Bantuan sang suami

Rindi masih mencoba melawan sekuat tenaga, ia melempar apa saja yang ada di dekatnya, sehingga membuat Pria itu semakin geram dan naik pitam.

"Lepaskan aku!"

Plaakkk!

Rindi menampar Pria hidung belang itu, sehingga membuat emosi Pria itu meledak.

"Breng sek! Berani sekali kau menamparku wanita jala ng!"

Plaakkk! Plaakkk!

Pria itu menampar pipi Rindi dua kali sehingga wanita itu terhuyung dan bibirnya mengeluarkan darah segar karena ada robekkan di sudut bibirnya.

Pria itu menarik Rindi dengan paksa dan menghempaskan tubuh Rindi diatas ranjang, dan menindihnya.

"Lepaskan! Aku mohon lepaskan aku!"

Kreekk! Kreek!

Pria itu merobek pakaian Rindi dengan membabi buta. "Enak sekali kau minta di lepaskan! Aku sudah membayarmu dengan mahal!"

"Tidak....! Lepaskan aku! Hiks..."

Cklekk!

Pintu kamar itu terbuka, Pria yang sedang berada di atas tubuh Rindi itu menoleh kebelakang untuk melihat siapa orang yang datang.

"Baji ngan! Beraninya kau menyentuh istriku! Akan kubunuh kau saat ini juga!"

Buggh! Buggh! Buggh!

Arfan menghajar Pria buncit itu dengan sekuat tenaga sehingga Pria itu jatuh terhempas kelantai. Setelah jatuh Arfan kembali memberi bogem mentah tak membiarkan Pria itu untuk bangkit, sehingga Pria itu tak sadarkan diri.

Arfan melihat Rindi menangis sembari menutupi tubuh bagian atasnya yang hampir polos dengan kedua tangannya. Pria itu membuka kemejanya dan segera mengenakan pada sang istri, dan menghapus darah yang ada di sudut bibir dengan ibu jarinya sehingga membuat Rindi meringis menahan perih.

"Ayo kita pergi dari sini." Arfan membopong tubuh istrinya itu.

Sesampainya di depan Arfan melewati Mami Lala yang masih berdiri bersama bodyguard nya, Arfan menatap tajam pada wanita itu.

"Ingat! Jika sekali lagi kau membuat masalah denganku, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

Arfan segera berlalu dari hadapan mereka, dan membawa Rindi masuk kedalam mobil, setelah memastikan Rindi duduk dengan nyaman, ia segera mengitari mobil itu dan duduk di bangku kemudi.

Rindi masih terdiam namun ia meresapi segala perhatian yang di berikan oleh sang suami, ia sangat bahagia bisa mendapatkan perhatian sebesar itu. Rindi tak menyangka bahwa Arfan tampak begitu marah saat melihat dirinya disentuh oleh Pria lain.

Apakah ada perasaan yang sama dihatinya? Ah, Rindi segera membuang perasaan itu, ia tak ingin merasa di atas angin, tentu saja Pria itu mau menyelamatkannya, karena kontrak nikah mereka belum usai.

Arfan segera melajukan mobilnya menuju sebuah hotel bintang tiga, Rindi hanya diam tak ingin banyak bicara, ia juga merasakan bibirnya masih perih, dan kakinya terasa sakit karena terbentur oleh meja.

"Tunggulah disini. Aku akan boking kamar dulu." Arfan segera keluar dan menuju kasir setelah mendapatkan kunci kamar, ia kembali keluar untuk menjemput Rindi.

"Ayo kita masuk!" Arfan kembali ingin membopong Rindi.

"Ah, tidak usah Tuan, aku bisa jalan sendiri." Tolak Rindi, ia tidak ingin semakin salah mengartikan perhatian Pria itu.

Rindi berusaha memijakkan kakinya tetapi rasa sakit yang teramat membuatnya tak berdaya. "Awh... Sakit sekali." Ringis wanita itu sembari berpegang kuat dengan pintu mobil.

"Aku bilang juga apa, kamu itu sudah sakit masih saja merengkel." Arfan segera membopong tubuh ramping itu masuk kedalam kamar hotel.

"Tunggu disini. Aku ambil kotak obat di mobil sebentar." Intrupsinya segera beranjak menuju mobil untuk mengambil kotak obat.

Arfan duduk di bibir ranjang, Rindi yang berbaring segera duduk saat merasakan Arfan telah duduk di ranjang itu.

"Ayo sini aku obati." Arfan mengulurkan tangannya memberi salap luka bada bibir Rindi. "Agak perih sedikit ya," ujarnya sedikit lembut yang membuat hati Rindi semakin meleyot.

