Empat

"Zara makan dulu yuk" Affan mengetuk pintu kamar sang adik. Sejak pulang ia belum bertemu Zara karena gadis itu mengurung diri di kamar dan Affan tak berniat mengganggu. Ia selalu memberikan keleluasaan jika Zara sedang ingin menikmati kesendiriannya. Namun karena malam sudah mulai beranjak dan waktu makan malam telah tiba Affan terpaksa harus memanggil Zara karena tak ingin sang adik kelaparan.

Affan mengurungkan niatnya untuk kembali mengetuk pintu ketika mendengar langkah kaki yang kian mendekat. Beberapa detik kemudian pintu kamar terbuka menampakkan sosok sang adik yang seperti biasa hanya diam dan menatap dirinya.

"Makan malam uda abang siapin, ayo makan dulu" Ucap Affan sambil meraih tangan Zara. Gadis itu mengikuti langkah Affan yang membawanya menuju meja makan, mungkin bagi Affan tak ada yang aneh dengan apa yang ia lakukan. Namun berbeda dengan Zara, perlakuan Affan yang selalu penuh perhatian membuat jantung nya berdebar serta mengalirkan rasa hangat di hatinya.

Zara tak bisa untuk menganggap hal ini biasa saja, nyatanya ia selalu terpesona dan sulit untuk tak merasa berbunga-bunga.

Zara terpaku melihat makanan yang tertata di atas meja. Ada makanan kesukaan nya di sana, nasi pecel lele dengan sambal pedas.

"Abang pesan di tempat langganan Zara" Ucap Affan, meski ia yakin tanpa diberitahu Zara sudah tau.

"Makasih bang" Zara tersenyum tipis, jika selalu diperlakukan begini bagaimana bisa ia membuat hatinya berhenti mendambakan pria itu.

"Iya, ayo makan" Affan menyendok kan nasi ke piring Zara lalu mengambil untuknya sendiri.

'Jangan terlalu baik padaku bang' Jerit Zara di dalam hati, Zara sadar bahwa semua kebaikan Affan akan membuatnya jatuh semakin dalam pada pusaran perasaan yang tak semestinya pada pria itu. Ia takut hatinya akan semakin tak tau diri.

"Zara ayo makan, kenapa? nggak suka ya?" tanya Affan Karena Zara tak kunjung menyentuh makanannya melainkan hanya memandangi saja.

"Su-suka kok bang" Balas Zara kelabakan, gadis itu segera menyantap makanan miliknya meski sebenarnya efek patah hati masih terasa membuatnya kehilangan minat untuk makan. Namun ia memaksakan diri karena tak ingin mengecewakan Affan yang sudah menyiapkan semuanya. Pria itu benar-benar menepati janjinya pada bunda Rhea agar menjaga dirinya.

"Tadi bunda dan ayah berangkat jam berapa?" Tanya Affan, berharap bisa memecahkan keheningan yang melingkupi mereka. Jika mengharapkan Zara yang membuka pembicaraan lebih dulu Affan tau itu sesuatu yang mustahil.

"Jam 4" Jawab Zara singkat.

"Jadi tadi lama ya nunggu abang pulang, bosan nggak?" Padahal Affan tau Zara begitu betah dengan kesendiriannya. Affan juga berfikir mungkin Zara lebih menyukai sepi ketimbang kehadirannya jika melihat bagaimana gadis itu begitu malas mengeluarkan suara.

"Enggak" Zara menggelengkan kepalanya.

"Besok jadi ya abang kenalin sama Alya" Kalimat itu berhasil menghancurkan nafs u makan Zara.

"Terserah abang" Lirih Zara, ia tiba-tiba merasa kesulitan menelan padahal ia sudah mengunyah makanan hingga benar-benar halus. Zara meraih gelas berisi air dan segera meminumnya.

"Zara uda punya pacar belum?" Affan iseng menggoda sang adik, raut wajah Zara berubah kemerahan dan entah mengapa Affan begitu menyukai wajah malu-malu adiknya.

"Nggak" Zara menggeleng cepat.

"Kalau teman yang Zara suka ada?" Lanjut Affan, Zara kembali menggeleng. Tiba-tiba Zara merasa takut jika Affan sebenarnya mengetahui bahwa ia menyukai pria itu.

