Menukar pekerjaan.

Setelah sampai di kota Palembang, Rindi ikut bersama teman barunya yang bernama Risna. Dirumah sederhana itulah Rindi tinggal.

Bersyukur keluarga dari Risna cukup baik dan ramah kepadanya. mereka bisa menerima kehadiran Rindi walau dalam keadaan hamil. Tidak ada yang berpikiran buruk, karena Rindi memang membawa surat nikah sirinya untuk tanda bukti bahwa anak yang dia kandung bukan hasil zina.

Keseharian Rindi yaitu bekerja dikeluarga Risna yang mempunyai pabrik kerupuk. Rindi mencoba mengais rezeki disana. Apapun pekerjaan yang bisa ia lakukan, yang penting tidak membahayakan dengan kandungannya.

Ya, dari pagi hingga sore, Rindi menghabiskan waktunya berada di pabrik, malamnya ia kembali ke kediaman Risna. Begitulah hari-hari yang dilalui Rindi. Tanpa terasa waktu berjalan, sudah dua bulan ia berada di kota itu.

Rindi sudah mulai bisa berdamai dengan keadaan, tekun dan sabar menjalani kehidupannya, kini dia sudah bisa menabung sedikit-sedikit untuk biaya lahirannya nanti.

Pagi ini Arfan sedang sarapan bersama keluarganya, selama Arfan sakit, ia memang tinggal di kediaman orangtuanya. Karena Elin juga bekerja, jadi orangtuanya meminta sang anak tinggal bersama mereka, agar mereka lebih mudah memantau dan membantu untuk mengurus sang anak.

"Hari ini jadi ke RS kamu, Fan?" Tanya Daddy, membuka percakapan disela sarapan

"Jadi, Dad, nanti jadwalnya jam sepuluh," jawab Arfan masih fokus dengan sarapannya.

"Maaf ya,Mas, aku tidak bisa menemani kamu, soalnya hari ini jadwal aku lagi penuh, tapi nanti aku coba usahakan lagi kalau bisa izin sebentar," sambung Elin merasa tidak enak.

"Sudah tidak apa-apa, Sayang, aku nanti diantar oleh sopir saja." Arfan mencoba untuk tetap mengerti dengan situasi yang ada, walaupun sebenarnya ia sangat ingin Elin bisa menemani.

"Sudah, nanti biar Mama yang menemani Arfan ke RS. Kamu tidak perlu memaksa bila tidak bisa," sambung sang Mama.

"Maaf ya, Ma, sudah selalu merepotkan Mama." Elin merasa tidak enak, selama beberapa bulan ini Mama mertuanya yang banyak berperan dalam mengurus anaknya, ia sebagai seorang istri merasa tidak enak hati.

"Tidak apa-apa, Elin, Mama tahu kesibukan kamu."

Selesai sarapan, Elin segera bersiap untuk berangkat ke RS tempat dia praktek. Sementara Arfan masih di kamar belum melakukan apapun untuk bersiap, karena jadwal kontrolnya nanti jam sepuluh.

"Mas, aku berangkat dulu ya, semua kebutuhan kamu sudah aku siapkan. Sekali lagi aku minta maaf," ujar Elin sendu sembari berlutut di depan kursi roda suaminya.

"Kenapa kamu merasa bersalah begini, Sayang? Aku tidak mempermasalahkannya. Aku tahu kesibukan kamu. Sudah, jangan sedih lagi ya." Arfan merangkum kedua pipi Elin dan mengecup kening dan bibirnya.

"Aku pergi ya, Mas." Elin menyalami tangan Arfan dan segera beranjak.

Kini Pria itu masih termenung di kamar. Bayangan Rindi selalu hadir dibenaknya. "Cepatlah sembuh kaki, aku ingin tahu bagaimana kabar dia."

Arfan bergumam sendiri sembari memukul kecil kakinya yang kini sudah mulai ada rasa, tidak seperti sebelumnya kakinya itu kebas tak merasakan apapun, semakin hari perkembangannya semakin bagus.

Arfan sudah tidak sabar untuk bisa berjalan kembali. Dia ingin segera menemui Rindi, dan harus berkata jujur pada Elin.

Disebuah RS, di dampingi oleh Mama, Arfan sedang mengikuti terapi, dia sudah tidak sabar agar bisa kembali berjalan. Arfan selalu bersemangat untuk sembuh.

"Bagaimana hasilnya, Dok?" Tanya Arfan pada Dr yang menanganinya.

"Hasilnya semakin bagus, Dr Arfan harus lebih giat lagi usahanya untuk berjalan. Semakin Dokter gigih maka peluang itu semakin besar." Jelas Dr terapi itu menerangkan bahwa sudah banyak kemajuan atas usaha Arfan.

"Baik, terimakasih sarannya, Dok, saya akan berusaha lebih keras lagi." Arfan merasa lega dan puas dengan hasil kontrolnya hari ini.

Pagi ini Rindi berangkat ke pabrik dengan berjalan kaki, karena jarak pabrik tidak terlalu jauh dari kediaman Risna. Disebuah taman, Rindi melihat banyak anak-anak bermain dan bersenda gurau bersama kedua orangtuanya.

