"Apa yang kamu lakukan?!" tanya Lilya dengan sangat ketus, dia masuk ke dalam kamar Ayara dan melihat seorang pelayan yang memeluk erat bocah itu.
"Tante Lilya dimana mommy dan daddy?" tanya Ayara pula, dia belum mau percaya jika kedua orang tuanya telah tiada.
"Hais, apa kamu sebodoh itu? berapa kali aku harus bilang, mommy dan daddy mu sudah meninggal!" suara Lilya terdengar tinggi, buat Ayara tersentak dan memeluk tubuhnya sendiri.
"Sekarang ikut aku!" titah Lilya pula, dia menarik Ayara untuk turun dari atas ranjang.
"Nona, apa yang Anda lakukan? mau dibawa kemana nona muda Ayara?" ucap sang pelayan, dia masih coba menahan nona mudanya agar tidak dibawa pergi.
"Lepas tanganmu! hanya pelayan sok ikut campur! minggir!"
Pelayan itu tak berkutik.
"Kita mau kemana Tante? apa menemui mommy dan daddy?"
"Ya ya ya, jadi tidak usah banyak bicara, ikuti saja kemanapun tante pergi," balas Lilya, setelah mengatakan itu pun dia tersenyum miring.
Membuang anak ini tidaklah terlalu sulit, harusnya dia tidak perlu banyak tenaga untuk marah-marah.
Hanya dengan kebohongan tidak masuk akal, Ayara akan mengikuti apapun yang dia mau.
Masuk ke dalam sebuah mobil hitam hanya berdua, Lilya mengemudikan mobil itu hingga tengah kota. Dia sengaja tidak membuang Ayara di tempat sepi, biar saja di tempat ramai begini hingga akan lebih banyak yang akan memangsanya, preman, pengemis, atau bahkan mucikari.
Ah terserahlah, Lilya tidak peduli akan hal itu.
Tepat di pinggir jalan ramai, Lilya menghentikan mobilnya.
"Turun!"
"Tapi tante, ini dimana? mommy dan daddy dimana?"
"Turun lah, tante akan menjemput mommy dan daddy mu, tante akan kembali secepatnya."
"Tapi aku takut sendirian."
"Turun Ayara! atau tante tidak akan menjemput kedua orang tuamu."
Ayara terdiam, dia masih menggunakan baju hitam dengan pita berwarna kuning di lengan kirinya, tanda berduka.
Ayara nampak ragu, hingga akhirnya Lilya turun lebih dulu dan menarik anak perempuan itu untuk keluar. Dia cubit Ayara dengan sangat kuat gadis malang itu berteriak kesakitan.
Tapi kendaraan yang lalu lalang tidak ada yang peduli padanya.
Ayara kembali menangis, memegang tangannya yang kini telah membiru.
"Tunggu disini, mengerti?"
Ayara mengangguk dengan sesenggukan.
"Jika tidak ingin tante sakiti seperti ini, jangan pernah katakan jika kamu adalah keturunan keluarga Pearce, mengerti?"
Ayara mengangguk lagi.
"Tutup mulutmu tiap ada orang yang bertanya, jika tidak, kamu tidak akan pernah bertemu dengan mommy dan daddy mu! mengerti!"
Ayara mengangguk lagi, gadis kecil itu semakin menangis saat melihat sang tante kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkannya seorang diri disini.
Ayara menangis, terus menangis, sampai dia lelah dan duduk di jalan pinggiran jalan itu. Sampai matahari naik tinggi di atas kepalanya hingga nyaris tenggelam di ujung sana, tapi sang tante tidak juga kunjung menjemput dia.
Dan tiap detik matahari nyaris tenggelam, semakin takut pula perasaan gadis kecil itu.
"Mom, mommy ..." lirih, air matanya tak pernah surut, dia terus menangis.
Di depannya lalu lalang kendaraan, namun Ayara merasa sangat kesepian, dia menangis dan memeluk kalung pemberian sang pelayan.
Hingga tanpa disadari oleh gadis kecil itu, ada sepasang mata yang memperhatikan tangisannya.
Andrew Lin menatap dengan hati yang berdesir di dalam mobilnya.
Melihat gadis itu yang menangis dalam duka. Dua pita kuning di lengan kiri dan baju hitam itu, membuat Andrew tahu jika gadis itu telah kehilangan kedua orang tuanya.
