Kedatangan Elin

Tak terasa waktu berjalan. Kini sudah satu bulan Rindi menjadi istri simpanan Tuan Dokter, hari-hari yang dia lalui penuh dengan air mata.

Ya, wanita itu hanya sebagai tempat pelampiasan hasrat, seperti tujuan Arfan menikahi Rindi. Pria itu tetap dingin dan cuek, ia tak pernah mempedulikan apapun yang dilakukan Rindi untuknya.

Jika waktu weekend pun, Arfan gunakan untuk konkow bersama teman sesama dokternya, jadi ia jarang berada di rumah.

Pagi ini Arfan baru saja keluar dari kamar Rindi, karena tadi malam Pria itu tertidur di ranjang sang istri setelah meminta haknya.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum, Mas Arfan..."

Panggil seseorang di luar, Arfan mendengar suara yang sangat dikenalinya, ia segera kembali masuk ke kamar Rindi.

"Rindi, sekarang kamu ambil semua barang-barang kamu yang ada diluar. Sepatu sendal atau apa saja yang berkaitan dengan kamu. Bawa masuk kedalam kamar ini."

Titah Arfan dengan nada cemas dan kalut. Rindi yang baru saja selesai mandi, sedikit heran dan penasaran, tetapi dia tak berani membantah hanya menuruti perintah Arfan.

Saat Rindi mengambil semua barang-barangnya yang ada diluar kamar, kembali ketukan pintu, suara perempuan jelas terdengar di telinganya, sesaat wanita itu tertegun dan bertanya-tanya dalam hati, siapakah wanita yang datang pagi-pagi begini?

Dengan langkah pasti Rindi kembali ke kamarnya, dan ingin memberi tahu bahwa ada seorang wanita memanggil nama suaminya itu.

"Tuan, diluar ada seorang wanita memanggil nama anda," ujar Rindi memberi tahu, padahal Pria itu telah tahu lebih dulu.

Arfan mendekati Rindi untuk menginterupsinya, karena ia tahu yang berada diluar itu adalah istrinya pertamanya.

"Rindi, kamu tahu siapa wanita yang ada diluar sana?" Tanya Arfan.

"Saya tidak tahu, Tuan."

"Dia adalah istriku, jadi aku minta kamu tutup pintu kamar ini dari dalam, aku akan membawa Elin masuk kekamarku, setelah aku dan Elin berada di kamar. Kamu kunci kamar ini dan pergilah dari rumah ini untuk sementara waktu.

"Dan ini ambilah. Bisa kamu pergunakan untuk tidur di hotel beberapa hari selama Elin ada disini!"

Arfan meletakkan uang di tangan Rindi, dan meminta wanita itu keluar dari kediamannya untuk sementara waktu, selama istri pertama suaminya itu berada di sana.

Seketika air mata Rindi jatuh tanpa bisa tertahan, entah kenapa ia tak bisa menahan rasa perih dihati ketika Arfan menyuruhnya pergi begitu saja, ia benar-benar merasa tak dibutuhkan sama sekali.

Dengan pelan Rindi mengangguk, dan berusaha untuk tetap tegar, tentu saja akan mengikuti segala perintah dari sang suami.

Arfan segera keluar membukakan pintu untuk Elin, ia tak menyangka jika Elin datang begitu cepat tak sesuai yang dikatakannya tempo hari saat di telpon, entahlah, mungkin wanita itu ingin memberi kejutan untuk sang suami.

Cklekk!

Arfan memutar kenop pintu, dan segera menyambut kedatangan istri tercintanya itu.

"Surprise...." Ucap wanita itu dengan senyum sumringah.

"Hai, Sayang.... Kamu kok nggak bilang-bilang datang sepagi ini sih? Berangkat jama berapa tadi pesawatnya?"

"Namanya juga kejutan, Mas. Tentu saja aku nggak bilang. Kok lama banget buka pintunya? Lagi ngapain?" Tanya Elin curiga.

"Tadi baru bangun, maaf ya, aku nggak dengar kamu manggil."

Arfan segera memeluk dan memberi kecupan di seluruh wajah Elin dan tak lupa luma tan kilat, lalu merangkul wanita itu untuk masuk kedalam.

"Kamu ngontrak disini, Mas? Kenapa tidak menggunakan rumah dinas yang disediakan oleh RSUD?" Tanya Elin penasaran.

