Menikah

Rindi tak mengindahkan ucapan Pria itu, tubuhnya masih gemetaran saat menatap punggung tegap. Apa yang akan dilakukan Pria itu kepadanya.

Perlahan tubuh itu bergerak dan menghadap kepada Rindi, Seketika jantung wanita itu berdebar tak menentu saat menatap wajah tampan yang sangat berkarisma. Alisnya tegas dan tersusun rapi, matanya yang tajam bagaikan mata elang, bibir tipis nan seksi, hidungnya yang mancung sempurna.

Rindiani terdiam sepi sembari mengamati ketampanan Pria yang ada di hadapannya. Benarkah Pria itu yang akan merenggut kehormatannya malam ini?

Tapi segera ia tersadar dari lamunannya. Tidak aku tidak ingin menjadai pela cur.

Arfan segera mendekati Rindi, kini tubuh mereka sudah semakin dekat hingga tak berjarak. Arfan menatap Rindi dari bawah hingga atas.

Arfan meraih tangan Rindi namun, seketika wanita itu menepis tangannya sehingga membuat Arfan menatap Rindi dengan tajam.

"Kau kenapa? Bukankah aku sudah membayarmu sangat mahal. Oh, aku tahu, kamu ingin tips dariku lagi 'kan? Baiklah, aku akan memberimu tips tanpa sepengetahuan majikanmu."

Rindiani segera luruh dan bersimpuh di bawah Arfan sehingga membuat Pria itu terkesiap.

"Saya mohon Tuan, tolong jangan lakukan hal itu, aku tidak ingin melakukan dosa besar ini. Aku mohon tolong bawa aku keluar dari tempat terkutuk ini. Nikahi aku walau sesaat, aku akan memenuhi keinginanmu dan melayanimu, asalkan kita tak berzina."

Rindiani menangis terisak-isak. Dia tidak ingin menjadi wanita malam dan bergelimang dalam lumpur dosa, dia lebih baik dinikahi walaupun hanya sesaat asalkan tak berbuat dosa.

"Ayo bangunlah." Arfan meraih tangan Rindi dan membawanya duduk di sofa yang ada di kamar itu.

"Kenapa kamu seperti ini? Bukankah datang ketempat ini adalah keinginan kamu sendiri?" Tanya Arfan sedikit penasaran saat melihat sikap wanita itu.

"Tidak, Tuan. Aku datang kesini bukan karena keinginanku, bahkan aku tidak pernah berpikir akan berada di tempat terkutuk ini, aku hanya korban yang di jual oleh ibu tiriku sendiri." Rindi menjelaskan semuanya kepada Arfan.

Arfan berpikir sejenak setelah mendengar cerita dari gadis yang ada di sampingnya itu, sepertinya ini adalah hal yang bagus untuk dirinya, permintaan Rindi menjadi pilihan terbaik bagi Arfan.

"Siapa nama kamu?" Tanya Arfan

"Nama saya, Rindiani, Tuan."

"Baiklah, aku akan mengeluarkan kamu dari tempat ini, tapi kita harus membuat kesepakatan terlebih dahulu."

"Kesepakatan apa itu Tuan?"

"Seperti yang kamu katakan tadi. Kamu tidak ingin berzina 'kan? Aku akan menikahi kamu. Begini, Rin, aku adalah seorang Dokter. Dan aku berada di kota ini karena di kontrak oleh RS selama satu tahun ini. Setelah itu aku akan kembali praktek di kota asalku. Jadi, aku ingin menikahimu juga secara kontrak selama aku berada di kota ini.

"Setelah kontrak kerjaku berakhir maka pernikahan kita juga berakhir. Bagaimana? Apakah kamu setuju dengan kesepakatan ini?"

"Baiklah, aku setuju." Tanpa berpikir lagi Rindi menyetujui kesepakatan itu.

"Oya, ada satu lagi. Dalam pernikahan sementara ini, aku minta kamu maupun aku tidak boleh melibatkan perasaan, karena aku tidak mau ada yang terluka saat perpisahan itu tiba. Dan aku juga tidak ingin mempunyai anak dari wanita lain selain istriku, jadi aku minta selama pernikahan berjalan kamu harus meminum pil kontrasepsi."

Seketika hati Rindi terasa perih. Tetapi ia berusaha untuk tetap tenang dan sadar diri. Seharusnya dia berterima kasih karena Pria itu sudah mau mengeluarkannya dari lembah hitam itu.

"Baiklah, Tuan, aku paham."

"Bagus kalau begitu. Ayo sekarang ikut aku."

Arfan keluar dari kamar itu, dan kembali menemui Mami Lala untuk bernegosiasi. Karena Arfan mengambil barang baru dan masih orisinil maka harganya tak main-main yang di berikan oleh wanita menor itu.

