My Step Brother
Memiliki keluarga yang utuh adalah impian setiap orang. Aku berani bertaruh bahwa tak ada satu manusia pun di dunia ini yang akan memilih untuk terlahir di dalam keluarga berantakan. Itu berlaku untukku, meski aku sangat tidak menginginkannya namun nyatanya semesta memilihku untuk mendapatkan jatah sebagai anak korban perceraian. Yah takdir buruk itu menjadi bagian hidupku, oh bukankah kita tak boleh mengumpat takdir yang pemilik hidup pilihkan? baiklah aku mohon ampun atas ucapan ku yang memberikan label buruk pada jalan hidup yang memang sudah menjadi hak Tuhan untuk memberikan takdir apapun pada manusia yang ia kehendaki. Meski aku sempat mengatakan takdir ku buruk tapi aku bersedia menjalani nya dengan sebaik mungkin, menelan semua kesakitan itu dalam diam ku.
Tak sekalipun aku melayangkan protes pada Ayah yang tak berusaha mempertahankan ibu di sisinya dan merampas impian indah ku untuk terus hidup dan dibesarkan di tengah keluarga utuh. Ah memang tak adil jika aku menghakimi ayahku atas kepergian ibuku karena faktanya ayah tak lebih hanya korban seperti ku, korban ketidak setiaan belahan jiwanya yaitu seorang wanita yang aku sebut sebagai ibu.
Masih teringat dengan jelas di benakku betapa hancur hati ayah saat mendapati perselingkuhan ibu dengan teman kerjanya. Meski aku baru berusia 10 tahun ketika itu namun aku sudah cukup mengerti bahwa tak seharusnya ibu dekat dengan laki-laki lain karena dia adalah milik ayahku.
"Zara, maaf. Ibu dan ayah harus berpisah. Mungkin ini akan membuat Zara kebingungan dan sangat bersedih. Tapi ayah yakin suatu saat akan mengerti mengapa ayah memilih jalan perpisahan ini. Maaf karena mengecewakan mu Zara" Bisik ayah dengan suara bergetar. Aku tau ayah tengah menahan tangis. Cinta pertama ku itu tengah merasakan pedihnya pengkhianatan ibu dan secara bersamaan ia juga tengah terluka karena merasa telah mengecewakanku.
"Jadi ayah akan pergi?" Cicit ku. Wajah ayah semakin kelam mendapatkan pertanyaan dari bibir mungilku, aku berusaha sekuat tenaga agar tak menangis. Aku tak mau menambah kadar kepahitan yang ayah rasakan dengan air mataku.
"Maaf karena ayah memilih untuk menyerah sayang" Akhirnya air mata yang sejak tadi menggenang di pelupuk mata laki-laki hebat ku itu luruh. Hatiku berdenyut sakit melihat kerapuhan ayah yang tak lagi bisa ia sembunyikan.
"Nggak apa-apa yah, Zara mengerti" Naluri menuntunku untuk berkata demikian meski aku sendiri ragu apa yang sebenar nya aku mengerti. Aku hanya mengikuti isi kepalaku bahwa ibu telah menyakiti hati ayah, jika aku ingin ayah bahagia maka aku harus membiarkan mereka berpisah.
"Zara, ayah akan menjemput Zara jika ayah sudah memiliki rumah. Untuk sementara Zara tinggal bersama ibu dulu ya?" aku tau ayah begitu berat meninggalkan ku. Karena selama ini ayah selalu ada untukku dalam setiap kondisi. Aku tak habis fikir kenapa ibu tega menyakiti pria sebaik ayah.
"Iya ayah, Zara akan selalu berdoa semoga ayah segera memiliki rumah agar ayah bisa segera menjemput Zara" Yah tentu saja, tak perlu bertanya dua kali untuk mendapatkan jawaban bahwa aku lebih memilih tinggal bersama ayah ketimbang ibu. Entahlah, aku tak merasa nyaman bersama ibu. Mungkin karena selama ini ayah yang mengurusku dan aku sudah terbiasa mengeluarkan kesah ku pada nya.
Ibu terlalu sibuk dengan pekerjaan nya, seringkali ia mengeluh lelah dan marah jika aku sedikit bertingkah untuk merebut perhatiannya. Padahal ayah juga tak kalah lelah, ayah tidak hanya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan kami tapi ayah juga harus mengerjakan pekerjaan rumah.
