Merokok lagi

Abdi yang tidak bisa menerima rekannya diperlakukan buruk oleh Arini, langsung berdiri dan menarik tangan gadis itu dengan sangat kasar, "Ikut dengan ku, gadis sialan!"

Tidak banyak perlawanan, Arini mengikuti langkah kaki Abdi, menuju satu private room yang terletak dilantai tiga club' malam tersebut.

Tentu saja, menjadi satu pemandangan yang tidak terbiasa bagi Stevie juga Samuel yang berada di club' yang sama. Kedua-nya tidak ingin gadis yang dibawa paksa oleh Abdi itu terluka, karena Arini merupakan bos terbaik mereka.

BRAK ...!

Samuel menendang pintu yang akan tertutup rapat, kemudian bertanya dihadapan Abdi dengan gaya menantang dan menatap Arini.

"Apa yang kau lakukan kepada Nona Zea!"

Abdi tersenyum sambil mengusap dagu lancipnya, seketika ...

BHUG ...!

"Dia istri ku bangsat!" hardik Abdi, membuat Arini membelalakkan kedua bola matanya.

Samuel terhuyung seketika, karena mendapatkan bogeman mentah dari tangan kekar Abdi yang memecahkan bibirnya.

"Tidak, jangan percaya dia!" teriak Arini menolak pernyataan Abdi dihadapan Samuel, karena dia tidak pernah akan ada dalam lingkaran rumah tangga yang akan menyita waktunya untuk memperhatikan semua kebutuhan suami, selayaknya Mama dan Papa-nya.

Abdi menoleh kearah Arini, "Cepat suruh dia keluar, atau aku akan menghubungi keluarga kita!" bentaknya lantang.

Tidak ada pilihan, Arini merasa terpojok jika sudah dihadang dengan pilihan keluarga, "Bangsaat kau!" Ia menoleh kearah Samuel, menjentikkan jemarinya agar pria berketurunan bule itu meninggalkan room VIP mereka, "Pergilah, aku akan menghubungi mu untuk menghabisi nyawa anak ini!"

"Ba-ba-baik Nona Zea!" Samuel mencicit lari meninggalkan room VIP tersebut, karena tidak ingin berurusan dengan dua orang yang tengah dilanda api amarah yang meledak selayaknya bom atom akan meledak sesaat lagi.

Abdi Atmaja, pria berusia 23 tahun yang telah menyelesaikan kuliah sekaligus pendidikan militernya dari kesatuan angkatan darat pasukan elite sama persis dengan sang Papa Aditya Atmaja.

Ya, kini kedua-nya tampak saling menantang dengan tatapan mata nyalang, seakan-akan saling menerkam mangsanya yang senantiasa mengganggu ketenangan gadis itu.

"Apa mau mu hmm?" tantang Arini dihadapan Abdi.

Abdi tersenyum tipis, menatap netra indah dari sorotan tajam seorang Arini. "Kau harus bertanggung jawab atas perbuatan mu, telah melukai Joni! Dia sahabatku, dia anak Tante Sindi, dan kita ini keluarga!" tegasnya.

Arini semakin mendecih, "Keluarga seperti apa maksudmu? Aku tidak pernah mengenal kalian, apalagi menikah dengan pria seperti mu, yang sama sekali tidak aku kenali!" umpatnya, kemudian melanjutkan ucapannya, "Jangan pernah berpikir untuk mengancam ku hanya karena rasa penasaran mu!"

Dengan cepat Arini membalikkan tubuhnya, namun dicekal oleh Abdi yang benar-benar semakin penasaran dengan Arini, "Hei tunggu!"

Arini menghela nafasnya dalam-dalam, karena dia tidak ingin berdebat dalam keadaan setengah mabuk malam ini, hanya menjawab singkat, "Hmm ..."

"Apakah kau yang menjadi target operasi kami selanjutnya!"

Arini mendecih, menoleh kearah Abdi yang masih memegang kuat lengannya, "Tidak! Satu lagi, aku tidak mengerti apa maksud target operasi mu? Apakah kau sedang memata-matai aku hmm? Jika iya, kau tidak akan mendapatkan apapun, karena ditangan ku ada sosok jenderal! Are you understand, boy!"

"Sombong sekali kau, Nona!"

"Of course! Hanya kesombongan yang aku miliki, sehingga aku berani menantang mu!" Arini mengerlingkan bola matanya, kembali menatap nanar kearah Abdi dengan mengucapkan satu kalimat, "Kau mengakui aku sebagai istrimu, Tuan. Tapi kau masih menjalin hubungan dengan Sonya yang menjadi adiknya Eko, mantan kekasih Papa Aditya! Bukan begitu hmm?"

Abdi terdiam, wajahnya berubah seketika menjadi merah padam. Ia kembali meremas kuat lengan Arini yang tidak meringis ataupun merasa kesakitan.

Arini menghentakkan genggaman Abdi dari lengannya agar terlepas, kembali berkata sinis, "Kita impas! Jadi kau bebas melakukan apapun di luar sana, karena aku tidak akan pernah menerima perjodohan ini! Jadi kau bukan suamiku!"

Arini berlalu meninggalkan ruangan tersebut, untuk menghabiskan malamnya menikmati dentuman musik yang masih diisi oleh DJ Stevie malam itu.

.

