Kita sudah melakukannya

Sesuai janji Abdi yang ia ucapkan pada Inem akan kembali dua jam lagi, setelah menyelesaikan semua tugasnya di batalion kesatuan. Pria muda itu melajukan kendaraannya menuju apartemen Arini yang berada cukup jauh dari kantornya.

Akan tetapi, lagi-lagi Abdi dikejutkan dengan kehadiran sosok Stevie yang sudah duduk di sofa ruang tamu apartemen sang istri. "Sial, ada apa pria ini datang kekediaman keluarga ku ...?"

Tidak mudah bagi Abdi harus menerima kenyataan, bahwa Arini lebih dulu keluar dari kamar ketika suaminya masih berdiri didepan pintu masuk apartemen mereka. "Siapa dia, Rin? Mengapa anak ini berani sekali mendatangi kediaman kamu? Bukankah dia yang melakukan penyera-- ..."

Seketika ucapan Abdi terhenti ketika Arini langsung menyela ucapan sang suami dengan nada penuh ketegasan, "Bisakah kamu masuk saja? Karena tidak ada urusannya dengan kehadiran Stevie di sini. Pria ini sahabat ku, dan dia juga yang menjadi partner bisnis ku!" tukas sang istri, membuat wajah Abdi semakin menggeram kesal.

Bagaimana mungkin, setelah penyerangan tadi malam, Abdi justru melihat Arini menerima Stevie dikediaman mereka tanpa perasaan bersalah ataupun berdosa, karena telah berniat ingin mencelakai wanita cantik itu.

Abdi mendengus dingin, lalu memilih masuk kedalam kamar Arini, disaksikan oleh Stevie yang ternganga melihat kejadian tersebut.

Stevie bertanya dengan wajah garang, karena menyaksikan Abdi dengan berani menyusup masuk kedalam kamar gadis itu, "Zea, mengapa kau membiarkan laki-laki jahanam itu masuk kedalam kamar pribadi mu? Bu-bu-bukankah dia merupakan mata-mata yang akan membocorkan semua rahasia kita?" sesalnya dengan mata melotot besar.

Arini mengerlingkan bola matanya, ia sama sekali tidak menghiraukan ucapan Stevie, karena kedatangan pria bule itu hanya untuk mengembalikan kendaraan milik gadis itu. "Bukan urusan mu! Letakkan saja kunci mobil, dan silahkan pergi dari kediaman ku!" hardiknya dengan nada lantang.

Tidak pernah terbayangkan oleh Stevie bahwa Arini akan secepat itu berubah padanya, hanya karena perselisihan mereka.

Stevie berdiri, menghampiri Arini, dan menyentuh kening gadis itu, tapi di tepis oleh wanita yang masih diam tak bergeming, "Apa maksud mu, Zea? Kita berbisnis sudah lama, bahkan kamu lebih mengenal aku daripada pria itu! Apakah yang dikatakannya beberapa waktu lalu itu benar? Bahwa kamu merupakan istri sahnya?"

Dengan membuang wajahnya, Arini langsung mendengus, "Tinggalkan kediaman ku. Karena mulai saat ini, kamu bukan partner bisnis ku, Stev! Kamu justru berniat untuk mencelakai aku, bahkan mengirim dua orang tadi malam agar membawa ku ke rumah mu. Apa maksud mu, Stev?"

Stevie tersenyum tipis, mendengar ucapan Arini yang sangat mengejutkan baginya, "Aku tidak pernah ingin menyakiti mu, sayang. Mungkin pria yang baru masuk itu berniat untuk menjelekkan nama baik ku dihadapan mu. Kau tahu sendiri, orang lain berniat ingin menjebak ku saat ini."

Dengan demikian, Arini masih saja memangku tangannya, tanpa mau mendengar penjelasan dari bibir Stevie yang ia ketahui sebagai pengkhianat kali ini, "Pergilah! Aku belum bisa membahasnya saat ini. Aku akan menghubungi mu beberapa hari lagi!"

Mau tidak mau, suka tidak suka, Stevie berlalu meninggalkan kediaman Arini, karena tahu bagaimana sifat wanita itu jika sudah tidak percaya ataupun peduli.

"Sial, Zea lebih percaya pada orang yang baru ia kenal, daripada aku sahabat lamanya. Bahkan aku mencintaimu, Zea ..." umpatnya sepanjang koridor apartemen menuju parkiran.

Ketika Stevie akan meninggalkan gedung apartemen , pria berwajah bule itu justru menghubungi Samuel ...

Stevie : "Dimana lo? Zea sepertinya terhasut oleh pria yang menghajar mu malam itu di club'. Kita harus bertindak lebih cepat, sebelum Zea sadar siapa kita! Kau habisi pria angkatan darat itu, dan bawa Nona Zea ke pelukan ku! Apa kau mengerti, Sam!"

