Dalam hitungan waktu dua jam kedua-nya tiba di kediaman mewah Abdi. Tidak banyak bicara, pria itu semakin menggeram karena mendengar dengkuran Arini yang sangat memekakkan gendang telinganya.
"Ini bakal jadi istri gue? Ngelihat body-nya saja udah eneg banget, apalagi agh ...! Mama dan Papa aneh-aneh saja pemikirannya. Pasti mereka sedang merencanakan sesuatu, untuk aku dan gadis urakan ini ...!" geramnya.
Abdi melepaskan safety belt, kembali mengejutkan Arini yang terlelap selayaknya kerbau yang enggan terjaga.
"Hei, woi, eh ... kepala batu, kita sudah nyampe!" sesalnya mengusap wajah sendiri.
Melihat Arini tidak kunjung terjaga, Abdi memilih keluar dari mobil lebih dulu, karena orangtuanya sudah menunggu di depan pintu rumah mewah itu.
Betapa bahagianya kedua orang tua Abdi dan Arini, melihat pria gagah itu berhasil membawa anak gadisnya kembali, dengan banyak pertanyaan.
Nancy yang sangat bahagia melihat putra kesayangannya turun menghampiri, langsung menyapa dengan penuh kelembutan, "Kasep, kunaon mobil kamu hancur begitu? Neng Arini mana? Kita mau makan malam, ayo cepat bawa istri kamu!"
Abdi hanya mendengus dingin, "Menantu Mama ada di mobil! Lagi mendengkur, ada yah ... cewek begitu!"
Mendengar hal itu, Nancy langsung mengusap lembut punggung Abdi, kemudian berkata lagi, dengan raut wajah penuh senyuman, "Gendong atuh, kan sudah halal. Jadi bebas mau ngapain saja."
Seketika wajah tampan Abdi terdiam, membuat dia enggan untuk berdebat ataupun menidakkan ucapan sang Mama. "I-i-iya, tapi ee ... pakaiannya itu kurang bahan. Nanti Mama dan Papa malah marah lagi!"
Nancy tertawa terbahak-bahak, mendengar celotehan sang putra, "Biasa atuh. Namanya juga masih muda. Entar kalau kalian sudah tinggal bersama justru senang tidak menggunakan pakaian!" godanya pada puncak hidung Abdi.
Emi yang mendengar menantunya ngomel-ngomel dengan pakaian Arini, hanya tertawa kecil, "Arini jika di rumah memang suka begitu, Abdi. Tapi kalau keluar, pakaiannya sopan kok. Masak Mama-nya berhijab anaknya berantakan ..."
Mereka tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Abdi yang semakin tampak salah tingkah.
Mau tidak mau, suka tidak suka, Abdi harus membawa gadis itu keluar dari mobil agar tidak terlihat, bahwa mereka memang tidak cocok untuk terus menjalani rumah tangga atas perjodohan orang tua.
Abdi menoleh kearah adik perempuannya, Mutia. Ya, gadis cantik yang berambut panjang itu masih di sibukkan dengan permainan game online, tanpa menghiraukan kepulangannya, "Eh Mut, lo tolong Kakak dong!"
Mutia yang masih asyik bermain dengan dunia game-nya, mendengus dingin, karena Abdi mengambil handphone pipih itu dari tangannya.
"Kak, lo ngapain gangguin aku, sih! Kesel deh!" sungutnya karena kesal.
"Lo bukain pintu kamar gue! Dan ambilin baju kaos, dan celana panjang atau rok panjang. Gue pinjam buat Arini!"
Mutia yang mendengar perintah dari Abdi kembali mendengus, "Lo saja yang ngambil sendiri! Lagian dia istri lo, siapin dong! Aku kasih tahu Mama, ni hubungan lo sama anak tante girang!" ancamnya dengan mata melotot.
Abdi semakin mendengus, kemudian menarik lengan Mutia, untuk menjalankan perintahnya, tanpa harus ada ancaman atau bahkan menolak.
"Sekali lagi lo bilang Tante Evi itu tante girang, gue kasih cabe setan bibir lo!" geram Abdi meremas kuat lengan mungil adik kesayangannya.
Mutia meringis kesakitan, "I-i-iya ... lepasin dong! Aku ambilin gaun saja. Karena baju kaos enggak ada yang baru. Nanti lo ganti dress aku sama yang lebih mahal! Makanya punya istri itu di sayang, jangan di marah-marah. Jadi saja lupa pakai baju dia ..." tawanya menggoda sang kakak, langsung berlari menuju kamarnya.
Sejujurnya, Nancy mengetahui dengan siapa Abdi menjalin relationship akhir-akhir ini, karena wanita itu tidak pernah menyukai Keluarga Evi sejak dulu.
Ditambah Sonya, tidak terdaftar nama bapaknya, karena putri Evi terlahir ketika ia berada didalam penjara beberapa tahun silam.
Tanpa menunggu lama, Abdi langsung menuju mobil mewahnya, membuka pintu penumpang dengan sangat lebar, melihat gadis cantik yang memiliki tubuh sangat indah itu masih terlelap.
"Hmm, sayang gue enggak nafsu sama lo. Coba gue tipe pria yang mesum kayak Joni, mungkin sudah gue minta hak gue saat ini juga sama, lo! Gadis kepala batu ..." gumamnya dalam hati.
