Bukan cewek club'

Mendengar kata 'penyangga' keluar dari bibir Abdi, satu tangan Arini menutup bagian dadanya. Menantang kedua bola mata pria yang masih melihat kearah bagian tubuhnya ...

"Bisa keluar dari kamar? Jika Mama nanya-in aku, jawab saja kamu menjemput ku di apartemen. Dan memaksa untuk ikut dengan mu. Sekarang keluar!" perintahnya namun tidak di indahkan oleh Abdi.

Abdi justru memilih duduk di bibir ranjang kamarnya, merebahkan tubuh gagah itu, dengan mengangkat kedua kaki kemudian menyilangkan nya.

Senyuman penuh dengan kesengajaan, untuk terus menggoda gadis yang masih berdiri dihadapannya, membuat Arini kembali naik pitam.

"Ogh, lo mau kita perang lagi!" hardiknya dengan nada lantang.

Tanpa basa-basi, Abdi hanya menjawab singkat, "Ganti! Atau enggak gue bakal buka mulut karena kejadian tadi! Gue yakin, pasti saat ini lo di kejar-kejar aparat karena telah menghancurkan lantai apartemen lo, dan mengancam keselamatan dua pembantu lo!"

Lagi-lagi Arini hanya bisa menelan ludahnya karena tidak memiliki pilihan, dia kembali merasa terpojok, kerena jebakan Abdi.

Tidak ingin kedua orangtuanya menunggu mereka lebih lama di luar kamar, mau tidak mau, Arini melepaskan tangtop kesayangannya dihadapan Abdi tanpa perasaan sungkan.

Arini tersenyum sumringah, "Selamat menikmati keindahan tubuh gue, yang tidak bisa lo sentuh! Lihat boleh, pegang jangan!" tawanya menggoda Abdi bahkan sengaja menghadapkan tubuh indahnya itu di depan mata Abdi dengan senyuman nakal bak gadis penggoda. 

Sontak pemandangan indah itu, membuat Abdi semakin salah tingkah. Terlihat sangat jelas, bahwa ada sesuatu yang semakin terjaga di bawah sana, "Eh cewek sialan, gue normal yah!? Jangan salahkan gue kalau kita benar-benar melakukannya!"

Arini terdiam, menelan ludahnya sendiri, karena telah berani membangunkan singa jantan yang tengah terlelap. Akan tetapi, dia justru tertawa terbahak-bahak, walau ada kegetiran didalam hatinya.

Gaun indah yang di berikan Abdi, sangat cocok dikulit Arini, membuat gadis itu sedikit kesulitan untuk memasang resleting belakangnya.

"Ck, pake nyangkut segala! Eh anak jin, tolongin!" hardiknya kepada Abdi, memberikan punggung mulus itu tanpa sungkan.

Senyuman Abdi semakin mengembang lebar, dia yakin bahwa gadis yang ada dihadapannya ini sudah sering bermain-main dengan pria, karena melihat cara Arini ketika berada didalam club'.

Abdi sedikit berbisik ketelinga Arini, "Sudah berapa pria yang melihat tubuh lo dengan cuma-cuma, hmm?"

BHUG ...!

Dengan satu sikutan, Arini berhasil membuat Abdi bersimpuh di belakangnya ...

"Agh ... Lo kejam amat sih, Rin! Gue nanya, karena gue melihat lo nekan tadi malam! Aduh, bisa kurus kering gue nikah sama lo," sungutnya meringis menahan rasa sakit.

Arini membalikkan badannya, berjongkok di hadapan Abdi, tersenyum sumringah, "Sudah lebih dari sepuluh pria yang tidur dengan gue! Lo masih mau jadi suami gue? Apa bisa lo melayani permainan nakal gue di ranjang, hah?"

Tentu saja pernyataan Arini membuat Abdi tidak percaya. "Sepuluh pria, mana mungkin ... dadanya saja masih terlihat sangat menggemaskan, bahkan cocok sekali di telapak tangan ku ..." tawanya menyeringai kecil.

Abdi langsung menatap lekat netra indah kedua bola mata Arini, yang sangat teduh, "Hmm iya deh! Sepuluh pria. Enggak kebayang bagaimana lincahnya kamu jika berada di atas ku!" tawanya terbahak-bahak.

Jujur Arini langsung termangu, menatap Abdi yang sejak tadi saangat senang menggodanya. "Enggak lucu! Sudah agh, kita keluar kamar!" ajaknya menggandeng tangan sang suami.

Gaun indah yang berwarna dongker itu, sangat pas di tubuh Arini, walau sesungguhnya ia melupakan sesuatu. Ya, rambut panjang yang terbiasa tergerai, kini lebih tergulung tampak lepek dan wajah natural tanpa pewarna bibir.

