Opini Publik

Pov Orang Ketiga

Ada berbagai jenis psikopat di dunia ini, tapi mereka memiliki satu kesamaan yang tak terbantahkan. Yaitu ketika mereka membunuh seseorang, mereka tidak akan pernah merasa bersalah sedikitpun.

Membunuh seseorang adalah hal yang biasa bagi mereka. Seperti makan dan tidur ataupun buang air besar, membunuh juga sebuah kebutuhan bagi mereka.

. ........

Di sebuah kamar mandi yang mewah, nuansa hitam dan coklat memenuhi. Suara gemericik air terdengar begitu syahdu.

Dua kaki masih beralaskan sepatu serta terbungkus celana, sedang berdiri tegar dibawah sower yang mengalir. Warna merah cerah merembes dari tubuh kekar Zidane yang masih memakai pakaian lengkap.

Wajah tampan dengan aura pembunuh itu tertunduk lama disana. Ia sedang berdoa untuk beberapa nyawa yang telah ia rengut hari ini.

Setelah dirasa cukup, ia mendongak dengan ******* nafas frustasi. Matanya yang selalu tajam, menjadi sayu memilukan.

"Kenapa mereka tak berhenti melakukan kesalahan," gumam Zidane dengan suara parau penuh penyesalan dan dendam.

Zidane melihat bayangan dirinya di kaca tembus pandang yang mengelilingi area mandinya. Dia memandang lekat-lekat wajahnya, hanya ekspresi datar yang ia lihat di sana.

Jengah melihat ekspresi di wajahnya sendiri, Zidane mengalihkan pandangannya ke arah bawah.

Air sower bercampur darah, mengalir mengikuti gravitasi bumi. Sebuah hal yang sangat dibenci oleh Zidane tapi harus tetap ia lihat hampir setiap hari.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya dari percikan darah, Zidane merebahkan tubuhnya ke kasur empuknya. Tubuhnya sudah berganti, memakai kimono mandi.

Matanya masih belum mau terpejam, dada bidangnya yang berotot kembang kempis karena lelaki ini masih bernafas.

Sudah sering, ia melakukan pembunuhan. Tapi tetap saja hal itu tetap sangat mengganggu Zidane. Dia masih tak bisa memejamkan matanya, meski dia berusaha keras untuk tertidur.

Alhasil Zidane bangun dari posisi terlentang, ia meraih laci di meja dekat kasurnya. Zidane mengambil sebuah botol obat dan mengambil beberapa butir, dengan bantuan segelas air putih Zidane menelan obat tidurnya.

Lelaki gagah itu kembali merebahkan tubuhnya yang amat kelelahan.

Manik matanya masih menyala, mencari setitik harapan di kalbunya sendiri. Dirinya yang sekarang, yang kembali pulang. Apakah hanya sekedar menjadi tameng atau memang dia dibutuhkan.

Zidane sebenarnya tak ingin ambil pusing dengan hal itu, tetapi luka di dalam dirinya karena dibuang oleh keluarganya sendiri. Bukanlah luka yang bisa dia sembuhkan sampai saat ini.

Zidane tak ingin terluka lagi, lelaki ini ingin diakui.

Dia ingin diakui sebagai salah satu putra Arkana.

Tapi apa daya, dia hanya seorang kotor dengan riwayat kejahatan mengunung. Tak pantas menjadi pemimpin sebuah perusahaan multinasional, di negara demokratis dan selektif.

Dia hanya sebuah batu loncatan atau batu sandungan. Namun dia adalah tangga bagi Arkana Grup, untuk sementara waktu ini.

Sikap kapitalis kejamnya bisa membersihkan seluruh menejemen Arkana Grup yang sudah sangat kotor.

Ini adalah upaya terakhirnya, Zidane harus membersihkan saluran nadi Arkana Grup yaitu Tim Alpha yang tak bisa disentuh oleh siapa pun.

.

.

.

.

POV JANE

Aku memaksa mataku untuk terbuka, sudah cukup waktu istirahatku. Masih banyak hal yang harus kukerjakan, aku tak boleh malas-malasan seperti kaum Gen Z dan X yang menumpukan hidup mereka pada sosial media.

Setatusku sebagai budak korporasi, membuatku bergerak lebih cepat dari sebuah jet tempur milik Rusia.

Pertama yang ku periksa adalah ponselku, aku harus memeriksa semua hal untuk memastikan apa yang kulakukan semalam, berhasil dengan tanpa halangan apa pun.

Berita tentang bunuh diri Dinan dan kecelakaan Feri sudah menjadi isu paling panas di publik. Masyarakat bisa berprasangka sesuka hati mereka, namun tak ada yang bisa merubah sandiwara Tim Alpha dan Keluarga Arkana.

