Belanja

Setelah Arfan pergi, Rindi segera membersihkan seluruh ruangan yang ada di rumah itu, ia tidak tahu harus berbuat apa. Karena Arfan tak berpesan apapun kepadanya kecuali mengurus dirinya sendiri.

Setelah merasa seluruh ruangan bersih, Rindi mencari pakaian terbaiknya, ia akan pergi ke sebuah pusat perbelanjaan yang ada di kota itu.

Sesampainya di sebuah mall Rindi segera memilih beberapa pakaian yang cocok menurut dirinya, karena ia mengingat ucapan Arfan yang menginginkan agar ia terlihat cantik dimata sang suami.

Setelah selesai memilih beberapa pasang pakaian, Rindi beralih pada makeup, karena ia juga tak memiliki makeup, wanita itu memang tak membawa apapun kecuali dirinya dan beberapa pakaian usang yang di bekali oleh ibu tirinya saat ia di jual.

Setelah merasa sudah membeli semua barang keperluan dirinya sendiri, ia melihat ada kemeja lengan panjang slimfit yang berwarna biru Dongker, Rindi sangat tertarik dengan kemeja itu. Ia berpikir jika Arfan menggunakannya sungguh sangat tampan, karena Pria itu yang memiliki kulit putih dan tubuh atletis pasti sangat cocok dengannya.

Tanpa menunggu lagi, ia segera mengambil kemeja itu dan segera melakukan pembayaran. Usai pembayaran Rindi duduk di sebuah Cafe yang ada di mall itu.

Rindi memesan makanan dan minum, ia makan siang terlebih dahulu sebelum pulang. Sembari menunggu makanannya datang, Rindi menghitung sisa uang yang diberikan Arfan kepadanya.

"Ternyata masih banyak, aku beli apalagi ya? Dokter itu royal juga kasih aku uang sebanyak ini. Menjadi seorang Dokter, ternyata gajinya besar ya, apalagi seorang dokter spesialis." Gumam Rindi tersenyum sendiri mengingat sesuatu pada dirinya ada asa yang luntur begitu saja.

Selesai makan, Rindi menuju sebuah konter HP, ia membeli sebuah ponsel Android yang memang tak ia miliki.

Merasa sudah cukup tak ada lagi yang kurang, Rindi segera pulang menggunakan jasa taksi, setibanya dirumah wanita itu istirahat sejenak untuk melepaskan lelah setelah berkeliling di pusat perbelanjaan, kakinya merasa cukup pegal, karena Rindi tipe wanita yang tak suka shopping.

Jika dia belanja ya beli yang dibutuhkan saja. Tapi sekarang ingin memenuhi keinginan sang suami maka ia berusaha untuk tampil beda agar terlihat lebih cantik dan menarik di mata Pria itu.

Kenapa ia ingin melakukan semuanya, apakah hatinya sudah mulai ada rasa? Entahlah hanya wanita itu yang tahu.

Kini Malam telah menjelang, Rindi baru saja selesai sholat magrib, ia mendengar ada ketukan pintu dari luar. Dengan mukena yang belum terlepas, ia segera membukakan pintu itu.

Arfan pulang dengan wajah terlihat begitu lelah, Rindi mengulurkan tangannya untuk meminta tangan Pria itu, tetapi Arfan tak memberikannya dan berlalu pergi begitu saja.

Tak ada ucapan yang keluar dari bibir Pria itu, membuat hati Rindi terasa perih, tetapi ia kembali menguatkan diri sendiri.

Sesampainya di kamar Rindi membuka mukenanya dengan setetes air mata jatuh begitu saja tanpa bisa ia tahan.

"Tidak, aku tidak boleh cengeng! Ini baru beberapa hari aku hidup bersamanya. Kenapa aku bandel sekali, dia sudah bilang aku tak perlu merasa menjadi istri sungguhan, aku harus tahu diri bahwa aku hanyalah istri figuran."

Rindi menghapus air matanya, dan berusaha untuk tetap tegar, ia harus bisa. Ya Allah, beri aku kekuatan dan kesabaran, mungkin aku memang tak berhak atas diri suamiku.

Rindi keluar kamar dan segera menuju dapur, ia memasak makan malam hanya untuk dirinya sendiri, karena Arfan sudah berulang kali mengingatkan agar tak menyediakan makanan apapun untuk dirinya.

Tetapi Rindi masih tak tega melakukan hal itu, ia masih berusaha untuk melayani sang suami meskipun Arfan tak mau di perhatikan dan di layani layaknya seorang suami.