"Masa sih? emang di sekolah kamu nggak ada cowok ganteng ya? kamu uda kelas 3 SMA masa belum bisa merasakan suka ke lawan jenis" Zara benar-benar tak menyukai pembahasan ini. Ia merasa tak nyaman ia takut Affan hanya sedang mengetes dirinya.

"Zara duluan ke kamar" Zara bergegas membereskan piring nya yang telah kosong dan membawanya ke tempat pencucian piring. Sebelum Affan kembali bertanya ia sudah lebih dulu berjalan cepat menuju kamarnya.

🍁🍁🍁

Tidur Zara terganggu saat samar-samar mendengar ketukan pintu di kamarnya. Gadis itu membuka matanya, ia mencoba menajamkan telinga untuk memastikan bahwa apa yang ia dengar memang nyata bukan hanya sekedar mimpi. Apa lagi saat melirik jam, Zara menyadari bahwa ini masih tengah malam.

"Zara buka pintunya" Terdengar lagi suara panggilan Affan disertai suara ketukan halus. Kening Zara berkerut, ia merasa heran mengapa Affan membangunkannya tengah malam begini. Seketika rasa kantuk hilang tanpa sisa saat ia merasa khawatir, fikiran nya melayang pada ayah dan bunda nya. Ia takut terjadi sesuatu pada mereka, karena itu Zara segera turun dari ranjang dan setengah berlari menuju pintu. Dengan sedikit tergesa gadis itu membuka pintu kamarnya.

Zara terpaku mendapati Affan yang berdiri di depan pintu, ia terpana melihat pria tampan itu tersenyum padanya terlebih ketika melihat di tangan Affan terdapat kue tart dengan lilin berbentuk angka 18 di atasnya.

"Hei, selamat ulang tahun yang ke 18 Zara" ucap pria itu, kelembutan suaranya membuat debaran di dada Zara terasa menggila.

"Ayo berdoa lalu tiup lilin nya" ucap Affan lagi, Zara segera tersadar. Dengan patuh ia menganggukkan kepalanya. Zara memejamkan matanya sejenak untuk berdoa lalu meniup lilin seperti yang Affan perintahkan.

Tubuh Zara berubah kaku dengan mata membulat penuh ketika merasakan Affan mencium keningnya. Seluruh tubuhnya terasa memanas, ia tau Affan melakukannya tidak lebih hanya sekedar ciuman kasih sayang seorang kakak pada adiknya, tak seperti dirinya yang menganggap berbeda.

"Selamat ulang tahun ya Zara, semoga kamu selalu bahagia, semua cita-cita kamu tercapai dan terakhir semoga kamu segera dapat pacar" Ucap Affan sambil terkekeh di akhir kalimat, apalagi saat mendapati wajah terkejut Zara atas doa yang ia ucapkan. Affan mengacak rambut Zara dengan gemas.

"Ma-makasih bang" Ucap Zara gugup. Zara merasa kewalahan menghadapi perasaan nya yang tak menentu atas semua yang Affan lakukan.

Affan mengajak Zara menuju meja makan, pria itu meletakkan kue nya di atas meja. Zara mengambil inisiatif kali ini, ia memotong kue dan dengan tangan bergetar menyuapkan potongan kue itu pada Affan.

Diluar dugaan, Affan memegang tangan Zara selepas menerima suapan dari gadis itu. Darah Zara berdesir cepat, ia khawatir eskpresi wajah salah tingkahnya akan terbaca oleh pria itu.

"Zara, apa kamu bahagia?" Tanya Affan dengan tatapan serius, hal itu semakin membuat Zara ketar-ketir. Gadis itu mengangguk perlahan.

"Syukurlah, abang selalu merasa khawatir kamu nggak nyaman sama abang dan bunda lalu pada akhirnya memilih pergi dari rumah ini. Jangan ya Zara? kamu harus tetap di sini dan menjadi adiknya abang selamanya" Hati Zara yang semula berbunga-bunga berubah kelu. Dirinya tak lebih hanya sekedar adik bagi pria itu.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Abie Mas

Abie Mas

just asik tiri

2023-07-24

0

stela

stela

zara🤣🤣🤣🤣

2023-03-02

0

lovely

lovely

stupid ngapain bertepuk sebelah tangan realnya mnding cari cowok di luaran bnyak ko yg ganteng baik🥴🥴

2023-02-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!