Hilang ditelan bumi

Rindi masih tersenyum menatap pesan dari Arfan, ia segera menamai kontak, Kekasih halal

Wanita itu seperti orang yang sedang kasmaran, sehingga tingkahnya mencuri atensi teman barunya itu. Sisie sedikit heran, begitu mesrakah hubungan suami istri itu?

Tapi tak heran jika Rindi selalu merasa jatuh cinta pada suaminya, secara suami Rindi itu cukup sempurna menurutnya, tampan, perhatian, dan romantis.

Ya begitulah anggapan Sisie tentang hubungan mereka yang hanya dia lihat dari luar saja, tanpa mengetahui yang sebenarnya.

"Udah, nggak perlu seperti itu amad melihat pesan dari suami sendiri. Kayak orang baru jatuh cinta aja." Cibir Sisie sembari menggoda temannya itu.

"Ish... Kamu apaan sih. Ganggu orang lagi berhayal aja," balas Rindi segera mengembalikan layar ponselnya ke semula.

"Yaelah Rindi, udah jadi suami kenapa harus berhayal lagi? Tinggal bilang aja mau kamu itu apa, ya pasti di turuti oleh suami kamu, tapi jujur aku meleleh banget lihat perhatian suami kamu," ujar Sisie terkagum oleh Arfan.

Kamu tidak tahu Sie, bagaimana hubungan aku dan suamiku, apakah aku bersalah bila mencintai suamiku sendiri, sedangkan aku tahu bahwa dia tidak mencintai aku.

"Hehe... Terimakasih ya atas pujiannya pada suamiku. Dia memang suami yang baik," balas Rindi mencoba untuk sewajarnya

"Btw, suami kamu praktek dimana Rin?" Tanya Sisie yang membuat Rindi bingung.

Ya, sampai saat inipun ia tidak tahu di RS mana dia praktek, karena Rindi tidak berani menanyakan takut Arfan akan marah karena terlalu banyak bicara dan takut dikira suka mengurusi urusan pribadinya.

"Kalau nggak salah di RSUD," jawab Rindi ragu.

"RSUD mana? Kan banyak?" Kembali tingkat ke kepoan Sisie.

Rindi yang tak ingin menanggapi karena telah buntu maka. "Aduh, bentar dulu ya Sie, aku kebelet." Rindi segera ngoyor dari hadapan Sisie.

Sesampainya di toilet, wanita itu hanya memperbaiki makeup, "Gini Amad menjadi istri simpanan, tidak bebas mengetahui hal pribadi darinya, sehingga tempat dia bekerja saja aku tidak tahu." Gumam wanita itu sendiri.

***

Malam ini Rindi berdandan lebih cantik dari yang biasanya, entah kenapa ia ingin terlihat cantik di depan Arfan, Rindi sangat berharap suaminya akan datang mengunjunginya malam ini.

Setelah berdandan cantik dan menggunakan wewangian, Rindi tiduran sembari menatap layar ponselnya, berharap ada chat masuk dari Pria yang di cintainya.

Kini waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi tanda-tanda Arfan akan datang menemuinya tidak ada. Bahkan pesan masukpun juga tak ia dapatkan.

Kembali rasa sedih melipir dihati wanita itu, Rindi terpaksa menelan kekecewaan, di saat seperti ini barulah wanita itu kembali terbangun dari mimpi indahnya.

Rindi merasa terlalu naif pada pemikirannya sendiri hingga tak memikirkan hal lain diluar kendalinya, karena Arfan bukanlah miliknya dan tentu saja Pria itu tidak akan memikirkan bagaimana perasaannya saat ini.

Setitik air mata jatuh di pipinya, Rindi segera menghapus air mata itu. "Kenapa aku harus menangis? Bukankah dari awal aku sudah sepakat dengan keputusan itu untuk tidak saling mencintai. tapi, kenapa hati ini rasanya tidak rela?

"Ya, anggap saja aku ini wanita yang munafik, menampik perasaanku sendiri yang sebenarnya sudah masuk terlalu dalam mencintai dia."

Rindi bergumam sendiri, ia berusaha untuk berdamai dengan perasaannya sendiri, lelah berperang melawan hati dan pikiran yang tak pernah sinkron. Maka, Rindi mengakhiri untuk memejamkan mata agar semua rasa gundah gulananya hilang didalam buaian mimpi.

Kini sudah lima hari setelah pertemuan terakhir Rindi dengan Arfan saat di kamar hotel, Arfan tak lagi datang menemui Rindi, telpon ataupun pesan tak lagi ia dapatkan.

