"Aku akan mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Ku harap pernikahan ini berakhir dengan baik. Nanti malam aku akan memulangkan mu ke keluarga Louis."
Deg! Savana menggeleng.
Mana bisa dia diperlakukan seperti ini. Mana bisa dia digugat cerai.
Meski sadar pernikahan mereka tak berjalan dengan baik, tapi pernikahan ini telah berlangsung selama 16 tahun, waktu yang tidak sebentar. Savana tidak ingin mengakhirinya begitu saja.
"Aku sudah meminta maaf Drew, aku mengaku salah. Tapi kenapa sekarang kamu yang ingin mengakhirinya hubungan kita? Apa karena Ayara? dia hanya orang asing untuk kita Drew, dia bahkan tidak pernah menaruh hormat pada ku."
"Jangan samakan hubunganku dengan Ayara sama seperti hubungan mu dengan Ayara. Apa yang telah kamu lakukan untuk Ayara? Tidak ada. Sementara aku, aku lah yang memakaikannya baju ketika hendak sekolah, aku lah yang mengikat rambutnya saat ada pelajaran olahraga di sekolah. Hari ibu, hari ayah aku selalu datang seorang diri. 15 tahun aku tidak melihat kamu benar-benar berusaha jadi istriku."
"Maafkan aku Drew, aku mohon," Savana nyaris bersimpuh, namun Andrew lebih dulu pergi dari sana dan menuju kamar mandi.
Savana hanya mampu melihat punggung sang suami yang berjalan menjauh.
Dia tidak menangis, hanya saja daddanya sesak penuh dengan amarah. Karena kini semuanya jadi diluar kendali.
Semalam Savana merasa hidupnya seperti di atas awan. Dia melihat dengan jelas perlakuan kasar Andrew pada Ayara. Tapi apa pagi ini? Andrew malah menggugatnya cerai.
Padahal kepergiannya dari rumah dan bersenang-senang diluar sana karena dia muak dengan anak pungut itu. Tapi Andrew tidak mau mengerti.
"Akh!!" kesal Savana.
Dia putuskan untuk menunggu Andrew keluar dari dalam kamar mandi itu. Savana tidak menginginkan perceraian.
15 menit menunggu akhirnya Andrew keluar.
"Drew, aku tidak mau kita bercerai. Tolong maafkan aku, aku bersumpah akan berubah. Aku akan menerima Ayara dan merawat dia!"
"Ayara sudah tidak butuh peran ibu, sekarang dia sudah dewasa."
"Drew, aku mohon."
"Cukup Savana, jangan membuatku melakukan segala cara untuk membuat pernikahan ini berakhir. Karena itu akan semakin menyakiti hatimu."
"Apa maksudmu?"
"Kenapa kita tidak pernah bisa punya anak?"
Savana terdiam.
"Karena kamu memasang kontrasepsi. Apa aku memintanya? tidak."
Savana mundur 1 langkah.
"Sudah cukup bersenang-senang mu Sav, sekarang bersiaplah untuk pulang ke rumah kedua orang tua mu."
Andrew sangat tenang, segala pengkhianatan Savana tidak lagi berarti untuknya.
Sementara Savana kini sudah membeku, bagaimana bisa dia menolak perceraian ini jika Andrew pun sudah tahu pengkhianatannya.
"Tidak perlu meminta maaf, aku sudah memaafkan kamu," ucap Andrew, mengakhiri pembicaraan mereka pagi itu.
Siap dengan setelan kerjanya, Andrew menghampiri Ayara.
"Kita sarapan di luar saja," kata Andrew, dia menarik tangan Ayara untuk mengikuti langkahnya.
Sementara Ayara hanya terdiam dan menurut. Sedikit menunduk untuk mengindari tatapan sang mommy.
Ayara sedikit mendengar tentang pertengkaran mereka sesaat setelah sang Daddy keluar dari kamarnya.
"Dad, apa mommy marah padaku?"
Kini mereka sudah berada di dalam mobil, duduk berdua di belakang dan mobil dikemudikan oleh sang supir.
"Sepertinya begitu, karena itu berlindung lah pada Daddy."
"Aku serius Dad."
"Daddy juga serius."
