Kado spesial

Arfan memasuki kamar itu, ia menatap sekeliling ruangan, berharap menemui sosok wanita yang dirindukannya. Namun, sepi, senyap tak ada penghuni.

Arfan membuka lemari pakaian, ia menemukan beberapa helai pakaian yang tertinggal. Seketika rasa bersalah kembali bergelayut di sudut Qalbunya.

Kenapa disaat kebersamaan singkat itu tak ia gunakan untuk memperlakukan sang istri dengan baik. Kata-katanya yang kasar sudah pasti melukai hati wanita itu.

Arfan mengambil daster rumahan yang selalu digunakan oleh Rindi saat malam-malam percintaan mereka. Pria itu memeluknya dan beberapa kali mengecup gaun tidur itu.

Hatinya terasa begitu pilu. Arfan benar-benar merindukan Rindi. Ternyata memang benar, jika sudah tiada baru kini terasa sakitnya kehilangan.

Entahlah, Arfan tidak tahu mengapa dia begitu merasa kehilangan. Apakah sudah sedalam itu rasa cintanya pada istri simpanannya. Tapi yang jelas Arfan merasa ada ikatan batin yang kuat diantara mereka.

Lelah bersedih dan berduka. Arfan hendak berbaring di ranjang itu untuk melepaskan penatnya merundui. Tetapi tak sengaja kakinya menyentuh sesuatu. Arfan segera meraih paper bag yang berbeda diatas ranjang itu.

Arfan menilik isinya. Sebuah surat berada paling atas, ia segera membuka surat itu. Dan seketika jantungnya berdebar saat mengamati setiap kalimat yang tertuang di kertas putih itu.

Tanpa terasa air matanya jatuh, untuk kali pertama ia menangis karena penyesalan yang begitu besar. Arfan baru menyadari bahwa ternyata bukan dirinya saja yang telah melibatkan perasaan di pernikahan singkat itu.

Hatinya pilu saat membaca kalimat Rindi yang juga ingin di cintai olehnya. Hati Pria itu benar-benar sakit.

"Aku juga mencintaimu, Dek. Kamu dimana sekarang? Kenapa tidak memberi petunjuk apapun. Aku sangat merindukanmu. Pulanglah, Sayang."

Pria itu Bergumam sendiri sembari menghapus air matanya dengan kasar. Rasa bersalah semakin menjadi. Tak cukup sekali ia membaca surat itu.

Arfan kembali mengulang membaca dan meresapi setiap kalimat yang ada. Ada rasa bahagia tersendiri saat membaca pengakuan cinta dari sang istri.

Arfan segera meraih isi dalam paper bag itu. Sebuah kemeja lengan panjang slimfit. Arfan tersenyum mengamati kemeja itu. "Kenapa kamu bisa tahu warna kesukaan aku. Aku sangat menyukai kado ulangtahun darimu. Walaupun masih seminggu kedepan hari ulangtahunku."

Arfan membuka atasannya, dan segera menggunakan kemeja pemberian dari sang istri. Dengan hati yang bahagia dan penuh rasa bangga, mendapat kado spesial dari wanita kesayangannya.

"Lihatlah, Sayang, kemeja ini sangat pas denganku. Aku terlihat lebih tampan, bukan? Kamu pandai sekali membuat aku bahagia. Terimakasih Istriku."

Arfan bergumam sendiri dengan senyum terus ia ukirkan. "Rindi, dimanapun sekarang kamu berada, aku selalu berdo'a, semoga kamu baik-baik saja. Aku akan berusaha menemukan kamu. Aku janji akan bersikap adil kepada kalian berdua. Aku tidak akan pernah melepaskan kamu."

Ternyata kado spesial itu, sedikit mengobati rasa rindu dihatinya. Arfan kembali meneruskan pekerjaannya di kedua RS, pihak RS masih setia menunggu kembalinya Dr ahli syaraf anak itu.

Pihak RS memaklumi atas musibah yang menimpa Dokternya. Arfan masih mempunyai kontrak kerja kurang lebih dua bulan lagi sebelum tanda tangan kontrak baru dimulai lagi.

Arfan harus merampungkan dulu kontrak yang tersisa. Ia kembali bertugas di kedua RS itu untuk dua bulan kemudian. Disela-sela kesibukan, ia masih berusaha untuk mencari keberadaan Rindi.

Tak terasa sudah memasuki bulan Ramadhan, Arfan masih aktif di RS. Kini waktu menunjukkan pukul 18.10 WIB. Maka para staf RS yang beragama muslim, istirahat sejenak untuk berbuka puasa dan sholat magrib bagi yang menjalani.

Arfan menuju kantin RS, segera memesan menu untuk berbuka. Ia melihat semua meja penuh. Ada meja yang dihuni oleh seorang Pria, Arfan mencoba untuk bergabung dengan Pria itu.

