Makan siang bersama Zidane

Karena opini publik sekarang dapat mempengaruhi harga saham dan kepercayaan pada sebuah produk perusahaan. Maka Tim Alpha dibentuk untuk menjadi tim sapu bersih, atau kelompok yang membereskan kekacauan yang dilakukan oleh anggota keluarga Arkana secara diam-diam dan rahasia.

"Arkana akan berinvestasi di dua sektor!" ucap Zidane padaku. "Teknologi masa depan dan Hiburan! Ini memang hal baru bagi kita! Tapi jika Arkana tak merubah arah, maka Arkana akan disebut ketinggalan jaman!".

"Anda yakin, Pak?" tanyaku.

"Kenapa aku merasa tak nyaman dengan panggilanmu padaku?!" Zidane menatapku dengan sorot tak suka.

"Heh..." aku bingung.

"Jangan panggil aku, Pak!" ucapnya.

"Hehh..." aku makin bingung.

"Panggilan apa yang kau berikan pada Brian?" tanyanya.

"Kakak," aku masih binggung.

"Aku juga tak mau kau panggil kakak!" Zidane berpaling dariku dan memandang data daftar perusahaan yang ikut Sandbox di tangannya.

"Pak rapat akan segera di mulai!" kataku.

"Pilihlah perusahaan yang bagus di dua sektor tadi!" suruh Zidane.

"Bapak menyuruhku memilih?" sekarang aku merasa kaget. "Tapi saya tidak punya pengalaman seperti ini, Pak!".

Aku kaget karena sosok Zidane Arkana ini meski sangat kolot dan kasar, apa lagi masalah investasi dia selalu berhati-hati. Banyak perusahaan kecil yang pernah diakuisisi oleh Arkana dijualnya. Serta akhir-akhir ini Arkana tak banyak mengeluarkan uang untuk investasi.

"Pilih yang idenya tak pasaran! Karena sedikit berbeda akan lebih baik dari pada yang sempurna!" ucap Zidane.

Aku sedikit terharu pada Pak Zidane, ternyata ada sedikit sisi masuk akalnya juga nih orang.

Rapat berjalan lancar, dan aku hanya ngawur memilih perusahan yang akan diinvestasi oleh Pak Zidane. Lagi pula aku tak akan rugi apa pun juga jika Arkana mengalami kerugian karena investasi ini.

Salah sendiri, kenapa memintaku memilih.

Setelah beres dengan urusan itu, aku menyetir untuk Zidane menuju tempat makan siang.

"Aku ingin kau membereskan mereka!" Zidane memberikan sebuah daftar nama di selembar kertas HVS padaku.

Zidane menulis beberapa nama orang dengan tangan, ternyata tulisan tangan Zidane sangat bagus sekali. Tulisan latin bersambung yang sangat indah.

Padahal ini hari pertamaku tapi dia benar-benar ingin menyiksaku dengan melakukan kejahatan.

"Mereka...?" isi daftar itu adalah beberapa nama dari pemimpin tambang yang baru tadi pagi menghadiri rapat denganku.

"Aku tak ingin melihat mereka lagi, jadi bunuh saja semua," ucap Zidane santai sekali.

Aku masih tak percaya dengan apa yang kudengar. Apa bagi lelaki ini, nyawa manusia tak ada yang berharga.

"Jika kau tak sanggup aku akan memerintahkan Boby!" ucap Zidane.

Aku masih termenung dan berpikir. Orang-orang di dalam daftar nama ini memang mempunyai kesalahan yang amat berat. Namun apa dengan membunuh mereka semua, orang-orang ini bisa membayar kejahatan yang mereka lakukan.

"Jangan terlalu banyak berfikir," ucap Zidane.

Aku menghentikan laju mobil, karena jalur didepanku sedang tersendat lampu merah.

"Ayah angkatku pernah berkata! Hukum musuhmu dengan setimpal!" kata Zidane. "Buat mereka merasakan apa yang pernah mereka lakukan,".

Aku masih diam, karena apa yang dikatakan Zidane adalah sebuah hal yang ku setujui.

"Baik, saya akan membereskan mereka semua!" ucapku dengan sangat yakin.

Aku belum pernah membunuh manusia sejauh ini, meski aku banyak melakukan kejahatan untuk keluarga Arkana. Apakah aku sanggup membunuh orang-orang ini.

Zidane mengajakku makan di sebuah restoran bintang lima yang amat mewah. Seorang pelayan wanita menunjukkan sebuah ruangan yang sepertinya sering dikunjungi Zidane.

Kami duduk saling berhadapan di meja makan besar ini.

"Apa anda mau pesan menu biasa yang biasa Tuan pesan?" tanya pelayan itu.

