Karena permintaan

Sudah lebih dari tiga minggu Arini menghabiskan waktu dikediaman mertuanya. Tidak ada sedikitpun kesulitan yang ia terima, karena mendapatkan perlakuan yang sangat baik dari kedua mertuanya Aditya dan Nancy.

Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar, memanggil namanya, "Arini ... ayo makan Neng. Aa Abdi sebentar lagi nyampai."

Perlahan langkah Arini menuju pintu kamar, hanya untuk sekedar menyapa Nancy yang baru tiba dari Jakarta. Ia membuka pintu kamar dengan perlahan, tampak para pelayan kediaman mewah itu membawa barang-barang bawaan sang mertua yang sangat banyak.

"Mama dari kapan datang dari Jakarta? Kenapa Aa Abdi enggak bareng saja sama Mama dan Papa?" tanyanya mengalihkan pandangannya kearah garasi mobil.

Nancy menghampiri Arini, hanya mengusap lembut lengan sang menantu yang enggan keluar kamar jika Abdi tidak ada di rumah, sambil berkata dengan lemah lembut, "Tadi Abdi bilang dia mau ketemu sama temannya dulu. Jadi kita pisah di perapatan jalan, karena dia langsung kemana, Mama juga enggak tahu. Kita makan dulu, ya. Mama bawain hokben kesukaan kamu. Katanya kamu pengen banget dari semenjak sakit."

Arini mengusap lembut wajah sendiri, seketika perasaannya jadi gusar, karena tidak biasanya Abdi tiba di kota kembang langsung pergi ngelayap bertemu dengan temannya. Ia menghela nafas berat, mendengus dingin kemudian berjalan menuju meja makan yang telah duduk Mutia juga Aditya di sana.

Tampa basa-basi, Arini langsung mengambil hokben yang diberikan Mutia, langsung duduk dan makan tanpa mau bicara dengan semua keluarga suami dadakannya itu. Hatinya semakin kacau, ketika melihat pesan dari handphone milik adik iparnya yang duduk di sisi kanan, kemudian menunjukan bahwa si pengirim pesan itu merupakan Abdi.

Mutia tampak tengah tertawa sendiri sambil membalas pesan dari sang kakak yang menunjukkan bahwa Abdi tengah menghabiskan waktu dengan Sonya sang kekasih.

Terdengar suara Mutia berdecak, "Laki-laki gelo, udah nikah malah gatel sama ceweknya. Pasti kalau ketahuan Mama, bisa di tarik tuh puser! Dasar anak lanang enggak punya otak ..." tawanya menyeringai kecil, melirik kearah Nancy dan Aditya, kemudian terakhir berakhir di Arini.

Mutia tampak gugup, dia berusaha untuk menutupi semua rahasia yang diketahuinya, agar tidak menyakiti wanita yang duduk disebelahnya.

Tapi tidaklah cukup bagi Arini, dia wanita yang sangat pintar dalam menyesiasati sekelilingnya, karena memiliki banyak mata, walau Stevie dan Samuel tidak pernah menghubunginya semenjak ia melunasi semua pembayaran kepada dua pria pembelot itu.

.

Benar saja, Abdi tengah menikmati makan siangnya bersama Keluarga Evi, yang diundang langsung oleh Evi Mama sang kekasih atas permintaan maaf putri kesayangannya beberapa waktu lalu.

Evi mendekati kedua insan yang tengah duduk menikmati makan siang sangat sederhana dan rumahan itu, sambil berkata dengan nada lembut, "Bagaimana kabar Papa, Abdi?"

Dengan penuh rasa hormat, Abdi mengangguk kemudian menjawab, "Baik Tante. Kami tadi bareng dari Jakarta. Tapi karena di undang ke rumah sini, langsung saja. Kebetulan laper banget, karena masakan Tante sangat lezat. Enggak sia-sia Tante buka catering sekarang. Jadi bisa makan setiap hari kesini!"

Gadis muda itu hanya menggembungkan pipi chubby nya, ketika mendengar celotehan sang kekasih, dan menyendokkan sayur asam di mangkok Abdi untuk kedua kalinya.

Evi bergumam dalam hati, "Hmm ... bagus deh kalau anaknya tidak mengetahuinya tentang hubungan masa lalu aku dan Mas Adit. Kalau bisa nanti aku suruh Sonya langsung jebak saja Abdi, biar di nikahkan dengan putri kesayangan ku. Enggak sia-sia aku membesarkan anak-anak, jadi bisa membalaskan rasa sakit hati ku kepada keluarga mereka. Enggak apa-apa deh diajarin nakal sedikit, biar anak mereka enggak lepas dari anak gadis ku ..."

Perlahan dia mengambilkan satu mangkok berisikan buah yang sudah di potong kecil-kecil, dan menyuguhkan dihadapan Abdi, sambil berkata, "Dimakan buahnya, Abdi. Ini Tante beli di supermarket. Kebetulan tadi Aa Eko pulang, nganterin uang belanja. Jadi bisa beli banyak makanan buat Sonya."

Abdi yang memang suka dengan hidangan rumahan, justru tanpa sungkan melahap semua makanan yang di hidangkan oleh Evi dan sesekali mendapatkan suapan kecil dari Sonya sang kekasih hati.