Rindi tak menyahut ucapan Pria itu, ia hanya menatap wajah tampan yang begitu dekat dihadapannya, andai saja ia punya hak atas diri suaminya, ia ingin sekali memeluk tubuh tegap itu dan meluahkan segala kegelisahan hatinya dan menangis mengadukan segala ketakutan yang kini ia rasakan.

Tapi semua hanya ada di angan, Rindi hanya berharap suatu saat ia dapat balasan dari perasaannya yang kini tak bisa ia pungkiri bahwa ia telah jatuh cinta pada sang suami.

Ya Allah, apakah aku berdosa bila mencintai suamiku sendiri? Walaupun aku hanya sebagai istri simpanan, tapi bukankah setiap insan berhak mencintai dan di cintai. Izinkan aku mencintainya ya Allah, meskipun aku tidak berani berharap dicintai olehnya.

Tanpa terasa cairan bening itu menetes disudut mata, Rindi berusaha untuk tetap tenang dan tegar, namun, nyatanya ia selalu saja menangis bila berhadapan dengan Pria yang kini telah mengisi hatinya, Rindi sadar bahwa dia telah mengingkari perjanjian itu.

Rindi menyadari hal itu, tapi ini masalah perasaan, ia tak bisa membohongi rasa cinta dan nyaman saat bersama Arfan, Rindi tak berharap balasan cinta dari Arfan, ia akan menyimpan cinta itu jauh dalam lubuk hatinya.

"Kenapa menangis? Ada yang sakit selain ini?" Tanya Arfan.

Ada Tuan, hatiku sangat sakit, karena mencintaimu...

"Ayo berbaringlah, aku akan mengoleskan salap agar memar di kakimu cepat sembuh." Arfan membantu Rindi berbaring.

Saat Arfan sedang mengoleskan salap pada luka memar di kaki Rindi, ponselnya berdering. Ia melihat panggilan dari Elin.

Arfan meletakkan jarinya di bibir memberi kode agar Rindi diam saat dia menerima panggilan itu.

"Assalamualaikum, Sayang. Maaf ya, tadi aku ada urusan penting, di telpon RS karena ada pasien yang harus aku tangani. Aku ingin bangunkan kamu tidak tega. Ah iya, Sayang, bentar lagi aku pulang ya."

Arfan memutus telpon dari Elin. Ia menatap Rindi sekilas dan kembali fokus dengan pengobatannya. Setelah selesai mengobati luka pada istri simpanannya itu.

Tok! Tok!

"Masuk!" Titah Arfan menyuruh pegawai hotel yang membawakan makanan yang di pesan olehnya.

"Silahkan di nikmati, Pak, Bu." Pegawai itu mempersilahkan dengan ramah.

"Baik, Terimakasih ya."

Pegawai itu kembali keluar, Arfan merubah posisi duduknya kembali di sisi Rindi.

"Ayo makan dulu, kamu pasti belum makan."

Lagi-lagi Rindi mendapatkan perhatian khusus dari Pria itu, Hatinya semakin tak menentu, selama sebulan mereka hidup bersama, Rindi tak pernah di perhatikan sedemikian.

Rindi hanya bisa mengikuti segala yang di perintah oleh Arfan, ia tak bisa mengeluarkan suara karena hatinya terlalu bahagia mendapat perhatian dari lelaki yang dicintainya.

"Bisa jalan? Mau aku gendong ke sana?" Tanya Arfan sembari menunjuk sofa.

Rindi belum sempat menjawab Pria itu sudah terlebih dahulu menggendongnya, ah benar-benar Pria aneh, bertanya sendiri dan mengambil tindakan sendiri.

Rindi segera makan dengan lahap, karena dari pagi ia memang belum makan apapun sehingga rasa lapar mengalahkan rasa malu dalam dirinya.

"Tuan, tidak ikut makan?" Akhirnya wanita itu mengeluarkan suaranya setelah tadi terpesona dengan segala perlakuan Arfan.

"Tidak, makanlah." Jawab Arfan singkat sembari sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa? Ini bukan aku yang masak."

Arfan menatap Rindi dengan tajam sehingga membuat nyali wanita itu ciut. "Maaf." Ucap Rindi menunduk.

Bersambung.....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sabar Rindi... pendamkan saja perasaan cinta mu...suatu masa akan luluh juga hati nya

2024-02-20

0

Livyana 171

Livyana 171

Mau ngomong jgn terlalu jatuh lagi sm perlakuan arfan tp ini soal hati🥺😔

2023-05-15

0

titis irene

titis irene

galak-galak tapi sayang kan...

2023-01-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!