"Permisi, boleh saya ikut duduk disini?" Ujar Arfan pada Pria itu yang diperkirakan juga seorang dokter di RS yang sama.

"Ah, ya, silahkan. Mau berbuka juga ya?" Tanya dokter itu mengukir senyum ramah.

"Iya, apakah sudah masuk waktu berbuka?" Tanya Arfan sembari mengambil tempat duduk

"Belum, sepertinya lima menit lagi. Dokter di RS ini juga ya?" Tanya Pria itu mengakrabkan diri.

"Benar, apakah anda juga bertugas disini? Ah, kita belum berkenalan. Nama saya Arfan, saya Spesialis Neurologi anak," ujar Arfan mengulurkan tangannya.

"Saya, Fikri, Spesialis Patologi anatomi." Pria itu menyambut uluran tangan Arfan dengan ramah.

Seketika Arfan tercengang. Ia kembali menatap wajah Dokter Labor yang ada dihadapannya itu. Setelah mengingat kembali, ternyata memang benar dialah Pria yang waktu itu bersama Rindi.

Dan dialah yang dimaksud Rindi sebagai Dokter pembimbing saat Rindi ujian praktek dulu. Arfan masih menatap Dokter itu dengan seksama.

"Maaf, kenapa menatap saya begitu? Apakah ada yang aneh?" Tanya Fikri sedikit heran.

"Apakah anda kenal dengan Rindi?"Arfan segera bertanya, ia sudah tak sabar ingin tahu langsung dari Dokter itu.

"Rindi? Maksud anda, Rindiani?" Fikri memperjelas

"Ah, benar sekali."

"Ya, saya kenal dia. Ada apa ya?"

"Ah, tidak, Rindi pernah bercerita tentang anda, dia bilang dulu ada Dokter pembimbingnya bernama Fikri. Saya rasa andalah orangnya. Dan ternyata memang benar. Hehe..."

Arfan berusaha memancing untuk mengorek informasi dari Pria itu. Dia berpikir mungkin saja Pria inilah yang menyembunyikan Rindi, mereka tampak serius ngobrol disela berbuka puasa.

"Anda siapanya Rindi? Bagaimana keadaan Rindi sekarang? Apakah dia sudah melahirkan?"

"Uhuk! Uhuk!"

Arfan tersedak mendengar pertanyaan Fikri. Seketika tubuhnya bergetar dan terasa kaku.

Apakah Rindi hamil? Ya Allah, benarkah yang aku dengar ini. Dimana dia sekarang ya Rabb.

"Saya, saudara sepupu jauh Rindi. Saya belum pernah bertemu Rindi sudah cukup lama juga. Bahkan saya baru tahu dari anda jika Rindi hamil. Kalau tidak salah sebelumnya Rindi bekerja di apotik anda juga, bukan ya?"

Arfan kembali mengorek informasi kenapa Rindi bisa berhenti bekerja dengan dokter itu. Ingin sekali ia mengakui pada semua orang bahwa Rindi adalah istrinya. Tetapi mengingat status pernikahan mereka yang akan menimbulkan banyak pertanyaan dan anggapan miring, maka ia mengurungkan niatnya.

"Iya, hanya beberapa bulan Rindi bekerja dengan saya, tapi dia berhenti bekerja setelah terjadi kesalahpahaman antara Rindi dan istri saya. Dan semenjak hari itu Rindi tidak pernah datang lagi ke apotek. Saya kira mungkin dia sudah ikut suaminya, yang katanya bertugas di luar kota."

Selera makan Arfan mendadak hilang saat mendengar penjelasan dari Dr Fikri. Apa yang terjadi pada istrinya. Dimana Rindi sekarang berada.

Rasa cemas semakin merajai hatinya, apalagi saat ia tahu Rindi sedang hamil. Jika di prediksi dari tanggal ia pergi sampai saat ini, belum sampai sembilan bulan, itu bertanda Rindi belum melahirkan.

Tak bisa di tampik ada rasa bahagia dihatinya saat mendengar Rindi hamil. Berarti sebentar lagi dirinya akan menjadi seorang ayah. Mengingat, Arfan juga sudah sangat menginginkan kehadiran seorang anak, tetapi entah kenapa sampai saat ini Elin belum juga hamil.

Bersambung....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

semoga Sania membawa Rindi ke Medan....di sana lah mereka bertemu

2024-02-20

0

Aze_reen"

Aze_reen"

🎶🎼🎵🎸🎹 Rindiani....
kekasih ku sayang...
jangan pergi.... dari sisiku..
Rindiani.. Bunga hati sayang...
maafkanlah kira kubersalah...

🎶🎶🎶

2023-07-16

2

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

sedih 😭😭😭😭

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!