Selama ini Savana tidak berani mengungkap kebenaran itu karena takut akan kemarahan Andrew.
Namun ketika dia mendengar sendiri bahwa Andrew pun mengungkapkan kenyataan ini, Savana tak ragu lagi untuk menguak semua kebenaran.
"Kamu hanyalah anak yang dibuang oleh keluarga mu sendiri, dan kami memungut mu."
Memang harus seperti inilah yang Ayara terima. Savana tersenyum puas.
"Mulai malam ini tidurlah di kamar belakang, a ... jangan berpikir untuk membawa semua barang-barang di atas sana, itu bukan hak mu."
"Mom_"
"Jangan panggil aku MOMMY! telingaku terasa jijjik tiap kali mendengar kamu mengucapkannya."
Seorang pelayan memeluk Ayara semakin erat, betapa menyakitkannya kalimat itu untuk sang anak.
Tangis pilu Ayara sedikitpun tak membuat Savana ataupun Andrew iba.
Kedua orang itu malah semakin melempar Ayara jauh.
"Batas mu di rumah ini hanya dapur, keluar masuk lewat pintu belakang. Jangan membuat ku mengulangi kalimat ini sampai 2 kali."
Savana melipat kedua tangannya di depan dadda. Menatap jijjik.
"Berikan dompet mu!"
Ayara tergugu.
"BERIKAN!!"
Tersentak, Ayara buru-buru mengambil dompetnya di dalam tas. Menyerahkan benda itu pada sang mommy.
"Aku tidak sudi uang suamiku dinikmati oleh anak pungut seperti mu. Dan ... satu lagi, mulai sekarang aku tidak akan membayar uang kuliah mu, jadi pikirkanlah sendiri bagaimana caranya kamu bertahan hidup." Savana tertawa.
Ya Tuhan, sudah sejak dulu dia ingin melakukan ini. Dan ternyata Tuhan mendengar keinginannya.
Ketika pergi dari ruang tengah itu, bahkan tawa Savana masih terdengar jelas, samar-samar, lalu hilang.
Ayara membatu, seketika tatapannya berubah kosong.
"Nona, ayo bangkit."
Ayara terdiam, bagaimana dia bisa bangkit jika kenyataan ini seperti memotoong kedua kakinya.
Mom, daddy ...
Ingin tidak mempercayainya namun ucapan itu terdengar begitu jelas, tentang dia yang hanyalah anak pungut.
Kasih sayang sang ayah yang selama ini dia terima ternyata hanya lah semu.
Karena itulah selama ini mommy membenciku.
Ayara sesenggukan, dadda dan tenggorokannya sakit sekali.
Hanya menangis yang bisa dia lakukan. Ayara bahkan sampai tidak sadar ketika dua pelayan mengangkatnya untuk bangkit.
Membawanya untuk menuju dapur dan mengantar Ayara masuk ke dalam kamarnya yang baru.
Kamar yang jelas berbeda dengan miliknya yang dulu, tak ada ranjang berukuran king size, tak ada meja rias mewah, tak ada lemari pakaian yang berjejer panjang.
Di kamar itu hanya ada tempat tidur berukuran 1 orang, lemari pakaian kecil serta 1 meja kecil.
Tak ada kamar mandi pribadi, semua pelayan menggunakan kamar mandi di belakang.
"Nona, jangan menangis lagi," ucap pelayan itu dengan sangat iba, dia bahkan melihat leher sang Nona yang merah.
"Leher anda terluka."
"Bik, apa benar aku bu-bukan anak mommy dan daddy?"
Pelayan itu ikut menangis, tak tahu harus menjawab apa. Tapi memang begitulah keadaanya. Dia adalah pelayan yang sama saat Ayara pertama kali datang ke rumah ini.
Saat Ayara kecil terus menangis dalam tidurnya.
Saat Ayara kecil diangkat menjadi keluarga Lin.
"Biik, jawab aku, apa aku bukan anak mommy dan daddy?" isak tangisnya terdengar jelas, sangat menyayat hati.
Sementara sang pelayan hanya terdiam seribu bahasa.
Ayara tidak dalam keadaan baik, dia akan menunggu waktu yang tepat untuk mengungkap ini.
Pelayan itu memeluk Ayara dengan erat. Sementara para pelayan yang lain hanya mampu menatap iba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
andi hastutty
Untunglah para pelayan baik
2024-09-03
0
Aidah Djafar
mending ke luar rmh aja Ayara, cari krja dan hidup sendiri...🤔 nanti jg Daddy angkatmu mencarimu Krn rindu🤔 secara dia kan mencintaimu 🤔
2024-01-31
2
Tuti Tyastuti
nyeseek
2024-01-27
0