Wanita ular

Rindi masih bingung antara percaya tidak percaya dengan ucapan ibu tirinya itu. Apakah benar Bude pulang mencari keberadaannya?

"Ayolah, Rindi, apakah kamu tidak merindukan Budemu?" Hasani masih berusaha membujuk.

Rindi yang memang merindukan kehadiran keluarganya, maka ia ikut masuk kedalam mobil ibu tirinya itu, berharap apa yang dikatakan Hasni benar adanya.

"Jalan!" Perintah Hasni pada driver.

Rindi sedikit aneh, dimanakah ibu tirinya itu mendapatkan uang untuk membeli mobil bagus seperti yang sedang di tumpanginya saat ini.

Saat Rindi masih larut dalam lamunan tiba-tiba ia merasakan ada seseorang yang membekap mulutnya dari kursi belakang. Rindi berusaha memberontak tetapi kejadian itu sangat cepat sekali sehingga dalam sekejap ia kehilangan kesadaran.

Setelah Rindi pingsan, Hasni tersenyum lebar, dan tertawa kegirangan. "Hahaha.... Dasar gadis bodoh!"

"Kemana tujuan kita Bos?" Tanya driver itu pada Hasni.

"Ketempat Mami Lala." perintah Hasni.

Mereka segera menuju rumah germo yang membeli Rindi waktu itu. Untuk apakah Hasni membawa Rindi ketempat itu lagi, apakah wanita itu akan menjualnya lagi?

Selang beberapa jam, Rindi terbangun dari tidurnya, ia masih bingung dan mencoba mengembalikan kesadarannya hingga naik kepermukaan.

Perlahan Rindi mengamati sekeliling kamar itu, dan perlahan pula ia mengingat hal apa yang telah terjadi pada dirinya tadi.

"Tidak, ini tidak mungkin! Kenapa aku bisa sampai di tempat terkutuk ini kembali? Tidak...!"

Wanita itu menjerit histeris, Rindi menangis menyesali kebodohannya yang mudah sekali percaya dengan wanita ular itu.

Tok! Tok! Tok!

"Tolong Buka pintunya! Siapapun diluar tolong buka!" Rindi masih berusaha untuk mengetuk dan berteriak minta di bukakan pintu, tetapi semua sia-sia saja.

Sementara itu diluar, dua orang wanita tak senonoh itu saling bernegosiasi, masalah pembayaran sosok wanita yang kini telah mereka amankan.

"Ayolah, Lala, aku butuh uang, beri aku bayaran yang tinggi, karena aku yakin Rindi itu cantik pasti dia sangat menguntungkanmu, pasti banyak tamu-tamu kamu yang tertarik padanya."

"Aku tidak bisa menjamin jika aku tidak mendapatkan masalah tentang wanita itu. Ini sangat beresiko bagiku. Kamu tahu, jika dia sudah di beli oleh lelaki itu, bagaimana jika lelaki itu datang mencarinya kemari?"

"Ya ampun, kamu ini kenapa bodoh sekali Lala, tidak ada bukti kalau kamu telah menyembunyikan wanita itu. Dan tidak mungkin lelaki itu datang lagi kesini, sedangkan dia tahu jika Rindi sangat takut dengan tempat ini."

"Aku akan memberimu Separuh dulu, jika selama seminggu aman, maka kamu boleh datang lagi kemari mengambil sisanya."

"Oke, ayo berikan uang itu sekarang!"

"Akan aku transfer."

Setelah bernegosiasi, Hasni pulang dengan hati senang. Ia merasa beruntung bisa menjual Rindi dua kali.

Sementara itu di sudut kamar, Rindi duduk dilantai dengan memangku kedua lututnya, dan menangis terisak-isak. "Kenapa aku harus kembali lagi ketempat ini, ya Rabb."

Seketika ia teringat dengan ponselnya, Rindi mencari tas pakaian yang dia bawa tadi, seingatnya ia menyimpan ponselnya di dalam tas itu.

Rindi melihat tas itu terletak di kasur bagian pojok. Rindi segera merangkak mengambil tas pakaiannya, ia segera mencari ponselnya.

"Alhamdulillah, masih ada ya Allah. Ya ampun batraynya lowbat lagi! Mana aku tidak bawa charger. Aku harus cepat menghubungi Tuan Arfan."

Rindi menghubungi nomor pribadi Arfan tetapi tidak aktif, ia baru ingat jika hari ini suaminya itu sedang bersama istri pertamanya, mungkin saja dia sengaja mematikan ponselnya.

Rindi mencoba mengirim pesan lewat WhatsApp, di pesan itu Rindi minta tolong dan mengatakan dimana posisinya sekarang. Nasib baik setelah pesan itu terkirim ponselnya padam.