Zidane hanya menjawab dengan anggukan, lalu pelayan tadi berjalan ke arahku.

"Silahkan pilih menunya, Nona!" pelayan restoran tadi memberikan buku menu mewah padaku.

"Aku mau spaghetti," kataku, tanpa melihat menu.

"Jenis apa, Nona? Ada...,"

"Yang pedas, aku suka makanan pedas!" ucapku.

"Baiklah, saya akan segera menyiapkannya!" pelayan itu pamit undur diri.

Setelah pelayan itu tak terlihat lagi, aku segera melihat ke arah Zidane. Penasaran juga, apa yang dilakukan pria kejam itu sambil menunggu makan siangnya.

Aku tersentak karena lelaki itu melihatku dengan tatapan tajam, serta senyum tipis tersungging di bibirnya yang indah.

Aku langsung menunduk karena salah tingkah.

"Apa kau sudah merencanakan sesuatu tentang perintahku sebelumnya?" tanya Zidane, membuatku langsung mendongak ke arah lelaki itu.

"Empat orang Indonesia yang ada daftar akan dibereskan saat mereka mengendarai helikopter dari bandara ke lokasi pertambangan.

"Dua warga asing akan pura-pura kami pulangkan melalui jalur laut, lalu mengeksekusi mereka di tengah lautan!" jelasku.

Zidane mengangguk-anggukan kepalanya perlahan, lalu lelaki tirani itu bertepuk tangan dengan tempo lambat. "Anak didik Brian memang beda, aku suka cara kerjamu!" ucapnya dengan senyuman semringah.

Acara makan siang kami berdua berjalan sangat lancar tanpa kendala suatu apa pun. Sampai kami memasuki mobil, ponselku bergetar sangat hebat.

"Hallo!" jawabku.

Aku mendapatkan panggilan darurat dari Tim Alpha karena sidang kasus terbunuhnya Sekertaris Jendral Arkana berhasil naik banding.

"Baiklah aku mengerti!" aku segera menutup panggilan ponselku karena aku takut Zidane terganggu.

"Apa ada yang penting?" tanya Zidane padaku.

"Sidang Pak Jendral hari ini gagal," ucapku. "Tapi saya jamin akan membereskan semua itu sesegera mungkin!".

"Kau yakin? Bisa melakukan semuanya?" Zidane bertanya lagi padaku.

Aku berbalik ke belakang dimana Zidane duduk. "Hal seperti ini sudah sering terjadi! Saya pasti bisa mengatasinya dengan mudah!" ucapku tanpa ragu.

Jendral Arkana anak pertama Sadewo Arkana yang mempunyai hobi menyiksa dan membunuh wanita. Karena sudah lebih dari 20 kali aku menangani kasus kekerasan Jendral Arkana pada wanita.

"Baiklah, kau bisa pergi!" ucap Zidane.

Alhasil aku diturunkan di depan Hotel tempat tadi kami makan siang. Aku memang harus bergegas kalau mau kasus pembunuhan Pak Jendral segera ditutup.

.

.

.

.

Tak butuh waktu lama aku sudah berada di gedung Tim Alpha yang menjadi rumah bagiku selama lima tahun belakangan ini.

"Bawa semua berkas sidang Pembunuhan Jendral Arkana!" aku langsung memerintah para staf di Tim Alpha bahkan sebelum aku menduduki kursi kerjaku.

Tak lama Meri dengan tampilan lusuh seperti pengemis memberikan apa yang ku mau.

"Cari tau siapa Sandiana Munaf, korban pembunuhan Pak Jendral!" perintahku pada Meri.

"Ok!" Meri segera pergi ke meja kerjanya yang tak jauh dari tempatku duduk.

Aku sibuk dengan berkas sidang, sementara Meri mengumpulkan semua data tentang Sandiana Munaf.

Tak butuh banyak waktu Meri sudah memampangkan hasil temuannya di layar monitor besar di tengah ruangan.

Ruangan ini sangatlah sepesial, selain ruangan ini begitu sangat dirahasiakan. Tetapi sistem di sini amatlah sangat canggih, karena hampir semua penghuni ruangan Monitoring ini adalah para Heaker kelas dunia.

"Sandiana sering gonta-ganti akun sosial medianya!" ucap Meri.

Belum sempat kami melanjutkan diskusi kami, sebuah suara pria yang amat lantang menggema di ruang Monitoring.

"Bukankah kau sudah diangkat menjadi Sekertaris Wakil Kepala Direktur? Kenapa datang kesini, tanpa sopan santun!!!".

Terpopuler

Comments

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

nah, kan...

2022-12-10

1

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

yakin, bisa?

2022-12-10

1

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

betul-betul meresahkan 😌

2022-12-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!