Ayara memasang wajah yang ditekuk sementara mobil mulai melaju.
"Hari ini pulang jam 2 kan? Daddy akan menjemputmu." Andrew mengelus wajah sang anak yang cemberut.
"Tidak perlu menjemput ku Dad, aku bisa pulang sendiri."
"Baiklah, kalau begitu datang ke hotel, Daddy akan menunggu mu."
Ayara mengangguk antusias.
Dia lupa jika kini sudah tidak punya uang. Tidak akan bisa memesan taksi.
Gadis itu hanya tersenyum lebar, sampai Andrew ikut tersenyum juga.
Jam bergulir.
Ketika Ayara masih berada di dalam kelas, dia sudah melihat melalui jendela jika di luar sana mulai mendung.
"Yara, setelah ini aku ada kencan dengan Farel. Jangan mengiringi langkah ku saat kita keluar," bisik Tessa, sahabat Ayara.
Gadis yang dibisiki itu mengulum senyum dan mengangguk paham.
Saat kelas berakhir, Yara masih duduk di kursinya. Melihat Tessa dan Farel yang keluar bersamaan.
Sementara dia hanya tersenyum lebar.
Ayara mencari dompet di dalam tas namun tidak ketemu. Sesaat berpikir jika dompet itu hilang, namun ternyata baru sadar jika diambil mommy Savana.
"Bagaimana aku ke hotel Daddy?"
Ayara membongkar tasnya dan menemukan sedikit uang.
"Ini bisa untuk naik Bus." senyum Ayara mulai kembali.
Sebelum hujan turun dia pun berlari keluar menuju halte Bus.
Naik dengan buru-buru dan untung masih mendapatkan kursi.
"Yah hujan," keluh Ayara, padahal Bus yang dia naiki baru setengah jalan.
Bus itu pun bahkan berhenti cukup jauh dari hotel sang ayah.
Ayara sendirian di halte bus itu. Memandang Lin Luxurious Hotel di jauh sana.
Sepatunya sudah basah karena terkena percikan air.
"Aku harus lari ke gedung itu, gedung itu, gedung itu, gedung itu, baru tiba di hotel."
"Daddy pasti sudah menunggu."
1
2
3
Ayara benar-benar berlari menembus hujan itu, tak butuh waktu lama tubuhnya sudah basah kuyup. padahal dia baru hinggap di gedung 1, berlindung di pinggiran gedung itu.
"Yahh aku basah, Daddy pasti marah."
Ponselnya berdering dan Ayara buru-buru melihat, panggilan masuk dari sang ayah.
"Halo Dad."
"Kamu dimana?"
"Di Cafetaria."
"Kenapa berhenti disitu?"
"Dompetku ketinggalan, aku tadi naik Bus, jadi berhenti di halte, lalu_"
"Tunggu di sana! Daddy akan menjemputmu!"
Panggilan itu pun terputus. Dengan tergesa Andrew keluar dari ruang kerjanya, ruangan bertuliskan tanda Presiden Direktur.
Mengemudikan mobilnya sendiri hingga melihat Ayara yang sudah basah kuyup di sebelah sana.
Mobil Andrew berhenti tepat di depan gedung itu. Dengan payung hitam dia keluar.
Ayara sudah memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan.
"Kenapa tidak bilang kalau dompet mu ketinggalan?!"
"Maaf Dad." balas Ayara dengan bibir gemetar.
Andrew tak kuasa melihat itu, seperti diluar kendalinya dia menarik Ayara ke dalam payung dan menjatuhkan sebuah ciuman di atas bibir sang anak.
Di dalam payung hitam itu Andrew melumaat bibir Ayara dengan lembut.
Membuat Ayara mendelik dan merasakan darrahnya yang mendidih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ita rahmawati
gk masalah sih tp gimna perasaan ayara saat tau klo andrew lah yg bikin ortunya metong
2025-01-06
0
rin
gimana ntar ketauan yg nabrak mom dad nya si daddy .. ah elah 🤣🤣🤣😅
2024-10-20
0
Qaisaa Nazarudin
Si daddy mah gak sabaran,halalalin dulu dad..🤣🤣
2024-09-24
0