"Ya Allah, aku mohon tolong lindungi aku." Do'a wanita itu sembari menyimpan ponselnya kembali.

Rindi menunggu bantuan datang dari sang suami, tetapi apalah daya, karena sampai malam tak ada tanda-tanda Pria itu datang. Mungkin dia sedang sibuk dengan istri pertamanya.

Malam sekitar jam sembilan, saat Rindi sedang melamun sendirian, ia mendengar pintu kamar terbuka. Sontak membuat wanita itu terkejut.

Mami Lala datang dengan seorang lelaki, Rindi menatap tajam dan semua tubuh bergetar, ia benar-benar takut.

"Apa yang ingin kalian lakukan? Jangan macam-macam! Dan kau! Kenapa kau berbuat curang? Bukankah suamiku telah mengeluarkan aku dari tempat ini, tapi kenapa kau masih mau membeliku kembali pada wanita gila itu?!" Bentak Rindi dengan suara ber api-api.

"Hahaha... Jangan salahkan aku anak manis. Tapi salahkan ibumu itu, karena dia yang membawamu kesini, jika ingin di permasalahkan tentu saja dia, bukan aku!"

Mami Lala dan Pria itu mendekat kepada Rindi, seketika Rindi mundur kebelakang dan menatap tajam. "Jangan macam-macam!" Intrupsinya

"Aku tidak akan macam-macam, sayang. Tetapi lelaki ini yang akan meminta satu macam. Benar 'kan Om? Hahahaha...." Ujar Mami Lala dan terkekeh.

Rindi menatap Pria berkumis tebal dengan perut buncit, ia begitu muak dan jijik sekali dengan Pria hidung belang itu.

"Baiklah, Om, saya tinggal dulu. Selamat bersenang-senang." Pamit Mami pada lelaki itu

"Oke." Pria itu tersenyum sumringah menatap Rindi penuh gairah.

Di posisi lain, setelah memadu asmara dan melepaskan segala rindu yang menggebu, Arfan bangkit dari tempat tidurnya, ia menatap Elin telah tertidur pulas karena kelelahan setelah olahraga malam yang sedari tadi mereka lakukan.

Perlahan Pria itu keluar dari kamarnya, ia duduk di ruang tamu. Arfan penasaran dimana istri simpanannya itu sekarang berada. Ia segera menyalakan laptop.

Karena aplikasi pesan untuk Rindi telah ia hapus di ponselnya, Arfan membuka pesan itu di laptop, ia berniat ingin menanyakan di mana posisi wanita itu sekarang.

Saat Arfan membuka pesan ia terperanjat dan seketika tubuhnya bergetar menahan emosi, Arfan segera meraih kunci mobilnya yang ada di atas meja, dan kembali masuk sebentar kedalam kamar untuk memastikan bahwa Elin masih tertidur nyenyak.

Dengan kecepatan tinggi Arfan memacu kendaraannya begitu cepat, sehingga tak berapa lama mobil itu telah menepi di halaman rumah bordir itu.

"Lala! Lala...!" Panggil Arfan dengan amarah yang memuncak.

"Hai, tampan mau bertemu siapa. Boking dong Say..."

"Diam! Aku ingin bertemu dengan Mami Lala. Mana dia?!" Ujar Arfan sembari menghempaskan tangan wanita nakal itu yang ingin merabanya.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya wanita yang sedang dicari oleh Arfan itu.

"Kau!"

"Ya, aku. Sekarang katakan dimana wanita itu kau sembunyikan?"

"Apa maksudmu, aku tidak mengerti?"

Arfan mendekati wanita menor itu, tetapi sepertinya para bodyguard wanita itu sudah berjaga-jaga di sampingnya.

"Dengar, Lala! Sekali lagi aku tanyakan padamu, dimana dia kau sembunyikan? Asal kau tahu dia sudah menjadi istriku dan aku punya bukti itu. Aku juga punya bukti atas transfer uang untuk mengeluarkannya dari tempat ini, jika kau ingin membuat masalah denganku. Maka malam ini juga aku akan menelpon polisi untuk mengusut kasus ini agar rumah bordirmu tutup saat ini juga!"

Arfan mengancam Lala membuat wanita itu ketakutan, ia segera menunjuk kamar dimana Rindi saat ini.

Bersambung....

Nanti kalau sempat update lagi ya. Jangan lupa dukungannya 🙏🤗

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

Rindi beruntung masih sempat diselamatkan oleh Arfan

2024-02-20

0

SaYu

SaYu

makanya pinter dikit jadi perempuan ya ampun sumpah gedek sama perempuan ini .... belajar dari pengalaman ya ampun ....kesel sumpah kesel.....

2023-06-01

0

Anisa Wihandari

Anisa Wihandari

untung sja arfan cpat mmbka chat dri rindi

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!