Tanpa pikir panjang Arfan melunasi harga yang diminta oleh Mami Lala, maka sekarang Rindi telah menjadi milik Arfan seutuhnya.

Malam itu juga Arfan menyelesaikan segelanya, walaupun hanya nikah siri tentu saja sangat merepotkan temannya yang bernama Naldi itu. Arfan meminta Naldi membantunnya untuk mencari penghulu malam itu juga.

"Malam begini kemana kita harus mencari penghulu, Fan? Kenapa kamu tidak bisa menunggu sampai besok pagi aja sih?" Rutu Naldi di perjalanan saat mereka muter-muter cari rumah pak penghulu.

"Besok kelamaan, Nal, kamu tahu besok itu hari Senin, jadwal aku penuh."

"Ya ampun, memang benar-benar menyusahkan. Eh, tapi aku penasaran, apakah kamu tidak takut ketahuan bila mempunyai istri simpanan?"

"Ya, harus pinter-pinter lah menyembunyikan, namanya juga istri simpanan ya harus disimpan bukan untuk di pamerkan."

Akhirnya dari petunjuk seorang warga, mereka menemui rumah mantan Pak KUA yang telah pensiun, dia masih menikahkan pasangan yang menikah siri.

Tak ingin membuang waktu, Arfan segera membawa Pak penghulu itu kekediamannya. Arfan dan Rindi segera dinikahkan secara agama.

Dengan lantang Arfan membaca kalimat sakral itu maka malam itu juga Rindiani telah sah menjadi istrinya dalam agama, tetapi tidak menurut hukum.

Setelah semua tamu pulang, kini tinggal mereka berdua dikediaman itu. Arfan duduk di ruang tamu, setelah bertelponan dengan sang istri.

Lama Pria itu termenung, ada rasa bersalah yang begitu besar di hati Arfan karena telah menduakan sang istri.

Maafkan aku Elin, maaf jika aku telah menduakanmu, tapi percayalah, cintaku seutuhnya hanya untuk dirimu. Jujur, aku hanya seorang lelaki normal. Andai saja kamu mau mengikuti keinginanku, maka semua ini tak akan pernah terjadi. Arfan bergumam sendiri dalam hati.

Arfan beranjak dari ruang tamu dan masuk kedalam kamar. Dia melihat Rindiani yang baru saja selesai mandi dan telah menggunakan stelan piyama tidur, rambutnya yang masih basah tergerai indah, aroma shampoo begitu wangi.

Rindi yang sedang menyisir rambutnya, terkejut melihat kehadiran Arfan di belakangnya, ia berusaha untuk tetap tenang meskipun jantungnya berasa ingin lompat.

"Tuan, apakah ingin mandi? Akan aku siapkan air hangat," ujar Rindi sembari berdiri dari bangku meja rias itu.

"Tidak perlu. Kembali aku ingatkan kepadamu, jangan pernah memberikan perhatian apapun kepadaku. Apapun kebutuhanku biarkan aku yang mengerjakannya sendiri. Kamu urus saja dirimu sendiri."

Arfan segera masuk kedalam kamar mandi tanpa menunggu jawaban dari Rindi.

Salahkah bila aku ingin berbakti kepada suamiku sendiri? Ah ya, aku lupa jika kami tidak boleh melibatkan perasaan, tapi apakah aku mampu untuk berkomitmen sedemikian?

Rindi bingung dan gelisah, ia tak tahu harus berbuat apa. "Aku harus bisa, hanya satu tahun, setelah itu aku akan pergi jauh dari kota ini dan mencari kehidupan baru."

Rindi duduk, karena tak mempunyai kegiatan apapun, maka ia menyalakan televisi yang ada di kamar itu.

Rindi menonton sebuah sinetron, yang berjudul pelakor, di salah satu stasiun tv swasta. Seketika hati wanita itu bagaikan di sentil.

Apakah dirinya saat ini berada di posisi itu? Apakah dia sudah menjadi pelakor?

Tidak, tidak. Aku bukan pelakor. Apa yang aku lakukan sekarang karena terpaksa. Lagipula kami tidak saling mencintai, aku tak berharap apapun dari Pria beristri itu. Ini hanya sementara, ya aku tidak boleh mencintai dia.

Bersambung....

Jangan lupa dukungannya ya 🙏🤗

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

tidak boleh cinta tapi entah siapa yang akan jatuh cinta....

2024-02-20

0

Livyana 171

Livyana 171

Ko aku yg nyesek ya 🥺..semanagattt rindi km pasti bisa

2023-05-15

1

titis irene

titis irene

lanjut
...

2023-01-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!