Setelah menceritakan semuanya pada bibi Jane, Ayara jadi merasa sangat lega, seolah beban yang dia rasa telah menghilang.
Di rumah ini Ayara bebas melakukan apapun, bahkan untuk menunjukkan perasaan yang sesungguhnya pada sang suami.
"Daadd," panggil Ayara dengan manja. Kepalanya melongok pada ruang kerja Andrew.
Ayara kira Andrew ada di sana, ternyata tidak.
"Loh, Daddy kemana? bukannya tadi kesini?"
Ayara tidak jadi masuk, kini malah mencari bibi Jane untuk bertanya dimana suaminya.
Bibi Jane sedang menyiapkan makan malam di dapur.
"Bii, dimana Daddy?" tanya Ayara, berdiri tepat di hadapan bibi Jane dan terhalang meja dapur.
"Tuan pergi sebentar Nona, ada beberapa kebutuhan dapur yang habis jadi Tuan sedang membelinya."
"Sendirian? kenapa tidak mengajak ku."
Bibi Jane tersenyum.
Ini bukanlah kali pertama sang Tuan membeli kebutuhan dapur, Andrew selalu melakukannya dengan senang hati. Memastikan isi kulkasnya penuh agar Ayara tidak kekurangan apapun.
"Tadi nona Ayara sedang mandi."
Bibir Ayara mengerucut.
Sementara bibi Jane hanya tersenyum lebar dan kembali melanjutkan tugasnya.
"Aku tunggu Daddy di ruang kerjanya saja."
"Baik Nona."
Sepanjang jalannya dari dapur ke ruang kerja itu Ayara terus menggerutu.
Sekarang ini dia bukan lagi sebagai anak, melainkan sebagai seorang istri.
"Harusnya aku kan yang membeli kebutuhan dapur?"
"Daddy pasti masih menganggap ku seperti anak kecil."
Ayara terus menggerutu sampai dia duduk di kursi kerja suaminya. Wajahnya di tekuk dan menatap sinis pada apapun yang dia lihat.
Sampai akhirnya Ayara terpikir untuk mencari kalungnya di ruangan ini. Seingat Ayara, Andrew membawa kalungnya itu, meski Andrew mengatakan jika sudah hilang, tapi Apa salahnya jika Ayara coba cari lagi.
Membuka beberapa laci namun dia tidak menemukan apapun, hanya surat-surat dan beberapa dokumen perusahaan.
Di laci paling besar meja kerja itu ada sebuah brangkas.
"Apa disini ya? mungkin Daddy memasukannya lalu lupa, dan mengira bahwa kalung itu hilang. ya, mungkin saja seperti itu."
Ayara lantas berjongkok dan coba memasukkan sebuah password, tanggal lahirnya sendiri. Tanggal yang kata Daddy adalah tanggal dimana Daddy Drew menemukan Ayara.
Klik! brangkas itu benar-benar terbuka, Ayara yang terkejut bahkan sampai mendelik.
"Jadi benar tanggal lahir ku, padahal aku hanya asal saja."
Ayara membuka brangkas itu dan benar-benar melihat kalungnya ada di sana.
Dia ambil dan diamati.
Dulu Ayara ingat dengan jelas jika Andrew bisa membuka kalung ini, tapi sekarang tiap Ayara mencoba membukanya selalu tidak bisa, diputar-putar pun kalung itu tetap tidak bisa terbuka.
"Padahal dulu, perasaan daddy mudah sekali membukanya. kenapa sekarang aku tidak bisa?"
Sebenarnya bukan tidak bisa dibuka, Ayara hanya belum menemukan sela.
Ayara coba sekali lagi, tidak banyak tenaga yang Ayara gunakan kali ini, namun kemudian kalung itu benar-benar terbuka.
Deg! Ayara melihat foto dua orang asing dan sebuah tulisan.
"Pearce."
Pearce. ulang Ayara sekali lagi di dalam hatinya.
Apakah ini sama dengan keluarga Pearce? Bukankah mereka keluarga yang cukup terpandang, kenapa membuang ku?
Pikiran Ayara seketika kacau, jika benar Pearce ini sama harusnya Daddy Drew mengetahui sesuatu. Tapi sang ayah seolah selalu menghindar untuk menjelaskan.
Berulang kali Ayara coba mengingat masa kecilnya sendiri pun selalu tidak bisa.
Berakhir dengan kepalanya yang pusing.
Ayara lantas menyimpan kalung itu di saku celananya. Tentang hal ini, akan dia pastikan sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
andi hastutty
Ayara di hilangkan ingatannya
2024-09-03
0
Aidah Djafar
Ayara hilng ingatankah 🤔
2024-02-01
0
Tuti Tyastuti
waduh daddy tuh ayra mo cari tau asal usulnya
2024-01-28
0