Tiga Belas

Satu minggu sudah berlalu, Affan seperti menarik diri dari dunia luar. sudah 4 hari Ia menghabiskan waktu nya dengan mengurung diri di kamar sambil memandangi potret bunda nya. Affan begitu ingin menyangkal kenyataan pahit yang tengah menimpanya kini, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Bunda yang sangat ia cintai telah pergi untuk selama-lamanya.

Semangat hidup Affan telah berada pada titik nol, ia merasa tak memiliki alasan untuk tetap hidup di dunia ini. Karenanya Affan berharap Tuhan segera mencabut nyawanya agar ia bisa berkumpul dengan sang bunda. Tm

Zara dalam keterpurukannya atas kehilangan ayah dan bunda Rhea juga harus dibuat resah karena memikirkan kondisi Affan yang tak sekalipun keluar dari kamar. Pria itu sama sekali tak pernah menyahut ketika Zara mencoba memanggil dan memintanya untuk makan. Walaupun sebenarnya ia sendiri telah kehilangan naf su makan sejak kedua orang tuanya pergi.

Seperti halnya saat ini, sudah 5 menit Zara berdiri di depan pintu kamar Affan dengan nampan berisi makanan di tangannya. Ia sudah mengetuk pintu beberapa kali, tapi tak ada sahutan yang membuat Zara semakin mengkhawatirkan Affan.

"Abang, Zara bawain abang makanan kesukaan abang. Buka pintunya bang, abang harus makan" Ucap Zara, ia hampir menangis putus asa karena Affan tak kunjung membuka pintu.

Perhatian Zara teralih pada bunyi bel pintu rumah mereka, Zara mau tidak mau menghentikan sejenak niatnya untuk memanggil Affan. Ia meletakkan nampan yang ada di tangannya ke atas meja, ia lalu melangkah menuju pintu untuk mengetahui siapa yang datang berkunjung.

"Hai selamat siang, ehm kamu pasti Zara kan?" ucap seorang wanita yang begitu cantik dan tak asing bagi Zara.

"Aku Alya pacarnya kak Affan, turut berduka cita ya atas meninggalnya tante Rhea dan om Bobi. Maaf baru bisa datang karena aku baru aja pulang dari luar kota" Ucap Alya dengan raut wajah prihatin.

Zara termangu, ia kebingungan harus bersikap bagaimana untuk merespon gadis itu. Hatinya yang sebelumnya memang telah hancur kini kian tak berbentuk dengan kehadiran seorang gadis cantik yang belakangan ia sadari pernah ia lihat tengah berkencan dengan abang tirinya itu.

"Zara..." lirih Alya memanggil Zara karena gadis itu hanya diam saja.

"Ehm eh, iya makasih kak" Zara mengangguk dengan senyum yang dipaksakan.

"Affan nya ada?" Tanya Alya hati-hati.

"Abang ada di kamar kak, sudah 4 hari ini abang cuma mengurung diri di kamar. Nggak mau makan juga. Zara takut abang sakit" entahlah, Zara merasa perlu menceritakan kondisi Affan saat ini. Berharap Alya bisa membujuk Affan agar keluar kamar dan makan. Zara mengesampingkan egonya, bukan saatnya bagi Zara untuk mengedepankan rasa cemburu. Yang paling penting saat ini adalah kondisi kesehatan Affan.

"Aku boleh nemuin dia?" Alya terlihat begitu khawatir saat mengetahui kekasihnya telah mengurung diri selama 4 hari. Apalagi Affan juga tak pernah merespon chat atau telefon darinya.

"Iya kak ayo" ucap Zara, gadis itu mempersilahkan Alya untuk masuk ke dalam rumah, ia mengarahkan Alya menuju kamar Affan.

"Ini kamar nya kak, ini makanan yang uda aku siapin" Zara mengambil makanan yang sebelumnya ia letakkan di meja.

Alya menerima nampan yang diberikan oleh Zara.

"Kak, ini aku Alya" Alya mulai mengetuk pintu kamar Affan. Zara menanti dengan gelisah, ia berharap Affan akan bersedia membuka pintu kamar meski itu akan menyulut rasa cemburu dan sangat menyakiti hatinya.