Seorang gadis malang, yang seolah memiliki nasib sama seperti dia.
"Hentikan mobilnya," ucap Andrew.
Jonh-sang asisten pun dengan segera menepikan mobil itu hingga berhenti.
Andrew turun dan Jonh pun mengekor.
Dia tetap berdiri saat melihat sang tuan berjongkok di hadapan seorang bocah kecil yang menangis di pinggir jalan.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Andrew dengan lembut, dia telah menikah selama 2 tahun namun belum dikarunia anak, jadi tiap kali melihat anak-anak seperti ini, hatinya akan segera luluh.
Ayara terdiam, menutup mulutnya rapat-rapat. Ingat ucapan sang tante jika dia tidak boleh bicara dengan siapapun jika ingin bertemu dengan mommy dan daddy.
"Dimana rumah mu? biar Om antarkan pulang," ucap Andrew lagi, tapi Ayara tetap diam, tetap menangis tanpa suara karena mulutnya tertutup rapat.
"Apa kedua orang tuamu telah meninggal?" Andrew coba memastikan dan saat itu tangis Ayara semakin deras, hanya sesenggukan dan dihapus dengan kedua tangannya yang kecil.
Dari sana Andrew dan Jonh tahu, mereka bisa menebak jika setelah kedua orang tuanya meninggal, anak ini dibuang oleh kerabatnya yang lain.
"Ikutlah bersama Om pulang, besok kita akan kembali kesini dan melihat apakah ada keluargamu yang datang," ajak Andrew.
Ayara menangis, tak punya pilihan selain menyetujui keinginan pria dewasa ini. Tatapannya yang teduh, membuat Ayara ingat akan sang ayah.
"John, tinggalkan 1 anak buah kita disini, dan lihat apakah ada seseorang yang mencari anak ini," titah Andrew.
"Baik Tuan."
Ketika malam menjelang Andrew pun membawa anak perempuan itu ke rumahnya, saat itu sang istri sedang tidak berada di rumah.
Seorang pelayan bantu mengurusi anak malang itu.
Hingga jam 3 dini hari, tak ada satupun orang yang mencari-cari gadis malang itu.
Andrew pun masih setia terjaga, menunggu kabar dari sang asisten. Terlebih sejak tadi, anak itu sekalipun tidak pernah membuka mulutnya.
Sampai saat konsentrasinya pecah ketika mendengar suara orang berlari ke arahnya yang duduk di ruang tengah.
"Tuan! maafkan saya Tuan, tapi anak itu demam, tubuhnya menggigil," ucap sang pelayan dengan cemas.
Andrew segera bangkit dari duduknya dan berlari ke kamar sang anak.
Melihat Ayara yang mengigau dalam tidurnya yang tak nyenyak.
"Mom, Dad, Ayara tidak nakal, Ayara akan menunggu mommy dan daddy."
"Mom."
Tubuh kecil Ayara menggigil. Andrew dengan segera menggendongnya dan membawa anak itu ke rumah sakit.
Jam 4 pagi mereka sudah tiba disana dan Ayara mendapatkan penanganan.
Andrew yang telah mengetahui namanya pun, menyebut anak itu dengan sebutan Ayara.
"Maaf Tuan, Ayara mengalami trauma berat, ada kejadian buruk yang membuatnya seperti ini." terang sang dokter.
"Sejak aku menemukan dia, Ayara juga tidak pernah sekalipun bicara. Harus bagaimana ini dok? saya juga bingung."
"Segala tindakan harus mendapatkan izin pihak keluarganya Tuan."
"Saya lah keluarga nya, saya akan mengurus semua itu."
"Baiklah, hanya ada 1 metode untuk membuatnya lepas dari trauma itu dan bisa hidup dengan normal."
"Apa?"
"Hipnoterapi." Dokter itu pun menjelaskan, dengan menggunakan metode ini maka Ayara akan melupakan semua kenangan buruknya dan diganti dengan kenangan yang baru.
"Baiklah, lakukan teknik itu, saat dia bangun dia akan jadi anakku, Ayara Lin." jawab Andrew dengan tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ita rahmawati
apa ayara ini anak dari selingkuhan papanya andrew
2025-01-06
0
rin
lha bukan nya itu adek nya ya brati.. apa anak bawa an ibu tiri nya x ya.. 😁😁
2024-10-20
0
andi hastutty
Lanjut
2024-09-01
0