Di dalam ruangan kerjanya Andrew menatap kalung milik Ayara dengan lekat. Kebencian itu ternyata hingga kini masih belum berkurang.
Andrew bahkan masih mengingat dengan jelas ketika melihat ibunya ganttung dirri di dalam kamarnya.
Tapi tangisan Ayara sore tadi tak bisa pula ia lupakan.
Mengusap wajahnya frustasi, Andrew melihat jam yang terpasang di dinding. Waktu sudah menunjukkan jam 12 malam.
Rumah sepi sekali, sedikitpun tak ada suara.
Sekitar jam 10 tadi Savana mengetuk pintu ruangan ini namun dia abaikan.
Beranjak dari kursi kerjanya, Andrew pun keluar. Seorang pelayan segera menghampirinya. Langsung bersimpuh di hadapan Andrew.
"Maafkan saya Tuan, maafkan saya, tapi saya mohon, jangan perlakukan nona Ayara seperti ini. Jika Anda tidak ingin mengakuinya sebagai anak lagi, biar nona jadi anak saya," ucap pelayan itu, dengan menangis dia bicara.
Andrew tertegun.
Ingat Ayara kecil yang dia temukan di jalanan. Pelayan ini lah yang menemani Ayara di kamarnya semalaman.
Dia telah membunuh kedua orang tua Ayara, bukankah itu sudah seimbang? ibunya mati dan ibu Ayara juga mati. Bahkan mungkin kesakitan Ayara lebih parah karena dia pun harus kehilangan sang ayah.
"Dimana Savana?"
"Nyonya sudah di kamarnya Tuan."
"Ayara?"
"Nona ada di kamar pembantu."
Andrew melangkahkan kakinya lagi, tapi bukan naik ke lantai 2, melainkan mendatangi kamar Ayara di belakang.
Pelayan itu bangkit dengan perasaan yang takut. Dia setia terjaga untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
Tanpa mengetuk pintu, Andrew masuk ke dalam kamar Ayara. Melihat gadis itu duduk di tepi ranjang. Rambutnya di ikat biasa, wajahnya nampak begitu sembab.
Andrew belum bicara sepatah katapun. Namun Ayara sudah menangis.
Dia takut sekali menghadapi kemarahan sang ayah, bahkan kini Ayara tak berani memanggil dengan sebutan daddy.
Andrew menutup pintu dan menghampiri.
Mengambil kursi yang ada disana dan duduk di hadapan sang putri.
Ayara masih terdiam seribu bahasa.
"Yara."
"Maafkan aku Dad, maafkan aku." Ayara turun dan bersimpuh di kaki ayahnya, dia memeluk kedua kaki sang ayah dengan sangat erat.
"Bangun."
"Maafkan aku Dad."
Andrew menarik tubuh Ayara hingga kembali duduk di hadapannya. Ayara telah melupakan keluarga Pearce, Ayara-nya bukan bagian dari masa lalu yang kelam.
"Berhentilah menangis dan dengarkan daddy baik-baik."
Ayara mengangguk, dia akan mendengarkan baik-baik tapi air matanya tetap saja keluar.
Andrew menghapus air mata itu, melepaskan ikatan rambut Ayara dan membenahi rambutnya yang panjang.
Ayara terlihat sangat cantik.
"Yara, kamu memang bukan lah anak kandung daddy dan mommy, tapi percaya lah daddy sangat menyayangi kamu,"
"Ada banyak hal yang tidak bisa daddy ceritakan dan daddy harap kamu tidak bertanya akan hal itu,"
"Tetap seperti ini, tetap jadi Ayara daddy yang baik. mengerti?"
Ayara mengangguk lemah. Sementara Andrew sudah mengambil keputusan untuk menutup rapat semua kebenaran ini.
Kini Ayara adalah miliknya, tak ingin masa lalu itu menghancurkan semuanya.
"Ayo kembali ke kamar mu, tidur disana."
"Ta-tapi Dad_"
"Kenapa?"
"Mommy Savana_"
"Kenapa dengan mommy Savana?"
Ayara terdiam, tak kuasa untuk menceritakan ketidaksukaan ibu tiri kepadanya.
Rasanya Ayara bahkan lebih nyaman tidur disini dan tidak mendapatkan kemarahan keduanya, mommy dan daddy.
Apalagi sekarang semuanya sudah berubah, Ayara jelas bukan bagian dari keluarga Lin.
"Lebih baik aku tidur disini saja Dad."
"Kamu masih marah? karena daddy membentak mu tadi."
"Bukan begitu."
"Kalau begitu ayo naik."
"Tapi_"
Andrew tak mau dengar, dia langsung menggendong Ayara dan membawanya keluar dari dalam kamar ini.
Pelayan yang melihat itu pun menghembuskan nafasnya lega. Dia yakin tuan Andrew sudah sangat menyayangi Ayara.
Sementara Ayara langsung terdiam, dia takut membuat keributan hingga sang mommy terbangun.
Andrew membawa Ayara kembali masuk ke dalam kamarnya, membaringkan sang anak di atas ranjang.
"Dad."
"Ini sudah malam Yara, tidurlah, daddy akan menemani kamu."
Ayara tak berkutik.
Apalagi saat melihat sang ayah yang naik ke atas ranjang dan masuk ke dalam selimutnya.
Menarik Ayara ke dalam dekapan.
"Maafkan daddy."
Ayara makin tak bisa berontak, belum lagi pelukan ini terasa begitu nyaman untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
andi hastutty
Deddy menganggap ayara anak atau mau di jadikan apa yah kan ayara sudah dewasa
2024-09-03
1
dich
waduh...dadddyy...
2024-05-30
0
Erly Hafidz
e eehh seranjamg...bahaya dad
2024-05-23
0