"Kak, buka pintunya ya. Aku mau ketemu kakak" Panggil Alya lagi karena Affan masih tak merespon panggilan dari gadis itu sebelum nya.

"Aku kecewa loh kak kalo kakak nggak mau buka pintu dan ketemu aku" Kali ini Alya mengetuk dengan sedikit keras ketika Affan tetap tak merespon.

Perasaan Zara tak menentu, meski berulang kali meyakinkan hati nyatanya ia tetap merasa cemburu pada gadis di hadapannya.

"Apa kita dobrak aja pintunya?" Tanya Alya pada Zara yang terlihat kaget pada usul gadis itu.

"Gimana caranya?" Tanya Zara tak yakin, melihat postur tubuh mungil mereka berdua rasanya mustahil bisa mendobrak pintu kamar Affan yang kokoh. Beruntung terdengar langkah kaki dari dalam kamar.

Suara pintu terbuka dan menampakkan sosok Affan yang kuyu. Hati Zara berdenyut nyeri melihat kondisi sang kakak, juga merasa cemburu karena Affan bersedia keluar kamar ketika dipanggil oleh Alya sementara pria itu sama sekali tak menggubris panggilan nya selama 4 hari ini. Seketika Zara merasa dirinya tak berarti apa-apa di mata pria itu.

"Kak..." Mata Alya berkaca-kaca, tak tega melihat raut kesedihan di wajah Affan.

"Alya" Balas Affan lirih.

"Maaf baru bisa datang sekarang, aku baru sampai di sini satu jam yang lalu. Dari bandara aku langsung ke sini. Aku turut berduka cita kak" Ucap Alya dengan rasa bersalah juga kesedihan yang terpancar di matanya.

"Nggak apa-apa Al, makasih ya uda datang"

Ucap Affan, jelas sekali terlihat bahwa pria itu sangat tertekan.

"Kakak makan ya, kata Zara selama 4 hari ini kakak nggak keluar kamar dan nggak makan sama sekali. Kakak nggak boleh gitu bunda Rhea pasti akan sedih kalo kakak seperti ini" ucap Alya, Affan tak menjawab. Pria itu hanya menghela nafas perlahan sembari memejamkan matanya sejenak, pria itu berusaha menetralisir kepahitan yang tengah ia rasakan.

"Ayo masuk, kita ngobrol di kamar kakak aja" Ucap Affan masih dengan raut wajah tanpa semangat, Zara yang sebelumnya hanya diam menyaksikan interaksi keduanya menundukkan kepalanya. Hatinya terasa begitu sakit, Affan sudi berbicara dengan Alya sementara pria itu selalu mendiamkannya semenjak kedua orang tua mereka pergi untuk selama-lama nya. Affan bahkan sama sekali tak menatap ke arahnya.

"Zara mau ikut masuk?" tanya Alya pada Zara.

"Nggak usah, masih ada yang harus Zara kerjakan kak" Tolak Zara halus. Sama seperti sebelumnya, Affan masih tak menatap ke arahnya apa lagi mengajak berbicara.

"Oh ya udah kita masuk dulu" pamit Alya ramah. Zara menganggukkan kepalanya dengan senyum yang dipaksakan.

Zara menghembuskan nafasnya dengan kasar ketika pintu kamar Affan tertutup setelah keduanya masuk. Perasaan Zara berkecamuk, kesedihan nya kembali memuncak ia merasa sendiri di dunia ini.

Dengan langkah lemah Zara meninggalkan kamar Affan menuju kamarnya, rasa sesak tak lagi mampu ia tahan. Ia ingin menangis sejadi-jadinya. Sikap Affan benar-benar membuatnya kebingungan, pria itu seakan menghindari dirinya. Hal itu menambah kadar kesedihan pada diri Zara hingga ia nyaris menyerah akan rasa sakit.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

stela

stela

pergi aja de Zara daripada makan hati

2023-03-02

5

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

mending pergi yg jauh zara sblm bhaya dtang..tp klau s zara minggat ga seru lhi donk bu crita nya

2023-01-24

1

Siti Komariah

Siti Komariah

di cuekin gtu..mending minggat aja zara

2023-01-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!