Mataku memicing bak srigala murka, ketika melihat sosok yang sudah membentakku dengan kata-kata kasar.
"Kenapa kau gagal? Ini sudah sidang kedua! Arkana akan goyah hanya karena orang tak kompeten seperti kamu!" aku juga membentak pada lelaki itu.
Wajah teman seperjuanganku itu sudah memerah karena menahan emosinya. Namanya Feri dia masuk ke Tim Alpha pada tahun yang sama denganku.
Tahun itu hanya kami berdua yang direkrut oleh Tim Alpha dari sekian banyak karyawan yang lolos pendaftaran karyawan baru Arkana Grup. Jadi aku dan Feri memiliki kisah, suka-duka yang sama selama bekerja di tempat ini.
"Sekarang kau sangat sombong! Karena ditunjuk sebagai Sekretaris seorang Mafia?!" Feri masih saja mengoceh.
"Fer, aku mohon jangan ganggu kami!" pintaku dengan tulus kali ini.
Aku sangat mengenal Feri, dan aku sudah lama menyimpulkan jika lelaki ini tak akan bisa menghadapi tekanan kerja di Tim Alpha.
"Kalian benar-benar sudah buta..."
"Keluar! Atau aku akan memanggil Tim Keamanan kesini?!" nada bicaraku meninggi lagi.
Feri yang mempunyai jiwa berapi-api berlari kearahku dan mencengkeram kerah kemejaku.
"Kau yang harusnya keluar? Apa yang kau lakukan disini?!" teriak Feri.
Semua staf ruang Monitoring segera bertindak untuk melerai kami.
"Membersihkan semua sampai tuntas!" kataku dengan tegas.
Mataku hanya memerah karena emosi pada Feri, hatiku tak bergetar sama sekali. Padahal aku sedang berencana melindungi Jendral Arkana dan mencoba mengubah korban menjadi tersangka.
"Jane kumohon kali ini saja, jangan lepaskan Pak Jendral..." Feri bersimpuh di lantai.
Feri juga sangat mengenalku, melakukan kekerasan terhadapku tak bisa membuatku tersudut lalu memenuhi apa yang dia pinta.
"Ini perintah Pak Zidane!" ucapku.
Aku berusaha tak menghiraukan rengekan Feri yang lebay. Padahal aku juga iba pada Feri dan juga korban, tetapi aku tak punya cara lain.
"Apa kau tau siapa korban Pak Jendral kali ini?" Feri masih tak menyerah merengek padaku. "Dia yatim piatu, Jane!".
"Apa aku harus iba pada orang yang tak punya keluarga dan sudah meninggal?!" aku bertanya pada Feri dengan senyuman nanar.
"Biarkan kali ini saja, biarkan Pak Jendral mendapatkan hukuman!" Feri masih bersimpuh di kakiku.
Karena risih aku juga ikut bersimpuh dan menasehati lelaki perasa ini.
"Jika pun Pak Jendral dipenjarakan, itu hanya sebentar. Lalu jika Pak Jendral dipenjara Saham Arkana Grup akan turun drastis.
"Banyak pegawai Arkana yang akan kehilangan pekerjaan. Lalu kau dan aku akan menjadi buruan mereka nantinya!" jelasku.
"Dewasalah sedikit! Pikirkan keluargamu juga!" lanjutku.
Feri terdiam dengan air mata menetes pelan ke pipinya. Lelaki itu tak punya pilihan selain menyerahkan khasus pembunuh Pak Jendral padaku.
Sebab saat kita memutuskan untuk bekerja di Tim Alpha, maka saat itu juga nyawa kami adalah milik Arkana. Kami tak boleh kalah dari musuh-musuh Arkana, dan kami juga tak boleh terdeteksi oleh siapa pun. Karena semua pekerjaan yang kami lakukan di ruangan Monitoring ini adalah rahasia.
Setelah Feri keluar dari ruang Monitoring, aku dan Meri melanjutkan pekerjaan kami yang sempat tertunda.
Aku dengan seksama memandangi layar Monitor besar di tengah ruangan, beberapa akun dengan nama berbeda namun mempunyai ID sama bermunculan bergantian.
"Kenapa dia mempunyai akun sosial media sebanyak ini?" gumam Meri sembari memainkan komputernya, karena hanya dari situlah layar Monitor besar itu dikendalikan.
"Ada yang ingin dia sembunyikan dari seseorang!" kataku.
"Aku mencium bau-bau kebusukan!" ucap Meri sambil mengeryit jijik.