Karena ini hari libur, maka Taman ramai di kunjungi oleh orang-orang yang sedang berjalan santai membawa keluarga mereka untuk menghirup udara segar di pagi hari.

Rindi melihat senyum merekah dan tawa terpingkal dari bibir bocah-bocah kecil yang sedang menjalani masa pertumbuhan.

Rindi menatap ada sepasang suami istri yang mencuri perhatiannya. Anaknya berada di pundak sang ayah, sementara tangan kirinya menggenggam tangan sang istri mereka tersenyum bahagia.

Rindi tersenyum melihat kebahagiaan pasangan itu. Dulu dirinya juga mempunyai impian sedemikian, tetapi ia harus menerima kenyataan yang ada, beginilah tadir yang harus ia terima. Rindi mengusap perutnya dengan lembut. Apakah nasib anaknya akan sama seperti dirinya yang tak pernah mendapatkan kasih sayang, atau mungkin akan lebih parah dari itu.

Anaknya akan kehilangan sosok seorang Ayah yang seharusnya memberikan kasih sayang, melindungi, dan memanjakan disaat masa pertumbuhan.

Rindi sadar tidak bisa menuntut hal itu dari Arfan, karena dari awal pernikahan singkat itu terjadi, Arfan sudah mengatakan bahwa dia tidak menginginkan anak darinya. Akan tetapi, anaknya juga membutuhkan figur seorang ayah yang akan menjadi panutan.

Tanpa terasa cairan bening menetes disudut matanya. Mengingat hal itu, Rindi kembali merindukan sang suami yang kini entah apa kabarnya.

Apa kabar kamu sekarang, Mas? Apakah kamu pernah mengingatku walau sedikit saja. Aku sangat merindukanmu.

Rindi menghela nafas, dadanya terasa sesak menahan tangis, entah kenapa begitu sulit baginya untuk mengenyahkan bayangan Pria itu di pikirannya.

Rindi beranjak dan memutuskan untuk segera ke pabrik. Walaupun hari libur tetapi ia tetap masuk kerja, karena di pabrik tidak ada hari liburnya. Jika ingin libur tinggal izin saja.

Malam ini Rindi ingin istirahat cepat, karena merasakan tubuhnya begitu capek, mungkin karena kehamilannya yang sudah mulai membesar jadi mudah lelah.

"Nggak makan dulu Rin?" Tanya Risna

"Nanti saja Kak, mau istirahat dulu," ujar Rindi beranjak ingin masuk kamar.

"Rindi?" Panggil Risna menghentikan langkahnya

"Ya, Kak?"

"Boleh kita bicara sebentar?"

"Ah, ya. Dikamar saja, Kak." Ajak Rindi dan di ikuti oleh Risna.

"Rin, kamu tahu Ibu Sania yang tinggal di kompleks sebelah 'kan?" Tanya Risna memberitahu.

"Ibu Sania yang langganan kerupuk kita itu Kak?" Tanya Rindi memastikan.

"Iya, benar."

"Kenapa emangnya, Kak?"

"Tadi pagi dia datang kesini menanyakan, apakah kamu mau membantu untuk menjaga anaknya yang berumur tiga bulan. Hanya sampai jam satu siang. Tapi untuk sementara waktu saja, menjelang dia mendapatkan babysitter."

"Terus bagaimana dengan pekerjaan aku di pabrik, Kak?" Tanya Rindi bingung.

"Rin, menurut kakak, lebih baik kamu berhenti dulu bekerja di pabrik, bukan apa-apa, kakak takut kamu kelelahan."

"Baiklah kalau begitu, Kak. Aku akan menerima tawaran pekerjaan itu. Apakah ibu Sania itu bekerja Kak?" Tanya Rindi sedikit penasaran.

"Iya, Rin, dia bekerja di salah satu Bank Syariah. Dan suaminya seorang polisi."

"Tapi apakah dia tidak keberatan menerima aku sebagai pengasuh, dan dia juga sudah tahu aku sedang hamil."

"Tidak, tadi dia sendiri yang meminta kamu. Karena dia percaya bahwa kamu orang yang amanah untuk menjaga anaknya."

Akhirnya Rindi menerima tawaran untuk menjadi pengasuh dirumah pasangan orang kaya yang ada di kompleks sebelah. Baginya dimanapun bekerja asalkan ia bisa mendapatkan uang untuk biaya lahirannya nanti.

Bersambung....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Iga Wahyusari

Iga Wahyusari

aku hanya bisa memberikan energi positif agar ttp semangat rindi❤

2023-07-05

0

Nci

Nci

Arfan mengingatmu Rindi hanya kondisi tubuhnya tidak memungkinkan untuk pergi jauh dan dengan akan jujur terhadap Elin istrinya kemungkinan Arfan tidak ingin menceraikanmu terlebih ketika tau kamu sedang mengandung anaknya 🤭 Semoga selalu ada petunjuk untuk pertemukan kalian 😢

2022-12-19

3

shylia

shylia

ya Allah menyedihkan banget nasib rindi semoga dia tetap kuat berjuang untuk anaknya😢😢

2022-12-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!