Keindahan kota metropolitan sangat berbeda dengan kota kembang. Hiruk pikuk kota besar sudah menjadi trend anak muda masa kini, untuk melakukan hal-hal baru dalam merintis karir ataupun dunia yang berbeda.

Semua akses yang terbuka sangat luas, membuat siapa saja yang mampu bersaing di sana akan mudah menaklukkan kota metropolitan tersebut.

Arini masih berada di bawah gulungan selimut tebal kamarnya yang nyaman, menikmati indahnya kesendirian dalam keseharian sebagai seorang wanita yang mandiri.

Tidak banyak tuntutan Arini terhadap keluarga, karena ia dibesarkan oleh Anggoro di negara yang berbeda, setelah kawin gantung dilaksanakan kedua keluarga Aditya dan Aldo ketika usianya dua tahun.

Hal itulah yang menjadi tolak ukur Arini, menolak pernyataan sang Papa tersebut, karena memang tidak mengenal sosok Abdi.

Mulut ternganga, dengan dengkuran kecil, setelah menghabiskan malam di club' malam itu, dalam pengaruh pil laknat yang biasa ia telan jika kepalanya terasa penuh karena tuntutan keluarga semakin banyak.

Bukan hal mudah bagi Arini bisa menjadi wanita tangguh dalam bimbingan Anggoro, yang mendidik cucu kesayangannya agar menjadi wanita tangguh dan kuat.

Akan tetapi, Anggoro melupakan bahwa cucu kesayangannya itu, merupakan anak gadis dari Aldo putra pertamanya yang akan menjadi seorang ibu serta istri untuk suaminya kelak.

Arini merasa terganggu dengan deringan telepon yang terletak di nakas sebelah kirinya, membuat dia berhalusinasi dalam menjawab panggilan telepon tersebut.

Arini : "Aku tidak membutuhkan mu, bangsaat! Jadi jangan menghubungi aku pagi-pagi begini!"

Mendengar suara makian dari sang putri, Aldo langsung menghardik Arini dengan umpatan kesal.

Aldo : "Wake up baby! Sudah jam berapa ini? Siapa yang kamu maki seperti itu hah!?"

Mendengar hardikan dari sang Papa, Arini meloncat dari ranjang, merubah posisi tidurnya menjadi duduk dibibir ranjang.

Arini : "Ehm, Pa-pa-pa ... maafkan aku, Pa. Eee, tadi malam sedikit kelelahan karena pulang agak larut. Ada apa, Pa?"

Terdengar suara nafas kesal Aldo diseberang sana, membuat pria yang sudah berusia mapan itu langsung memberi perintah kepada Arini tanpa ada penolakan ...

Aldo : "Sebentar lagi Abdi akan menjemput mu untuk pulang ke Bandung. Malam ini kita ada acara makan malam! Ingat Arini, kamu itu istri, dan jangan buat malu Papa! Jangan menolak, karena Papa sudah mengirimkan lokasi tempat tinggal mu pada Abdi!"

Mendengar Abdi akan datang menjemputnya ke apartemen miliknya, Arini mengerlingkan matanya mengalihkan pandangannya ke seisi ruangan yang tampak berantakan.

Arini : "Ogh, Papa sayang ... i-i-ini enggak lucu! Aku tidak punya suami, karena aku tidak ingin menikah dengan seorang abdi negara! Dia itu laki-laki menyebalkan, ular kepala dua, bahkan sudah memi-- ..."

Lagi dan lagi Aldo menghardik Arini.

Aldo : "Suami mu sudah berada dilantai bawah! Jangan buat malu keluarga kita, karena kamu anak Papa satu-satunya! Bye ..."

Tidak ada pilihan, Arini harus mengikuti semua skenario yang sudah tertata rapi untuknya, seketika berteriak keras memanggil para pelayan untuk segera membersihkan kamar pribadinya.

"Bibik! Tolong bersihkan kamarku!"

Mendengar teriakkan Arini menggelegar di apartemen luas itu, membuat dua pelayan yang tengah bergosip berhamburan menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing.

Terdengar suara ketukan, yang memanggil Arini dari arah luar kamar, "Buka Non, buka pintu kamarnya!"

Bergegas Arini membuka pintu kamar dengan lebar, memperlihatkan situasi yang sangat berantakan dalam satu malam setelah dibersihkan oleh pelayan sehari kemaren.

"Non Arini habis ngapain? Kok berantakan sekali kamarnya? Mana ada abu rokok," sesal pelayan, melanjutkan ucapannya, "Apakah Nona Arini merokok lagi? Bisa-bisa Bibik yang dimarahin sama Papa Aldo," omelnya lagi sebagai orang kepercayaan keluarga.

Arini mengayunkan tangannya di udara hanya mendengus dingin, "Cepat bereskan, kalau ada yang datang, bilang aku lagi mandi! Jangan banyak omel, jika tidak ingin aku tendang dari sini!"

"Baik Non!"

Terpopuler

Comments

Tari Gan

Tari Gan

bener bener suami istri yg bertolak belakang kepribadian nya, Suami nya penangkap penjahat eeh ternyata istri nya sendiri lah yg mafia 😂😂😂 sungguh kolaborasi yg luar biasa thooor perfek

2022-12-22

1

Chm1327

Chm1327

cowoknya enggak merokok, die ngerokok 🤣😂

2022-12-14

2

Chay-in27

Chay-in27

Abdi nggak merokok, Arini merokok🤣😂🤣🤣

nakal kmu Arini 😂😁🤭

2022-12-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!