Abdi langsung membawa tubuh Arini dalam dekapannya, masih terdengar suara dengkuran juga errangan yang mengubah posisinya.
Ada sedikit perbedaan, ketika Abdi melihat wajah cantik Arini, leher putih dan bersih, selayaknya seorang gadis cantik yang sempurna. "Sangat berbeda dari Sonya ..."
Bersusah payah Abdi menelan ludahnya sendiri, ketika matanya melihat bagian dada yang hampir menyembul keluar dari baju kurang bahan itu, sehingga membuat sesuatu tidak baik-baik saja dibawah sana.
"Sial ni cewek! Kok bisa bangun? Padahal dia enggak lembut, bahkan sangat kasar. Kulitnya halus banget, tapi kok berada di dunia hitam begini ...?"
Langkah Abdi langsung menuju kamarnya, yang terletak di dua kamar setelah ruang tamu dan ruang keluarga, yang disaksikan oleh kedua orang tua mereka.
Namun, ketika Abdi akan membawa Arini masuk kedalam kamar, ketika pintu sudah terbuka dengan lebar. Seketika kepala Arini terpentok di kusen pintu kamar ...,
BHUG ...!
"Agh!" Arini terjaga, langsung meloncat dari gendongan Abdi, memukul keras pria itu berkali-kali.
BHUG ...!
BHUG ...!
"Augh ... sorry! Gue enggak sengaja!" teriak Abdi melirik kearah dua orang tua serta mertuanya.
"Bodoh! Sakit tahu, aduh ..." ringisnya mengusap lembut kepalanya, yang belum menyadari keberadaannya saat ini.
Perlahan Arini tersadar, ia mengerlingkan kedua bola matanya, menaikkan satu alis, hanya untuk sekedar memastikan keberadaannya yang sangat asing.
"Eh, laki-laki brengsek! Emang kita dimana, hmm!?" Arini mencoba untuk mengalihkan pandangannya, kearah lain, yang ternyata telah ada kedua orangtuanya, serta mertua yang benar-benar tampak kaget dengan penampilan gadis itu.
Semua orang yang tengah berada di ruang keluarga membelalak kaget, tidak membayangkan bahwa sang menantu benar-benar wanita cantik yang aneh.
Aldo menghela nafas berat, karena tidak mengetahui bahwa Arini memiliki tatto di bahu sebelah kirinya. Akan tetapi, pria mapan itu hanya memijat pelipisnya, kemudian membisikkan sesuatu ketelinga Emi yang duduk disampingnya.
"Ini ni, yang Aa hindari jika dia masih stay di Jakarta! Bisnisnya cuma sayuran organik, tapi tidak tampak bahwa dia pebisnis sayuran ...!" sesalnya kepada sang istri.
"Hush, pelan-pelan! Tidak ada yang instan, karena dia tumbuh di tangan Bapak. Bukan di tangan kita!" jawab sang istri hanya untuk sekedar menenangkan perasaan sang suami.
Sementara Arini langsung berhambur masuk kedalam kamar Abdi, tanpa perasaan sungkan, karena tidak ingin berdebat dengan sang papa yang langsung memandang sinis kearahnya.
Kedua bola mata Arini membulat besar, berkata dengan senyuman terpaksa, "Suamiku, berikan baju yang sopan. Karena aku tidak ingin berdebat dengan Papa! Jadi tugas kamu sebagai suami, harus melindungi aku selayaknya seorang istri!"
Abdi melebarkan senyuman liciknya, "Oke istri ku, dengan senang hati! Tapi dengan satu catatan, jawab pertanyaan ku, who are you? Apakah kau yang memiliki peti kemas berpitakan pink itu, yang akan di kirim ke Switzerland? Jangan macam-macam Arini, karena pihak kami akan memenjarakan mu, wanita nakal!"
Dengan demikian, tidak membuat Arini merasa takut ataupun terancam, "Coba saja! Apa kau berani berhadapan dengan aku, hmm! Lebih baik kau latihan menembak, karena peluru mu selalu salah sasaran!" tawanya menyeringai lebar.
Sejujurnya kedua-nya sama-sama tidak menyukai pemaksaan, tapi kali ini mereka berdua harus memerankan karakter yang sangat jauh dari pikiran mereka berdua.
"Sekarang, mana baju ku! Aku tidak ingin Mama dan Papa semakin berpikir bahwa aku anak yang tidak berbakti! Aku akan mengikuti semua perintah mu, tapi tidak untuk menjadi seorang istri! Are you understand ..."
Abdi mendengus dingin, "Nih!" Ia meletakkan gaun malam milik Mutia di tangan Arini, kemudian berkata lagi, "Terserah! yang pasti, saat ini kita harus berperan dengan baik. Satu lagi, gunakan penyangga mu! Karena aku tidak ingin menodai kesucian mata ku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Tari Gan
abdi jgn kayak bapak mu di butakan cinta nya si markonah dehhhh, cukup bapak mu aja dulu
2022-12-22
1
Nenny Azza
up Thor
2022-12-10
1
Chay-in27
dasar otak yah🤭🤣🤣
2022-12-10
2