Semua bisa dibeli oleh uang, bahkan opini publik. Dengan memanipulasi siaran di media massa, kebohongan bisa menjadi kebenaran dalam sekejap mata.

Pembunuhan bisa berubah jadi bunuh diri dan kecelakaan. Pelecehan seksual berubah menjadi penghianatan.

Memang ajaib sekali, dengan uang kau bisa merubah apa pun agar sesuatu itu menjadi menguntungkan bagimu.

Itulah yang kupelajari selama lima tahun mengabdikan diriku pada Keluarga Arkana.

Aku menghubungi Meri setelah aku turun dari ranjang tidurku. Banyak hal yang harus kupastikan agar hari ini aku bisa melanjutkan hidup tanpa kekhawatiran.

"Hallo!" sapa--ku pada Meri, tak butuh waktu lama heaker hebat itu untuk menjawab panggilan suaraku.

"Iya, Jane!" jawab Meri, dia memang selalu siaga di ruang Monitoring tanpa merasa lelah.

"Apa berita tentang Feri dan Dinan mempengaruhi saham Arkana?" tanyaku pada Meri.

"Lumayan!" ucap Meri santai sekali. Apa aku salah membuat rencana, jangan sampai kematian dua orang itu menimbulkan huru-hara di Arkana.

Arkana Grup bukan perusahaan yang kecil, ribuan keluarga tergantung pada kelancaran bisnis mereka. Jika sampai saham Arkana goyah atau turun secara signifikan, maka akan terjadi ke goyangan ekonomi di Asia.

"Sekelompok karyawan Arkana berkerjasama untuk menjatuhkan Arkana, hanya karena masalah cinta!" lanjut Meri.

"Hehhhh?!" aku sedikit bisa tersenyum setelah mendengar berita kocak itu dari mulut Meri.

"Pimpinan perusahaan berinisial JA jatuh cinta dengan seorang pelacur berinisial S. Untuk merubah nasib gadis itu JA membawa Miss S kerumahnya, dia menjadikan Miss S sekertaris pribadinya.

"Namun tanpa sepengetahuan JA, ternyata S telah berkerja sama dengan salah satu sekertaris JA yang berinisial D.

"D adalah ketua dari sebuah kelompok yang membenci Keluarga A, kebencian mereka hanya didasari karena Keluarga A sangat kaya.

"D berencana menghancurkan JA yang tak lain dan tak bukan adalah Tuannya sendiri.

"Memaksa S membunuh JA. Tetapi S tidak mau membunuh JA karena sudah luluh dengan kebaikan JA.

"Jadi S dan D bertengkar hebat, hingga S terbunuh oleh D di kediaman JA.

"Setelah D membunuh S, D menghubungi F yang seorang pengacara pribadi keluarga A. F adalah wakil kelompok pembenci keluarga A.

"Setelah itu, D dan F menyusun rencana agar kematian S menjadi kesalahan JA" jelas Meri pajang lebar, dia mengakhiri ceritanya dengan bertepuk tangan keras sekali.

"Apa itu rencanamu?" tanya Meri padaku.

"Aku tak berharap menjadi semudah ini, kupikir aku harus meminta banyak media untuk merilis naskah cerita karangan itu,

"Tetapi masyarakat malah sudah bisa menerka!" ucapku lemah.

"Masyarakat sudah bisa menebak karena sudah sering melihat sandiwara Arkana!

"Mereka sudah terdekte jika anggota keluarga Arkana adalah malaikat tanpa dosa sedikitpun.

"Menyimpulkan hal semacam tadi, bukanlah sebuah masalah besar bagi publik,"

"Baguslah, pekerjaanku jadi sedikit lebih ringan! Aku bisa tidur lebih lama hari ini," hal menyenangkan yang kuucapkan dengan amat malas.

"Sebaiknya kau kesini saja, kita nonton film bagus!" ajak Meri.

"Meski aku diliburkan, bukan berarti aku tak punya kegiatan...

"Aku ini manusia biasa, Mer! Aku juga punya keluarga dan urusan sediri!" kataku.

"Tentang Feri... Kau baik-baik saja?" tanya Meri.

Aku hanya bisa mengehela nafas panjang dengan frustasi.

"Kalau aku terguncang, mungkin aku sudah gila sekarang!" gumamku dalam hati.

Melihat sahabat meninggal di depan mata, dengan cara paling mengerikan seperti itu. Jika aku masih waras, berati aku adalah orang yang mengalami cacat mental.

"Jane!!!" Meri memanggilku seolah aku jauh dari ponselku.

"Jangan berteriak di telingaku!" keluhku kesal, teriakan Meri tadi benar-benar mengkagetkanku. Apa lagi suaranya yang besar itu berdengung keras di salah satu sisi kepalaku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!