"Iya, Sayang, aku lebih nyaman tinggal disini."

Arfan menjawab pertanyaan Elin dengan jantung tak karuan. Ia ingin segera membawa sang istri untuk masuk ke kamar agar Rindi segera pergi.

Arfan mendekati Elin dan duduk di sisinya, ia segera menyambar bibir wanita itu penuh gairah, Terdengar lenguhan dan desa han dari bibir Elin, mungkin wanita itu begitu merindukan sang suami sehingga dengan sentuhan ringan telah membawanya terbang.

Sementara itu di dalam kamar ada seorang wanita yang menangis sembari bersandar di daun pintu, ia membekap mulutnya sendiri agar suara tangisan tak keluar.

Hatinya begitu perih, terluka, kecewa. Ingin marah tetapi pada siapa? Ingin memaki siapa yang ingin ia maki? Siapa dirinya? Ada hak apa dirinya atas Pria itu. Sungguh memalukan jika ia berani melakukan hal itu.

Sadarlah duhai hati, kamu tidak mempunyai hak atas suamimu. Kamu hanya istri simpanan yang tak akan pernah di perhatikan dan dicintai seperti wanita yang kini sedang bersamanya. Ayo kuatlah! Kamu pasti bisa!

Rindi menghapus air matanya, dan memasukkan beberapa helai pakaian yang akan ia bawa untuk pergi dari kediaman itu.

Setelah tak mendengar suara yang meruntuhkan hatinya, Rindi perlahan membuka pintu kamarnya dan memastikan jika diluar memang tak ada orang.

Rindi keluar dan kembali mengunci pintu kamarnya dan perlahan menuju pintu keluar, namun, saat ia melewati kamar utama, ia kembali mendengar suara rintihan dan erangan manja dari wanita yang dicintai Arfan itu.

Kembali setitik air mata jatuh di pipi sembari mengiringi langkahnya untuk keluar dari kediaman itu.

Rindi berjalan menuju sebuah halte mencari taksi untuk mengantarkan dirinya mencari penginapan, karena wanita itu memang tak mempunyai keluarga maka ia mengikuti permintaan Arfan.

Saat Rindi sedang duduk menunggu taksi, ia melihat ada sebuah mobil berhenti di hadapannya.

"Ibu!" Rindi terkesiap melihat sosok wanita yang ada dalam mobil itu.

"Hai... Anak manis, lagi ngapain kamu? Bukankah kamu telah dibeli oleh seorang lelaki tajir?" Tanya Hasni dengan senyum menyimpan sesuatu.

"Bukan urusan, Ibu. Sekarang pergilah, jangan ganggu aku!" Bentak Rindi, ia begitu muak melihat wajah wanita yang ada dihadapannya itu.

"Ow ow... Jangan galak begitu dong. Oya, Rindi, kemaren ada seorang wanita menanyakan dirimu, dia bilang kakak dari ayahmu yang datang dari Rantau, dia mencari keberadaanmu."

Hasni memberi kabar kepada Rindi, sehingga Rindi sedikit tertarik dengan ucapan mantan ibu tirinya itu.

"Maksud ibu?" Tanya Rindi penasaran, karena dia sudah lama tidak mendengar kabar tentang Budenya yang telah lama pergi merantau hingga ayahnya meninggal pun Budenya tidak tahu.

"Maksud aku, ada wanita yang menyebut dirinya adalah kakak ayahmu, dia ingin bertemu dengan dirimu. Sekarang dia ngontrak di gang sebelah." Jelas wanita itu kembali.

"Apakah ibu mengatakan kepada Bude bahwa ibu telah menjualku ke tempat terkutuk itu?" Tanya Rindi sengit.

"Sebenarnya, ibu sangat menyesal Rindi, tetapi ibu waktu itu sedang kalut, karena hutang ayahmu begitu banyak. Saat ibu mengetahui bahwa kamu telah keluar dari tempat itu, ibu begitu lega." Wanita itu menangis dihadapan Rindi.

Bersambung....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

jngn percaya omongn ibu tirimu. pergi sj

2023-02-24

1

Umie

Umie

rindi jangan baper dong
bersyukur kamu bebas dr dunia hitam

2023-02-16

1

titis irene

titis irene

dasar ibu tiri jahat tak berperasaan, jangan mau tertipu dengan rayuannya....

2023-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!