Kawin Gantung Mafia Vs Abdi Negara
BHUG ...!
BHUG ...!
BRAK ...!
Gadis berambut pendek itu berhasil melumpuhkan lawannya, karena pihak mereka enggan membayarkan uang miliknya atas pembelian barang haram yang mereka pesan beberapa waktu lalu, kepada Arini.
"Dasar laki-laki sialan, jika tidak mampu membayar jangan ambil barang dengan ku, brengsek!" umpatnya, kembali menendangkan kakinya ketubuh pria yang sejak kemaren membuat ulah dengannya.
Dengan nafas masih tersengal-sengal, Arini menoleh kearah Samuel, memberikan perintah, "Cepat kau ikat kaki dan leher anak ini! Buat dia seperti bunuh diri, jangan tinggalkan barang bukti! Aku tidak ingin berurusan dengan hukum. Kau mengerti!"
Samuel menunduk hormat, "Baik Nona Zea!"
"Lakukan!"
Arini melangkahi tubuh pria yang sudah tidak bergerak tersebut. Melangkah dengan gagah berani menuju mobil mewahnya untuk menghadiri acara ulang tahun yang diadakan keluarga malam itu.
Bergegas Arini merubah penampilannya, sebagai wanita yang cantik dan elegan. Setelah melepaskan wig serta celana jeans panjang yang ia kenakan, untuk menghadiri pertemuan dadakan tersebut.
"Hmm, aku sudah terlihat lebih cantik dan anggun. Mama dan Papa pasti sangat suka dengan penampilan ku," tawanya geli mengagumi kecantikan wajahnya sendiri, setelah mengenakan lipstik berwarna natural dibibir indahnya.
Arini mengenakan resleting gaun malam yang selalu ia sediakan didalam mobil untuk berjaga-jaga. Sambil melihat kearah luar, untuk menyesiasati situasi gedung tua yang menjadi markas penghabisan orang-orang telah berbuat curang padanya.
"Rasakan kau, siapa suruh tidak membayar hutang pada ku! Kau pikir aku ini panti sosial, memberikan barang itu secara cuma-cuma untuk kesenangan mu! Dasar laki-laki brengsek tidak berguna ..."
Bergegas Arini menekan tombol otomatis, melajukan kendaraan, menuju kediamannya yang berada di Setiabudi kota kembang.
Lebih dari enam puluh menit perjalanan yang ia tempuh seorang diri. Arini memarkirkan kendaraannya dibawah pohon yang rindang berada di kediaman keluarga, hanya untuk kembali bersolek agar tidak diketahui oleh keluarga, apa pekerjaannya selama ini setiba di tanah kelahiran.
Ya, Arini yang biasa menggunakan nama Zea jika sudah bersama para rekan bisnis haramnya. Menjadi anak kesayangan Aldo dan Emi yang merupakan cucu satu-satunya dari Keluarga Anggoro.
Berkali-kali dia menata rapi rambutnya yang panjang dan berkilau, sebelum turun dari mobil yang ia beli dari bisnisnya sendiri.
Di usia 24 tahun Arini sudah menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa terbaik di salah satu universitas ternama di Swiss dan kembali ke Indonesia hanya untuk sekedar memastikan rencana kedua orangtuanya.
"Hmm, surprise apa yang akan diberikan Mama dan Papa padaku? Jangan-jangan Papa mau memberikan aku satu unit pabrik pil laknat ..." tawanya menyeringai lebar sebelum turun dari mobil kesayangannya.
Perlahan kaki jenjang itu turun dari mobil, melihat beberapa tamu undangan yang merupakan keluarga dekat dari Opa Anggoro, kemudian matanya melihat sosok pria yang pernah ia temuin di club' malam milik sang Papa.
Kedua alisnya menyatu, bergumam dalam hati, "Anak ini lagi! Dia selalu saja muncul di hadapan ku! Dia kan anak Papa Adit, ahh ... enggak seru kalau aku harus bertemu dengan anak ini. Apalagi aku dengar, dia lulusan angkatan ...!"
Bergegas Arini berlari kecil dengan balutan heels dua belas centimeter menghiasi kaki indah itu, sehingga terlihat sangat menawan juga elegan.
Abdi yang dilewati oleh Arini begitu saja, ketika akan memasuki kediaman keluarganya, sedikit mendengus dingin, bergumam dalam hati, karena gadis itu menabrak lengannya, tapi enggan berbalik hanya untuk mengucapkan kata maaf, "Siapa gadis itu? Apakah dia tidak memiliki tata krama ...?"
Dentuman musik terdengar sangat jelas, Arini memasuki kediamannya, kemudian menghampiri kedua orang tua hanya sekedar mencium dan menyapa orang yang telah membesarkannya hingga saat ini.
Emi memeluk erat tubuh ramping putri cantiknya, sambil berkata penuh kelembutan, "Dari mana saja, sayang? Sejak tadi Mama menunggu kamu."
Dengan manja Arini mengalungkan tangannya ke lengan sang Mama untuk sekedar minta maaf, "Sorry aku terlambat. Tapi ulang tahun kali ini, kadonya harus keren, karena kalau enggak berkesan, Arini pulang lagi ke Swiss dan tinggal sama Opa," sungutnya.