"Periksa semua chat dan panggilan yang dilakukan semua akun Sandiana Munaf!" perintahku pada Meri.
"Bantuin napa?" Meri yang berantakan memasang wajah iba padaku.
"Berkas sidang yang harus kubaca juga belom selesai, Mer!" ucapku.
"Huhhhhh!" Meri mengerang kesal, wanita tomboy ini pasti sangat kelelahan.
Meri adalah salah satu Heaker profesional yang mengurusi ruang monitoring ini. Jika terjadi banyak masalah di Arkana Grup para Heaker-heaker di sini bahkan tak punya waktu untuk sekedar keluar dari ruangan rahasia ini.
Mereka harus terus memantau keadaan dari segala sisi, dan menjaga supaya Arkana Grup tetap stabil.
Pemimpin Tim Alpha adalah Kak Brian, lelaki itu sangat dipercaya oleh para Arkana. Entah apa yang akan terjadi beberapa minggu ini, sebab Kak Brian sudah berangkat ke Eropa sesuai perintah Sadewo Arkana.
Tak ada yang bisa memimpin Tim Alpha sebaik Kak Brian. Sedangkan aku hanyalah salah satu staf di Tim Alpha, tak akan mampu bagiku memimpin Tim ini.
"Jane...!" Meri memanggilku dengan nada yang amat memelas.
"Apa?!" aku menjawab dengan nada kesal, dia pasti memaksaku untuk membantunya.
"Sini deh!" nada suara Meri makin sedih.
"Ada apa?" karena penasaran mau tak mau aku mendekati Meri.
"Gila nih anak, ternyata kek gini...!," Meri mendesah tak percaya dengan apa yang baru saja dia baca. "Untung aku bisa memulihkan data pesan yang sudah dihapus oleh sistem dengan sangat mudah!".
Aku masih diam, dan mulai mengingat lagi, kondisi mayat Sandiana saat ditemukan di kediaman pribadi Pak Sadewo.
Jelas sekali mayat Sandiana mengalami kekerasan fisik dan seksual. Aku sangat yakin Sandiana dibunuh oleh Pak Jendral, sebab beberapa korban Pak Jendral cenderung mengalami kekerasan yang sama dengan Sandiana.
Namun kenapa isi beberapa chat di akun media sosial Sandiana, gadis ini ingin bunuh diri. Hal ini tak mungkin bisa memenangkan Pak Jendral di persidangan, jadi aku harus melakukan sesuatu agar hal ini bisa menguntungkan Pak Jendral.
Tanpa berpikir lagi aku segera menghubungi salah satu media yang biasa berkerjasama dengan Tim Alpha Arkana Grup.
"Aku punya sesuatu yang bagus untukmu!" kataku dengan mantap.
Segala cara adalah Hahal, selama apa yang kita lakukan menguntungkan Arkana Grup. Itu adalah moto kerja Tim Alpha.
"Aposehhhh nihhhh?" tanya seseorang dari balik panggilan ponselku. "Bagus nggak bayarannya?!" lanjut orang itu.
Yang kini ku hubungi adalah seorang pria yang suka berdandan dan bertingkah laku selayaknya wanita. Meski jiwanya labil, tapi pekerjaan yang orang ini lakukan untuk Arkana Grup tak pernah mengalami kegagalan.
"Aku akan mengirimnya sore ini, dan terbitkan ini tengah malam nanti!" ucapku.
"Siap cantik, akan kulakukan apa yang kau mintahhhh!" kata orang itu dengan sangat kemayu.
Aku segera berjalan ke arah meja Kak Brian setelah mematikan panggilanku. Aku duduk di sana dengan tatapan yang amat serius.
Aku pasti bisa melakukan semua ini, aku pasti bisa.
Aku harus meyakinkan diriku sendiri, meski ini bukan pertama kalinya aku melakukan kejahatan untuk Arkana. Tapi ini pertama kalinya aku melakukan kejahatan untuk Arkana tanpa campur tangan Kak Brian.
Aku harus memperlihatkan pada Zidane kalau aku bisa dipercaya olehnya, sehingga aku dapat memintanya untuk menemukan orang itu.
Orang yang telah membuatku berubah menjadi iblis mengerikan seperti sekarang.
"Meri, kirim semua data yang berhasil kau pulihkan ke komputer Kak Brian!"
"Siap, Bos!"
Meri juga sudah berhadapan dengan komputernya dengan tatapan tajam yang amat serius.
Kami siap bertempur demi Arkana Grup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
Keren ada ruang hacker segala
2022-12-11
1