Evi langsung melihat kearah putri kesayangannya, langsung berkata, "Makanya Sonya, kamu tuh jangan suka percaya begitu saja sama cerita Mutia. Emang dia tahu apa sih tentang kawin gantung gitu. Ya di dengerin malah omongan anak manja itu!"

Mendengar penuturan Evi, Abdi langsung terdiam. Seketika ia terkenang akan sosok Arini, yang telah dua minggu ia tinggalkan dikediaman orangtuanya karena masa dinasnya memang di Jakarta.

Selama Abdi berada di Jakarta, sama sekali ia tidak pernah menghubungi Arini, karena sang istri tidak pernah mau membalas pesan singkat darinya, ataupun menjawab panggilan telepon yang sesekali dilakukan hanya untuk sekedar memastikan bahwa wanita kepala batu itu baik-baik saja.

Tampak Abdi memperbaiki posisi duduknya, agar tidak terlihat bahwa ia tengah berbohong kepada Evi dan sang kekasih hati, Sonya.

Setelah perut Abdi terasa sangat kenyang, ia beranjak dari meja makan, ke ruang tamu yang letaknya tidak begitu jauh.

Rumah yang dulu di elu-elukan oleh Evi hanya gubuk kayu dihadapan Aditya ketika beberapa tahun silam, perlahan tapi pasti sudah berubah menjadi kediaman yang sangat kecil dan tampak lebih asri, karena dirawat dengan sangat baik oleh wanita paruh baya tersebut.

Ya, putra kesayangannya Eko telah memiliki penghasilan sendiri dari bisnisnya sebagai pedagang sayuran, dan selalu memberikan uang belanja lebih kepada dua wanita yang selalu sabar menantikan kepulangannya dari Puncak.

Sonya duduk di sisi kanan Abdi, sambil membawakan satu mangkok berisikan puding, untuk camilan mereka berdua karena sudah lama tidak bertemu.

Dengan manjanya, Sonya menyandarkan kepalanya di bahu tegap Abdi, sambil memperlihatkan handphone miliknya sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Tanpa sungkan gadis berusia 21 tahun itu langsung berkata, "Kamu beliin aku handphone yang canggih kenapa sih? Enggak kasihan apa lihat handphone pacarnya sejelek ini. Aku pengen banget pakai iPhone kayak adik kamu itu. Dia selalu tampil wow kalau di kampus, dan selalu menjadi primadona. Padahal dia enggak tahu sukanya sama siapa. Tapi selalu saja ada yang nyamperin Mutia. Sesekali perhatiin dong kekasih mu yang miskin ini, Aa."

Terdengar suara tawa Abdi, yang keluar karena mendengar celotehan sang kekasih yang selalu meminta barang-barang mewah padanya. Ia hanya menjawab singkat, agar gadis muda itu tidak tersinggung, "Kalau kamu pengen banget iPhone, makanya berhemat dong. Aku juga berhemat kok, karena kami selalu diajarkan oleh Mama dan Papa untuk tidak gampang mendapatkan apapun yang kami inginkan. Kamu tahu sendiri, uang gaji ku hanya berapa sih. Posisiku juga masih biasa saja, pangkat kopral, belum Letkol ataupun mayor. Makanya delapan bulan lagi aku mau berangkat ke Libanon, jadi kita hanya bisa berhubungan jarak jauh. Lagian aku kesini, hanya untuk sekedar menerima undangan kamu. Karena Mama kamu yang meminta beberapa hari yang lalu."

Sonya mendengus dingin, mendengar penuturan Abdi yang sejak awal tidak serius dengan hubungan mereka. "Kesel agh ... enggak pernah serius! Pasti kamu sudah punya cewek, dan tinggal bareng sama wanita luar negeri itu, kan? Awas saja kalau kamu ketahuan selingkuhin aku. Aku kasih tahu sama Mama kamu tentang hubungan kita!"

Abdi hanya menganggukkan kepalanya, membalas ancaman Sonya dengan sedikit menohok, "Silahkan saja, toh aku laki-laki ini kok. Aku enggak pernah jahatin kamu. Aku justru selalu baik sama kamu. Tapi kalau kamu mau umumkan hubungan kita ke orang-orang palingan mereka cuma bilang, 'masa sih'. Mana mungkin Abdi mau pacaran sama gadis jutek yang manja dan banyak minta ini!"

"Agh ..." Sonya merengek di lengan Abdi dengan manja, sambil mendekatkan wajahnya pada pria yang sangat tampan dihadapannya itu. "Cium dong!"

Seketika kedua bola mata Abdi sedikit liar, mencari keberadaan Evi, kemudian mengecup singkat bibir gadis muda itu. "Lagian ini bukan selingkuh namanya. Aku juga melakukan hal itu sama Arini, karena permintaan anak itu. Toh sudah lama aku enggak merasakan hangatnya tubuh wanita. Cewek sekarang emang lebih agresif. Jadi gemes ..."

Terpopuler

Comments

Tari Gan

Tari Gan

awas kamu abdi kalo kepincut sama anak nya si markonah lebih jauh lagi,inget ada istri mu di rumah, meskipun blm menerima mu sebagai suami tp yakin lah lambat laun Arini akan memberikan bucin padamu abdi

2022-12-23

1

Chm1327

Chm1327

hati-hati abdi 😏😏

2022-12-18

2

G-Dragon

G-Dragon

jangan tergiur Abdi, inget sama istri Lo 😏🤔

2022-12-18

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!