Rindi mencoba mengirimkan pesan. Tapi, sepertinya pesan itu tak pernah dibuka. Pria itu seperti hilang di telan bumi. Karena sudah tak mendapatkan kabar lagi dari Arfan, Rindi mencoba untuk merelakan apapun yang akan terjadi pada hubungan pernikahan sementara itu.

Rindi juga tak ingin mengganggu hubungan suami istri yang saling mencintai itu, mungkin saja Arfan telah melupakannya karena Elin telah berubah pikiran untuk tinggal menetap bersamanya.

Tetapi tak bisa di tampik sebagai seorang wanita, Rindi butuh kejelasan walaupun dia hanya istri siri, tapi dia berhak tahu alasan kenapa Pria itu pergi tanpa pesan.

Entah kenapa hati wanita itu masih belum bisa berdamai, dan rasa penasarannya begitu dalam dan selalu bertanya-tanya dalam hati, kenapa Arfan pergi tanpa berkabar sedikitpun?

Akhirnya Rindi memutuskan untuk mencari tahu, ia hanya ingin kejelasan dari Arfan, walau bagaimanapun Arfan masih tetap sebagai suaminya, karena Pria itu belum menjatuhkan talak kepadanya.

Rindi memberanikan diri untuk datang kekediaman Arfan, ia hanya ingin memastikan bahwa Pria itu masih tinggal disana. Namun, sepertinya kediaman itu sunyi seperti tak ada penghuni.

"Permisi, Bu, yang ngontrak dirumah ini kemana ya? Kok sepi?" Tanya Rindi pada salah seorang warga yang lewat.

"Oh, dokter Arfan, Dia pulang ke kota asalnya Mbak," jawab ibu itu.

"Loh, sejak kapan, Bu?" Tanya Rindi masih penasaran.

"Kalau nggak salah sudah hampir satu Minggu ini."

"Ibu tahu kenapa Dr Arfan pulang?"

"Saya tidak tahu, Mbak, saya cuma bertemu saat mereka sedang buru-buru, dan saya coba tanya mereka hanya menjawab pulang kampung," jelas wanita itu lagi.

Rindi menghela nafas panjang dan berusaha untuk menetralkan perasaannya yang terasa hancur. Kembali wanita itu membujuk hatinya agar tetap tegar menerima kenyataan yang ada.

Bukankah dari semula telah menyadari bahwa dirinya adalah sebagai figuran. Jadi, kehadirannya tidak akan pernah berarti dan tak akan dilihat.

Setelah mengetahui Arfan tak berada di kota itu lagi. Maka, Rindi menguatkan hatinya. Semua yang terjadi atas izin Allah, mungkin jalan inilah yang terbaik untuk dirinya.

Sore ini sepulang kerja, Rindi mengemasi semua barang-barangnya yang ada di kamar hotel, Rindi sudah memutuskan untuk pindah, ia mengontrak sebuah rumah sederhana.

Walaupun kamar hotel itu telah di lunasi selama sebulan oleh Arfan. Tetapi, Rindi berusaha untuk lepas dari bayangan lelaki itu, ia sengaja menghilangkan semua tentang suaminya itu.

Bahkan wanita itu berharap Arfan tak lagi muncul dihadapannya, agar ia mudah terlepas dari belenggu cinta yang kini masih mengungkung didalam sanubari.

Kini Rindi menjalani hari-harinya tanpa kehadiran Pria yang sudah tiga bulan ini mengisi relung hatinya, Rindi berusaha menghapus bayangan sang suami.

Wanita itu menyibukkan diri bekerja, bahkan tak jarang Rindi menghabiskan waktunya untuk berada di apotik, walaupun jam kerjanya sudah selesai, tetapi terkadang dia rela menemani temannya yang sift malam.

Rindi sengaja melakukan hal itu agar dia bisa secepatnya melupakan Pria yang sampai kini masih memenuhi hatinya, rasanya sulit sekali menghapus bayangan Arfan dalam hati, bahkan bayangannya itu masih berada di pelupuk mata.

Bersambung....

Happy reading🥰

Terpopuler

Comments

titis irene

titis irene

sungguh berat cobaan mu...Rindi... bersabarlah

2023-01-06

1

Adila Ardani

Adila Ardani

baguslah kalau Arfan pergi jd rindi bisa sama dokter pikri

2022-12-20

0

Indra Fianti

Indra Fianti

rindy kenapa g lanjut sekolah kedokterannya, nti Arfan balik qm jd dokter bs sombong dikitlah ke Arfan🤭

2022-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!