Rindi tetap melebihkan masakannya, dan menyajikan di atas meja meskipun tak disentuh oleh Pria itu, yang jelas ia sudah melakukan kewajiban sebagai seorang istri.

Setelah menyajikan untuk Arfan, Rindi segera makan tanpa memanggil, karena dia takut jika Pria itu akan kesal kembali. Rindi makan dalam keheningan, ia menyadari betul pernikahan ini mungkin tak pernah di inginkan oleh Pria itu, kehadirannya hanya bentuk untuk pelampiasan hasrat.

Sedih, tak pernah terbayangkan nasibnya akan menjadi seperti ini setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, masa depannya hancur seketika di tangan ibu tirinya.

Tanpa terasa cairan bening menetes di sudut matanya, Rindi bersusah payah menelan makanan yang ada di tenggorokannya.

"Tidak, aku tidak perlu menangis. Aku pasti kuat, aku ini seorang anak yatim-piatu, tak ada tempat aku mengadu jadi, aku harus bisa menjalani kehidupan yang kejam ini. Ya, aku pasti bisa. Tenanglah hati, ini tidak akan lama, hanya satu tahun."

Lagi-lagi wanita itu bergumam sendiri untuk menguatkan hatinya yang mulai rapuh, karena merasa hidup seorang diri tak mempunyai teman dan keluarga untuk berbagi maka ia berusaha tegar.

Tak berapa lama terdengar pintu kamar Arfan terbuka, Rindi berusaha untuk tetap tenang, walaupun sebenarnya hatinya sangat terusik bila menatap wajah tampan itu.

Arfan menuju dapur, sepertinya Pria itu ingin membuat sesuatu. Rindi ingin sekali melayaninya tapi apalah daya, ia sudah tak mempunyai keberanian untuk menawarkan jasa.

Setelah menyeduh secangkir teh, Arfan kembali keluar melewati Rindi yang masih duduk di meja makan, Pria itu hanya diam.

"Tuan, apakah sudah makan?" Tanya Rindi yang masih saja keras kepala.

"Sudah." Jawabnya singkat segera berlalu.

"Tuan, aku sudah masak makan malam cukup banyak, jika nanti Tuan lapar makanlah." Kembali wanita itu menawarkan.

"Simpan saja makan malammu itu untuk besok. Aku sudah katakan, bahwa aku tidak ingin makan apapun dari masakan kamu! Jadi mulai besok kamu tidak perlu repot-repot menyediakan untuk aku!"

Arfan segera berlalu dari hadapan wanita itu, ia begitu kesal dengan wanita keras kepala itu, berulang kali diperingatkan tapi masih belum juga mengerti.

Rindi hanya tersenyum menanggapi ucapan Arfan yang begitu menyakitkan, "tidak apa-apa, kamu marah kepadaku. Aku hanya ingin selalu melakukan kewajibanku sebagai seorang istri, meskipun seribu kali kamu menolak, aku yakin suatu saat kamu pasti akan menerimanya. Percayalah, ini tidak akan lama kok, setelah nanti kita berpisah tidak ada lagi yang akan membuatmu kesal."

Rindi bergumam sendiri tanpa berani mengungkapkan apa yang ia rasakan pada Pria itu. Selesai makan ia segera membereskan meja makan, dan menyimpan makanan tadi di dalam lemari pendingin.

Rindi beranjak menuju kamarnya, ia ingin istirahat. Tetapi langkahnya terhenti saat Arfan meminta haknya.

"Mau kemana?" Tanya Arfan meletakkan laptop yang ada dipangkunya dan menyongsong Rindi yang berdiri di depan pintu kamar.

"Mau istirahat, Tuan."

"Ayo ke kamar."

Pria itu meraih tangan Rindi membawanya masuk kedalam kamar utama. Rindi hanya bisa pasrah, begitulah nasibnya yang memang di butuhkan hanya untuk itu.

Bersambung....

Jangan lupa tinggalkan jejak buat raeder yang suka cerita sedih ini ya, karena ini novel baru author butuh dukungan dari raeder 🤗 Jangan lupa subscribe atau vav bagi yang mampir, terimakasih 🙏🥰

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sabar Rindi....

2024-02-20

0

Livyana 171

Livyana 171

Ayooo km pasti bs untuk lbh masa bodoh dan simpan uang yg km dpt dr arfan untuk masa dpnmu kelak

2023-05-15

0

titis irene

titis irene

semangat Rindi... lepaskan beban pikiran mu...cobalah rileks dengan status mu sebagai istri simpanan...

2023-01-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!