Aldo yang melihat putri kesayangannya sudah hadir bersama mereka, langsung meminta MC untuk memulai acara keluarga tersebut, ketika melihat sosok sahabatnya sudah berkumpul di ruangan mewah itu.
Tidak menunggu lama, lampu yang awalnya remang-remang, kini justru terang benderang menyinari ruangan yang tampak luas dengan tamu undangan dari pihak keluarga terdekat.
Acara puncak dimulai, Arini yang terlihat anggun kini sudah berada ditengah-tengah keluarga untuk mendengarkan satu pernyataan yang membuat dadanya semakin berdegup kencang.
Pikiran gadis muda itu, Aldo akan memberikan satu kejutan sebuah bisnis yang akan ia geluti di dunia nyata selain bisnis haram yang ia tekuni, dengan tangan dingin ia melirik kearah Emi dengan senyuman lebar yang memancarkan satu kebahagiaan.
Aldo mendekati Keluarga Aditya yang berdiri tegap dihadapan mereka, menatap wajah cantik sang putri satu-satunya sambil berkata dengan nada lembut.
"Arini binti Aldo Anggoro, Papa telah menikahkan kamu dengan Abdi Atmaja sejak usia kamu dua tahun. Jadi saat ini, karena kamu sudah menyelesaikan tugas mu menjadi seorang sarjana yang berprestasi. Diusia 24 tahun ini, Papa akan menyerahkan kamu kepada Keluarga Abdi Atmaja untuk menjadi seorang istri sah sebagai abdi negara, sebagai kado terindah Papa untuk kamu, sayang."
Kalimat yang keluar dari bibir sang Papa, dengan tatapan mata yang berbinar-binar, membuat Arini benar-benar ternganga lebar mendengar pernyataan tersebut.
Kedua bola mata Arini membulat besar, menatap lekat kearah Abdi yang di tunjuk oleh sang Papa.
Hal yang sama dilakukan Abdi ketika bersitatap dengan manik mata gadis yang ada dihadapannya, "Menikah diusia dua tahun? Kawin gantung ...?"
"Ka-ka-kado ... ka-ka-kado apa ini ...!" Dada Arini bergemuruh, bahkan terasa ingin menampar wajah sang Papa, karena telah tega menikahkannya dengan cara kawin gantung sedari kecil. "Pernikahan apa ini? Enggak kenal, tiba-tiba menikah. Emang masih jaman Siti Nurbaya ...?" geramnya dalam hati.
Perlahan mata Arini terpejam, menelan ludahnya sendiri, menahan diri karena ini merupakan satu pemaksaan bahkan ia sama sekali tidak mengenal Abdi yang berdiri di samping orang tua mereka.
"Pa ... A-r-arini enggak kenal dia! Kita memang keluarga, tapi sama sekali kita enggak pernah kenal! Lelucon seperti apa ini!" Ia menoleh kearah Emi, meluapkan amarahnya, "Arini enggak mau, Arini belum mau menikah! Arini enggak cinta sama dia!" teriaknya lantang, membuat para tamu melihat kearah mereka.
Abdi yang mendengar penuturan dari Aldo, melakukan hal yang sama terhadap kedua orangtuanya.
"Apa-apaan ini! Abdi pikir, kita datang kesini karena ada acara keluarga seperti yang Mama bilang! Abdi enggak mau, Abdi tidak kenal sama cewek seperti ini, lihat saja penampilannya! Aneh, enggak ada cantik-cantiknya!" sesalnya turut berontak.
Aldo dan Aditya yang mendengar penolakan dari anak menantunya, menghardik kedua insan itu, tapi kedua-nya justru membuat acara semakin kacau balau, karena penolakan keputusan kedua keluarga.
Emi mencekal lengan putrinya, agar tidak pergi lagi, namun dapat ditepis oleh gadis muda itu dengan tatapan nyalang penuh amarah, "Mama saja yang menikah dengan laki-laki itu, jangan paksa Arini!"
Aldo yang mendengar ucapan tajam Arini, menghardik putri kesayangannya tanpa perasaan sungkan dihadapan para tamu, "Jaga ucapan mu, Arini! Jika kamu menolak Abdi, maka kamu akan Papa kirim ke pondok pesantren, bukan ke Swiss! Karena Papa tidak mau kamu terus bergaul dengan Samuel!"
Arini tidak perduli, dia menepis tangan Emi, berlari kencang meninggalkan ruangan yang tidak bersahabat tersebut, dengan air mata mengalir deras menuju mobilnya, sambil melepaskan high heels yang ia kenakan.
"Terserah! Terserah, Arini tidak menyukai laki-laki itu!"
Terdengar ucapan yang sama dari bibir Abdi ikut keluar dari kediaman mewah itu, "Siapa juga yang mau sama gadis itu! Tidak ada sopan santun, bahkan jauh dari kata baik ...!" umpatnya melepaskan kancing kemeja yang menyesakkan lehernya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Tari Gan
kado ulang tahun yg yg mencengangkan yah Arini Tara keun weh neng arini
2022-12-22
1
Simply Yunita
meninggalkan sepasang sandal usang thor...
semangat 💪💪
2022-12-08
1
Chm1327
kaget aku bacanya 😂🤭🤣🤣
ternyata orang tua baik, belum tentu anaknya baik 🤭😂😂
2022-12-07
2