Untuk beberapa waktu aku harus berjarak dengan malaikat penjaga ku. Setelah kepergian ayah, ibu semakin bebas membawa pria lain ke rumah. Rasanya begitu marah saat melihat teman laki-laki ibu memasuki kamar ayah. Tapi apa yang bisa seorang anak perempuan berusia 10 tahun lakukan untuk menolak itu semua? Aku terlalu takut pada ibu hingga aku harus memendam kekecewaanku seorang diri.
Aku sangat berkecil hati pada sikap ibu, namun satu-satunya yang bisa aku lakukan hanya berdoa semoga ayah segera datang membawaku pergi. Tak jarang aku menciumi pakaian ayah ketika rasa rinduku padanya mendera dengan sangat menyakitkan.
Aku dan ayah hanya bisa berhubungan lewat telefon, namun aku sama sekali tak menceritakan ketidak nyamananku tanpa keberadaannya. Aku tak ingin mengganggu perjuangan ayah, agar aku bisa segera ikut bersamanya.
Satu tahun penuh kepedihan terlewati, aku menemukan kembali harapan hidupku saat ayah datang. Ayah ingin membawaku pergi dari kota di mana ibu berada.
"Ayah sedang dekat dengan seorang wanita yang begitu baik. Apa Zara keberatan andai ayah menikah dengan nya?"
"Aku tidak keberatan yah" Jawabku. Kenapa harus keberatan? Sementara ibu sudah memiliki pria lain bahkan ketika masih bersama ayah. Tak adil jika aku melarang ayah, lagipula aku butuh seorang ibu.
"Ayo Zara abang hampir terlambat" Suara berat itu menyadarkan ku dari lamunan. Gara-gara membaca pesan yang ibu kirimkan di ponselku aku jadi mengingat peristiwa 7 tahun yang lalu.
"Iya bang" Bergegas aku meraih tas ku dan memasukkan ponsel ke dalam nya tanpa berniat membalas pesan dari ibu.
Aku mengekori langkah bang Affan yang terlihat begitu tergesa. Bang Affan adalah kakak tiri ku. Usia kami terpaut 4 tahun. Ia sudah berada di semester akhir perkuliahan.
"Kalau bang Affan sudah terlambat, Zara naik taxi aja bang" Ucapku tak enak hati.
"Ngapain naik taxi, abang tetap akan melewati sekolah kamu walaupun abang nggak nganter kamu dulu. Jadi mending abang antar sekalian" Yah karena memang sekolahku dan kampus bang Affan searah.
Meski tak ada darah yang sama mengalir di tubuh kami, tapi sejak dulu bang Affan begitu baik padaku. Katanya dia sudah lama ingin memiliki ayah dan seorang adik, karena itu dia sangat bahagia ketika bunda Rhea akan menikah lagi dengan ayahku apalagi mengetahui bahwa calon ayahnya juga sudah memiliki seorang anak perempuan.
"Iya bang" Aku mengangguk. Bang Affan dengan telaten memasangkan helm padaku. Perlakuan nya memang selalu manis, dan penuh perhatian. Ia selalu menunjukkan betapa ia menyayangiku, tentu saja sebagai seorang kakak kepada adiknya. Tapi sayang aku tak bisa memberikan rasa yang sama padanya.
Aku menyayangi bang Affan, tapi aku tidak bisa menganggapnya hanya sebagai kakak. Aku tau aku gila, tapi aku benar-benar tak bisa mencegah hatiku untuk memiliki perasaan terlarang ini. Aku ingin sekali seperti bang Affan yang menganggap ku hanya sebagai adiknya, tapi pria itu terlalu mempesona. Sangat sulit untuk tidak jatuh cinta padanya, bang Affan tidak hanya menarik secara fisik namun juga sifat baik dan pedulinya membuatku benar-benar tak berdaya.
🍁🍁🍁🍁
Haiii... 😂😂😂
Yuk mampir lagi yuk, kita ngehalu bareng lagi dalam kisah Affan dan Zara 🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
autumn loves winter ✨
demi ape, aku juga punya saudara sepupu yang lumayan deket, pernah serumah malah. namanya juga afan, kita jarak umurnya juga 4 taun hahahahah😭😭
2024-03-17
0
Abie Mas
mulai ada perasaan
2023-07-24
0
Ning Vian
baru mampir kakak....nunggu partnya banyak..biar bisa baca maraton☺
2023-04-17
0