Wajah Arini seketika tampak kaku, karena tangan Abdi menempel di pinggulnya, dan sesekali mengusap lembut punggung yang terbuka itu.

Betapa terkejutnya Arini, ketika melihat wajah Joni yang ternyata berada di kediaman Abdi. Merasa bersalah karena telah menghajar pria berwajah bule itu habis-habisan, membuat hidung pria itu patah dan masih terbungkus perban.

Ya, Joni merupakan anak dari Sindi, yang merupakan lulusan terbaik angkatan darat di usia 24 tahun untuk memata-matai penyelundup senjata api, serta pil laknat, dan kokkain kelas satu.

Apa hubungannya, angkatan darat dengan barang-barang haram itu? Jelas ada dong, jika jumlah yang di miliki pihak sindikat membawa satu kontener tertangkap, kemudian pihak angkatan menyerahkan kepada petugas kepolisian untuk mengamankan barang bukti, selain senjata api.

Tidak banyak yang akan menyangka, jika pihak keluarga mengetahui apa bisnis Arini, selain sayuran organik serta buah-buahan segar yang ia dapatkan dari seorang kolega di daerah Puncak. Tapi keluarga sangat percaya pada Arini, karena dia merupakan gadis penurut jika sedang bersama sang papa.

Nancy yang melihat anak menantunya keluar dari kamar, langsung menghampiri Arini hanya untuk memperkenalkan menantunya dengan Sindi dan Luqman yang merupakan keluarga angkatnya.

"Arini, kenalkan itu Om Luqman, dan ini Tante Sindi. Empat orang itu anak mereka, Juno, Joni, Mery dan Marisa," tunjuk Nancy pada keempat orang yang melihat kearahnya.

Arini tampak kebingungan, tidak tahu harus berkata apa, dia hanya bisa tersenyum tipis, kemudian menundukkan kepalanya.

Kedua bola mata Joni membulat, karena melihat Arini, bergumam dalam hati, "Hmm, aku rasa dia ini Zea yang di club'. Wajahnya sama persis, walau sebenarnya rambut doang beda. Tapi disini dia kurang cantik ... Apakah gadis ini yang di bilang istri Abdi ...?"

Dengan penuh percaya diri, Aldo memperkenalkan putri kesayangannya, kepada Sindi dan Luqman, karena tidak sempat untuk datang ke kediamannya ketika ulang tahun putri kesayangannya, "Ini Arini, bro! Dia baru kembali dari Swiss, dua tahun lalu. Sekarang stay di Jakarta. Bisnisnya masih importir sayuran organik! Jadi dia selalu berurusan dengan Om Sudirman."

Luqman tersenyum lebar, dia mengusap lembut lengan Arini, sebagai salam perkenalan, "Jadi ini istri Abdi? Selamat yah, jangan lupa kasih kami cucu yang banyak buat kami. Kalau bisnis mu sayuran organik, kamu bisa kerja sama dengan Mama Nancy serta Tante Sindi. Karena mereka selalu mengirimkan teh hijau ke sana. Oya, bagaimana kabar Eyang dan Opa di sana, Rin?"

Arini hanya bisa menggaruk tengkuknya yang terasa tidak gatal, hanya untuk menjawab bahwa kedua kakek sepuhnya masih sehat. "Alhamdulillah Om, Eyang sama Opa dua-duanya sehat. Emang enggak pernah ketemu lagi?"

Mendengar pertanyaan Arini, Abdi langsung menjawab, "Sudah lebih dari lima tahun kami tidak ketemu eyang dan mbah uty. Palingan kalau ada waktu saja, Mama dan Papa ke Swiss."

Sementara Joni yang berwajah bule, langsung menaikkan satu alisnya, menatap kearah Abdi, bergumam dalam hati, "Sial ni anak ... ternyata diam-diam dia main belakang. Jadi ini istri kecilnya Abdi? Awas lo ya ..."

Tanpa pikir panjang, Joni langsung menghampiri Arini dan Abdi langsung berdiri dihadapan mereka, "Elo cewek yang gebukin gue di club' malam kemaren, kan? Yang matahin tulang hidung gue!?" hardiknya, membuat Arini tampak senyum-senyum sendiri mengejek pria yang tersulut emosi.

"Ehm, kayaknya lo salah orang deh! Karena gue bukan cewek club' malam! Hah ..."

Terpopuler

Comments

Tari Gan

Tari Gan

gak bakal ngaku atuh Jojon...😂

2022-12-22

1

wina 2480

wina 2480

penjara penuh jon kalo maling ngaku😆😆😂😂😂

2022-12-12

1

Chay-in27

Chay-in27

mana ada orang mau ngaku Joni 🤭😂🤣

2022-12-11

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!