Kami semua kembali duduk dengan sprei meja makan yang sudah diganti dan makanan baru yang lebih hangat dan beraroma segar. Kate duduk di kursi kosong yang ada di sebelah kananku, dan Ella yang sudah memaksa Calvin untuk duduk di dekat Georgia (karena katanya ia penghibur ulung) ikut duduk di sebelah kiriku.
Aku hanya sempat meliriknya sedikit. Sepertinya ia senang melihatku berada di dalam situasi yang menegangkan ini, seperti biasanya.
"Pengumuman ini terkait dengan masa depan kalian berdua," ucap ratu tegas. "Terlebih untukmu, Georgia, yang akhir-akhir ini seringkali membuat kekacauan di dalam kastil, aku harap kau mendengarkan dengan seksama."
Bibir Georgia merengut, Calvin mencoba sebaik mungkin untuk menghiburnya. Jurus air matanya sepertinya sudah habis.
Di lain sisi, aku merasa sangat gugup. Sudah sangat jelas aku terlibat dengan segala kekacauan yang terjadi di dalam kastil. Dan walau, yah, itu semua bukan murni kesalahanku, tetap saja Ella pasti mampu menjebloskanku dalam penjara vampir ataupun membuangku. Kesempatanku membunuhnya jadi lebih tipis jika itu memang terjadi.
Seolah tahu kegugupanku, Kate meremas hangat tanganku. Seberkas cahaya hangat terpancar dari matanya yang merekah seperti bunga mawar. Aku mau menangis. Dia pasti belum tahu jika tujuanku kemari hanya untuk membunuh Ella.
Awalnya aku tidak tahu apa maksudnya. Namun, setelah sebuah kata keluar dari bibirnya, "Nggak papa, kok." Aku kembali menghela napas panjang.
Aku tahu seharusnya saat ini aku tidak boleh mempercayai kaum vampir, tapi tidak ada pilihan lain. Aku tidak memiliki orang lain untuk dipercaya lagi di sini.
"Sebelum aku mengatakan pengumuman ini, biarkan aku bertanya pada kalian. Apa kalian berdua masih bersedia untuk menjadi tunangan Mikaela?"
Sebuah pertanyaan yang memalukan, sekaligus sangat menentukan masa depan kami. Tenggorokanku terasa kering untuk menjawab, sedangkan Georgia, dengan suara seraknya yang menyiksa, menjawab dengan tegas. "Tentu saja!"
Sial. Aku kalah cepat.
"Dan Barbie? Bagaimana dengan dirimu?"
Aku tidak menyangka ada pertanyaan kedua. Jadi, aku menjawab sebaik mungkin, "Jawaban saya sudah pasti 'ya'. Jika tidak, tidak mungkin saya tidak akan bertahan di sini."
Ratu mengepalkan tangannya di atas meja. "Kalau begitu bagus. Sebenarnya, jika kalian tahu, hanya akan ada satu orang yang bisa menjadi ratu utama. Salah satu dari kalian bisa menjadi ratu kedua, tapi tahu apa artinya menjadi ratu kedua, bukan?"
Georgia menggigit bibir. "Mereka yang menjadi ratu kedua tidak akan diberi hak kekuasaan seluas ratu utama."
"Benar, tapi ada kata yang lebih tepat daripada itu. Barbie?"
Aku mengedipkan mata. Ewh, ini lebih terasa seperti tanya jawab anak SMA dibandingkan perbincangan politik di dalam kerajaan. Aku mencoba memikirkan jawaban yang tepat. Apa yang diinginkan Georgia sehingga ia sangat mengejar Ella?
Aku teringat dengan kecupan yang menurutku sangat tidak penting kemarin. Sebuah bukti, sebuah simbol cinta... Maka apakah yang dibutuhkan vampir itu...
Tidak akan kuketahui jawabannya jika terus kupendam di dalam benakku. Dan akhirnya aku memilih untuk mengucapkannya:
"... Cinta dan perhatian dari Raja?" kataku setengah berbisik. Kate tersenyum tipis dan menyembunyikannya dengan tangannya.
Ini pernyataan paling menggelikan yang pernah kupikirkan. Aku harap jawabannya salah.
Walau aku setengah berbisik, tentunya karena dukungan ruang meja tamu yang sangat sunyi, pendapatku terdengar sangat jelas. Hampir seluruh penghuni ruang makan tertawa.
"Tepat sekali."
Semua mendadak membisu. Giliran Ella yang tertawa kali ini. Aku memilih untuk tidak mengikutinya, cukup luka ini yang menjadi pengingatku untuk tidak berbuat aneh-aneh selama Georgia berada di dekatku.
"Manusia dan vampir, keduanya tidak akan bisa bertahan jika tidak ada cinta yang menaungi mereka. Oleh sebab itu, sebisa mungkin baik vampir atau manusia yang akan naik tahta menjadi ratu, mendambakan posisi ratu utama."