Samuel : "Ta-ta-tapi Nona Zea belum mengirimkan uang sisa pembayaran dari Mr. Boul, bro. Tolong kita bermain halus dulu. Lumayan, dananya bisa buat bisnis londry yang baru gue buka di daerah Pluit. Jadi kita tidak usah berbisnis haram dulu untuk beberapa waktu. Karena ada beberapa media yang sudah menyebarkan foto-foto kita berdua!"

Tak terdengar lagi suara Stevie di seberang sana, karena mendengarkan penjelasan dari Samuel. Ada sedikit kegetiran didalam diri pria yang berwajah blesteran itu. Ditambah, beberapa hari lalu dia baru saja menghabisi nyawa Kevin yang menjadi tangan kanan Gultom.

Stevie : "Oke. Mungkin lusa aku akan kembali ke Italia. Karena aku tidak ingin hidup dalam pengawasan selama di Indo!"

Samuel : "Oke, kita cooling down dulu. Begitu pembayaran di transfer Mr. Boul, aku akan memberi kabar padamu ..."

Kedua-nya mengakhiri telepon mereka, dan melanjutkan aktivitasnya sebagai bisnis man di dunia yang berbeda.

Sangat berbeda situasi dengan Arini. Gadis itu justru tengah mengamuk kepada Abdi karena perlakuan pria itu telah melecehkannya.

Prang ...!

Prang ...!

Arini melemparkan semua perkakasnya ke tubuh Abdi, karena telah berani merenggut kehormatannya, disaat kondisi tubuhnya tidak normal.

"Pergi kamu dari kamar ku! Aku tidak sudi memiliki suami seperti mu! Kamu tidak lebih dari seorang pecundang yang hanya mengambil kesempatan pada wanita yang tengah lemah!" pekiknya lantang, membuat Abdi benar-benar tidak menyangka bahwa akan terjadi seperti ini.

Dengan susah payah Abdi meyakinkan Arini, "Bu-bu-bukankah kamu yang memohon tadi malam, justru kamu yang duduk dipangkuan ku, Rin. Tapi kenapa jadi aku yang salah. Aku tidak melakukan apapun, aku hanya menuruti semua permintaan mu," belanya, untuk melindungi diri sendiri.

Prang ...!

Arini melemparkan satu botol parfum kearah Abdi, namun dapat dielakkan oleh pria tampan itu ...

"Apa? Aku yang meminta mu? Tidak mungkin, aku tidak mungkin meminta pada mu! Kamu telah merenggut kehormatan ku, dan kamu harus bertanggung jawab pada ku! Aku tidak akan pernah sudi memberikan mu dengan cuma-cuma, Abdi Atmaja!" teriaknya semakin lantang.

Abdi yang tampak kebingungan, melihat kamar berantakan, bahkan parfum, gelas, dan asbak sudah hancur tak berbentuk karena ulah Arini. Berkali-kali Abdi di buat ingin tertawa oleh ucapan wanita kepala batu itu, tapi dapat ia tahan karena tidak ingin mengecewakan gadis cantik yang masih tampak lemah tak berdaya tersebut.

Perlahan Abdi mendekati Arini yang masih berdiri di dekat nakas sebelah ranjang kingsize kamar mereka, agar tidak terjadi perang dunia lagi, untuk memenangkan gadis cantik itu dengan menghayunkan kedua tangannya ...

"Te-te-tenang, Rin. Aku akan bertanggung jawab atas dirimu, karena kita juga sudah menikah. Ta-ta-tapi malam tadi aku melakukan hal itu karena permintaan mu, sayang. Ki-ki-kita melakukannya hingga empat kali. Makanya kamu jadi sakit begini. Aku juga tidak menyangka bahwa kamu bakal mengalami penurunan kesehatan seperti saat ini. Jika kamu hamil, maka itu anak kita, Rin!"

Mendengar kata-kata 'hamil' Arini langsung menyentuh perut rampingnya, kembali berteriak, "Tidak! Aku tidak mungkin hamil anak kamu, aku tidak sudi! Aku tidak mencintai mu, Abdi!"

"Tapi kita sudah melakukannya, Rin!"

"Tidak!" teriak Arini semakin frustasi.

Terpopuler

Comments

Tari Gan

Tari Gan

hahaha konyol kamu Rin,,,obat lucknutt membuat mu lupa daratan bahwa kamu sendiri yg minta untuk di jamah😁

2022-12-23

1

Chm1327

Chm1327

ha-ha-ha 🤣🤣😂 kok lucu kamu Arini 🤭🤣

2022-12-16

1

G-Dragon

G-Dragon

Arini lupa yah, kalau sudah ehem🤭😂🤣🤣

2022-12-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!