojokkan tubuhnya di sudut lemari juga nakas yang berada disamping ranjang kamar itu.
"Aku akan melakukan apapun demi membahagiakan kedua orang tuaku. Mereka meminta ku, untuk memberikan cucu dari mu, maka aku akan melakukannya dengan memaksa mu kali ini!" seringainya, membuat gadis itu tampak gugup dan merasa terkunci oleh kungkungan tubuh Abdi yang ternyata perlahan telah melepaskan kancing bajunya satu persatu.
Mendapatkan perlakuan tidak senonoh, Arini langsung menggerakkan lutut kaki kanannya, menendangkan ke bagian pangkal paha Abdi tanpa perasaan takut.
BHUG ...!
BHUG ...!
"Agh, burung ku Arini! Perempuan sialan! Agh!" ringisnya sambil meringkuk menahan rasa sakit yang menghujam jantungnya sebagai pria.
BHUG ...!
BRAK ...!
Dengan satu pukulan yang dilayangkan oleh Arini membuat Abdi jatuh tersungkur dilantai kamar, membuat pria itu tidak mau tinggal diam.
Tangan Abdi meraih baju Arini yang sudah terbuka, seketika ...
Prak ...!
Kancing kemejanya berserakan dilantai kamar, membuat mereka benar-benar terlihat akan berperang satu dengan yang lainnya.
"Berani sekali kau sama aku, ya! Wanita kepala batu!" geram Abdi, memelintir tangan Arini, kemudian menghayunkan tubuh wanita itu tanpa perasaan kasihan diatas ranjang.
BHUG ...!
Abdi dengan sigap mengungkung tubuh Arini yang masih menelungkup, membuat gadis itu sulit dalam bernafas.
"Lepaskan aku, bangsaat! Aku tidak mau melayani mu! Jadi jangan paksa aku, karena aku tidak mencintaimu!" teriaknya sambil menutup wajahnya di seprei yang masih bersih dan wangi.
Merasa kemenangan berpihak padanya, Abdi tertawa kecil, sambil berbisik pelan di sudut telinga Arini, dengan posisi duduk ingin membuka semua penghalang pada gadis itu, "Aku tidak akan melepaskan mu kali ini, karena kau telah menjadi istri ku!"
Mendengar ucapan Abdi yang membuat bulu kuduknya berdiri, karena hembusan nafas pria yang sangat aneh di telinganya, membuat dia berusaha untuk melawan dan memberontak. "Lepaskan aku!"
Abdi tersenyum nakal, ia merentangkan kedua tangan Arini hanya untuk menghirup aroma wangi dari tubuh gadis itu, "Hmm ... ternyata kamu sangat wangi istri ku ..."
Seketika ...
BHUG ...!
BHUG ...!
Arini menghentakkan siku tangan kanannya yang terlengah dari pegangan tangan nakal Abdi, agar berhasil meloloskan tubuhnya dari kungkungan pria yang menduduki punggungnya, membuat dia berusaha melepaskan tubuhnya yang sudah setengah telanjang karena perlakuan pria tersebut, tapi berhasil ditangkap oleh tangan suaminya itu.
"Mau kemana kamu hmm!"
Tanpa sengaja Abdi berhasil menangkup kedua benda kenyal milik Arini, membuat gadis itu berteriak semakin ketakutan.
"Agh ... lepaskan aku! Aku tidak mau punya suami kamuu! Lepashh!"
Seketika suasana berubah menjadi hening ...
Abdi yang baru menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan sentuhannya, membuat dirinya sedikit tersentak. Dengan cepat ia melepaskan tangannya dari dada Arini, dan kembali menoleh kearah wanita yang langsung meringkuk malu untuk menutupi tubuh setengah telanjangnya.
Ada perasaan tidak tega didalam hati Abdi, untuk memaksakan sesuatu yang seharusnya tidak pantas untuk dilakukan.
"Maaf!"
Hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir Abdi, kemudian duduk dibibir ranjang, untuk mengambil baju kemeja Arini yang ia buka paksa barusan.
Arini tidak menjawab, tubuh rampingnya masih meringkuk diranjang, tanpa mau menoleh ataupun mendengar kata maaf dari bibir Abdi.
Dengan sangat terpaksa, Abdi menutup tubuh Arini, dan mengusap kepala gadis itu dengan penuh perasaan bersalah, sambil berkata perlahan, "Sekali lagi aku minta maaf. Aku tidak ingin melihat mu seperti ini. Jika memang kamu tidak menerima aku, kita bisa sama-sama belajar untuk saling mengenal dulu."
Terdengar suara Arini menjawab dengan suara perlahan, "Tapi kau memiliki hubungan dengan gadis lain. Aku tidak ingin melanjutkan hubungan dengan pria yang memiliki relationship dengan wanita lain. Karena bagi ku, menikah itu hanya sekali seumur hidup tanpa pihak ketiga. Jika aku sudah serius dengan satu pria, maka wanita yang mengganggu kebahagiaan ku, akan mati ditangan ku! Camkan ucapan ku baik-baik!"
Abdi menghela nafas berat, "Kamu salah orang. Yang memiliki hubungan dengan wanita lain itu Joni, bukan aku!" belanya agar tidak terdengar hingga ketelinga sang Mama.
Mendengar pembelaan diri dari bibir Abdi, bergegas Arini membalikkan tubuhnya, kemudian menantang kedua netra yang tengah mempertahankan kebohongannya, "Jika kamu mau berbohong, cari wanita bodoh seperti Sonya. Bukan seperti Arini, Abdi Atmaja. Semua data tentang mu, sudah ada ditangan ku, setelah Papa Aldo mengumumkan pernikahan kita, membuat aku menabrak mobil mu di malam ulang tahun ku!"
Tentu saja pernyataan Arini, membuat Abdi tersenyum sumringah, menantang mata wanita yang ternyata sangat menarik perhatiannya, dengan melontarkan kata-kata sedikit monohok, "Ternyata kau sangat pintar! Aku juga sudah mengantongi bisnis haram mu, untuk menjadi santapan kami! Bagaimana ... mau berperang? Hmm!"
"Deal! Kita akan berperang!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Tari Gan
lebih baik perang di atas ranjang aja lah kelean berdua 🤣🤣🤣🤣 itu lebih menantang kan
2022-12-23
1
Chay-in27
anak haram 🤣🤣🤣
2022-12-14
2
G-Dragon
kok linu abdi yang di tendang 😬😬😬
2022-12-14
3