Aku tidak mengelak. Hal itu ada benarnya jika saja pasangan hidupku juga manusia. Kali ini pasangan hidupku adalah vampir yang kaumnya telah membunuh banyak kaumku. Seratus persen kuyakini jika aku tidak menginginkan cinta dari pria ini.
Sebelumnya Georgia bilang ratu utama punya kekuasaan yang lebih baik. Em, sebenarnya ini sudah menjadi rahasia umum, sih. Bahkan anak balita pun tahu ratu utama bisa memiliki kekuasaan tinggi layaknya saudara yang paling tua.
Namun, jika ada satu kemungkinan ratu utama bisa mengendalikan semua vampir... Terlebih seorang manusia... Aku ingin menjadi salah satunya.
Dengan begitu, aku pasti bisa membasmi para vampir jahat.
Tawa iblis hampir keluar dari mulutku. Aku kembali mengendalikan diriku.
"Jika memang benar itu keputusan kalian, maka aku punya syarat khusus untuk kalian. Georgia, datang ke ruanganku setelah ini. Barbie, datanglah ke ruanganku sore nanti."
Suasana kembali mencair, kembali badanku merosot di meja. "Semuanya. Mari kita nikmati jamuan hari ini. Semoga memuaskan selera kalian."
Semua mulut yang hadir mengunyah dengan lahap. Aku mengikuti ritme mereka selagi mencoba menghindari kilatan lirikan Georgia yang mencekam. Sungguh, kerlingannya membuat seleraku memburuk.
...----------------...
Aku mengetuk pintu ruangan ratu tepat ketika senja hendak tiba. Pintu putih yang berada di lantai atas itu membuat bulu kuduk siapa saja meremang, termasuk aku. Aura membunuhnya bukan main-main.
Tepat ketika aku mengenggam gagang pintu, seseorang ikut mendorong dari dalam. Aku hampir terjerembab, untung keseimbangan tubuhku bisa kujaga dengan baik.
Rambut putih bergelombang yang kukenal muncul. Aku mengeraskan rahang. "Kau lagi! Kau lagi!"
"Oh, nona manusia. Baru datang? Aih, ratu sudah menunggu kedatanganmu dari sejam lalu." kipasnya menutup sebagaian mukanya yang sombong. "Rasakan amarahnya!"
Andai ini bukan di depan ruangan ratu, sudah kujambak habis-habisan rambut putihnya yang keperakan itu.
Aku adalah Barbie yang dewasa. Aku bisa mengatasi ini.
"Mana ada, kau sendiri dilupakan saat pesta kemarin."
"Apa kata—"
Dari dalam ruangan, ratu berdeham keras, memberikan sinyal supaya aku segera menghambur masuk. "Permisi," kataku sambil menyingkirkan Georgia jauh-jauh. Waktuku sudah tiba.
......................
Ratu menungguku di bagian depan kamarnya yang berupa ruang tamu. "Duduk," katanya.
Aku mengikuti ucapannya.
"Barbie. Aku ingin kau mencari pelaku pembunuhan vampir di sekolah vampir terkenal, Akademi Rafonia."
Nama yang terdengar asing. Namun, aku tidak mengerti arah pembicaraan ini. "Maksud ratu... Ini persyaratanku menjadi ratu utama selanjutnya?"
Sunggingan senyum sukses terbit di bibirnya. "Tepat."
"Apa yang terjadi jika aku menolak?" Aku mengunyah kue kering yang disodorkan salah satu pelayannya padaku. Pahit.
"Aku tahu siapa orang tuamu sebenarnya."
Tenggorokanku serasa menelan paku. Orang tuaku sebenarnya?
"Lucu sekali. Orang tua saya ada di Kerajaan Zamrud sekarang. Dan mungkin saya masih bisa bertemu mereka setiap hari, jika tidak ada pertunangan ini."
Kali ini ratu yang mengunyah kue kering pemberian pelayannya. "Bukan, bukan. Barbie... Aku yakin sampai sekarang kau bertanya-tanya siapa orang tuamu yang asli, bukan?"
"Aku punya jawabannya jika kau bisa memenuhi misimu untuk menjadi ratu utama, bagaimana? Dalam waktu seminggu... Kuharap kau sudah siap untuk bekerja."
Aku terus bergeming. Suaraku seolah tenggelam dalam laut tak berdasar. Ingin kugapai permukaan, tapi cahaya sama sekali tidak menyambutku. Aku tidak menemukan kata yang tepat untuk membalasnya.
"Jika kau diam, aku anggap itu persetujuan." Ratu itu pun berdiri dan mengulurkan tangannya. "Semangat menjalani misimu, Barbie. Semoga berhasil."
Aku tidak butuh kata semoga darinya. Aku butuh kepastian keberhasilan.
Tangan itu menemukan pasangannya dariku. Tidak lupa, perasaan penuh amarah dan gelora ambisi memenuhi dadaku. Misi ini harus berhasil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments