Part 7 - Vampir

Perjalanan yang hampir mengambil waktu selama dua hari itu jelas membuat kakiku pegal-pegal. Walau sudah disambi dengan makan malam dari penginapan mewah di deretan kota vampir, perutku sama sekali tidak merasa kenyang. Malahan, aku merasa semakin lapar.

"Ah, nona manusia, sih. Manusia memang nggak mengerti selera tinggi vampir."

Komentar ketus pemilik restoran itu membuatku terkekeh. "Vampir saja yang seleranya buruk. Darimana ini disebut makanan?" Aku menunjuk roti yang dipanggang hingga gosong. "Tidak salah kaum vampir selalu mengambil darah manusia. Sama-sama buruk."

Aku terus menghina mereka, walau aku tahu makanan di depanku gosong bukan karena mereka tidak becus, tapi karena aku manusia.

Sebelum pelayan-pelayan hampir menyerangku, aku menaruh emas di atas meja makan berisi makanan yang belum kuhabiskan. Vampir rendahan itu langsung menunduk begitu melihat emas dalam jumlah banyak.

"Terima kasih nona. Anda akan selalu diterima disini."

Suara gemertak gigiku mendengung keras di telingaku. Semoga mereka tidak mendengarnya.

Yang barusan kudatangi memang bukanlah restoran khusus untuk makan-makanan ringan. Jujur, semua vampir menjual darah seolah itu adalah minuman paling nikmat di dunia. Dan restoran ini adalah pusatnya.

Awalnya aku tidak percaya, tapi mencium bau darah yang menyeruak di tiap meja membuatku yakin. Kerajaan vampir memang sudah busuk.

...----------------...

Kerajaan Ruby yang berada di pusat kota tampak megah dengan menara-menara lonceng yang menjulang hampir menusuk langit. Aku jadi teringat kastil manusia, begitu rapuh dan kecil yang anehnya punya suhu dingin yang tidak masuk akal.

"Selamat datang di Kastil Ruby. Anda sendiri..."

Salah satu pengawal bertaring menyapaku. Rambutnya dipotong cepak mirip tentara berwarna putih. Maniknya sewarna darah. Vampir asli.

"Putri Barbie, dari Kerajaan Zamrud." Aku merogoh tasku, membawa surat pengantar yang sudah kusiapkan di hari-hari kemarin. "Aku kesini atas utusan Raja Manusia untuk menikahi salah satu Pangeran Vampir."

Penjaga itu mengecek agak lama hingga sebuah senyuman ramah timbul di bibirnya. "Baik. Anda diterima untuk masuk. Buka Gerbangnya!"

Gerbang kerajaan terbuka sampai menimbulkan bunyi gedebug kayu yang super keras. Kuda pengangkut kereta meringis, membuat saisku agak panik. Aku berusaha tidak terkesan ataupun kaget. Ketakutanku bisa menjadi santapan lezat bagi mereka semua.

Penjaga tadi kembali menemuiku lagi setelah aku menurunkan barang bawaanku. "Mari, Nona. Biar kubawakan barangmu. Pangeran pasti sudah menunggu lama."

Aku tidak yakin dengan ucapannya. Ayah dan Ibu bilang, vampir bangsawan tidur ketika hari menjelang siang. Apakah mahluk seperti itu rela menungguku hingga meninggalkan kebiasaan tidur siangnya?

"Sempurna kalau begitu. Bawa aku ke dalam." Aku bertindak seolah tidak tahu apa-apa. Ini taktik terbaik supaya tidak dicap sebagai mahluk bodoh selain bertanya.

Pelayan itu menggenggam sebelah tanganku sambil membawa koperku. "Tentu saja, Tuan Putri."

......................

Benar saja, vampir itu tidak tidur di siang hari. Malah, ia menungguku di sebuah ruangan yang mirip dengan singgasana dengan posenya bersandar di tangan kirinya, seolah kebosanan karena sudah menunggu kedatanganku selama bertahun-tahun.

"Siapa gerangan yang kau bawa itu, Gerald?"

Jadi namanya Gerald. Nama yang bagus untuk vampir yang bekerja sebagai penjaga gerbang.

"Ya, Yang Mulia. Ini adalah Putri Barbie dari kerajaan manusia."

Aku maju selangkah untuk memantapkan ucapanku. "Aku datang kesini karena katanya pangeran vampir sedang membutuhkan permaisuri." sapaku dengan segala hormat. "Benar-benar menjijikan."

Pangeran vampir itu bangkit dari posisi bersandarnya. "Gerald, sepertinya kau tidak membawakanku perempuan. Dia pelawak."

Yang bernama Gerald menunduk hormat dan meninggalkan kami berdua. Oh, bagus. Aku tidak takut terbunuh, aku takut tidak sengaja membunuhnya.

...----------------...

Di masa lalu, aku tidak terlalu membenci vampir. Malah, aku dan Gabriel menganggapnya sebagai sebuah mitos. Karena memang kami berdua jarang sekali bertemu dengan kaum vampir.

"Uh, bau bawangnya busuk! Apa kerajaan tidak punya obat gatal lain selain bawang?"

Aku meringis antara perih dan bau ketika ibu mulai mengoleskan salep berwarna krim yang terbuat dari bawang. Ini semua karena selama siang hari aku terus bermain di hutan kecil milik kerajaan, akibatnya para serangga asyik menghisap darah kakiku. Rasanya mengerikan melihat bintil-bintil merah muncul di kaki.

"Tentu tidak, sayang. Hanya obat ini yang ampuh untuk menghilangkan rasa gatal akibat kenakalanmu itu."

"Tapi bau bawangnya mengerikan!"

Ibu mulai kehabisan kesabaran mendengarkan aku yang terus-terusan merengek. "Kamu harusnya diam di rumah seperti Gabriel! Lihat! Padahal dia lebih muda darimu, tapi buku selalu dibacanya! Pengetahuannya pasti lebih luas darimu!"

Gabriel, yang duduk di sofa sampingku hanya tertawa. Ia bangga karena dianggap lebih cerdas dariku. Ya. Di masa-masa ini aku tidak terlalu suka dengan Gabriel.

Karena itu, di hari berikutnya, aku membuat rencana untuk membuat Gabriel untuk dimarahi. Aku mengajaknya membolos pelajaran etika dan membawanya masuk ke dalam hutan supaya ia tersesat sedikit.

Dan usahaku itu berhasil sedikit.

"Kak, kita pasti akan dimarahi oleh ibu... Kita terlalu dalam masuk ke dalam hutan..."

Aku buru-buru bersembunyi di balik semak, menunggu tangisannya dan tertawa.

"Kak Barbie? Kak..."

Satu,

Dua,

Tiga.

Dan Gabriel benar-benar menangis sendirian di tengah hutan.

Aku langsung berencana untuk keluar dari semak-semak rerumputan dan tertawa saat itu. Bodohnya, tidak kuperhatikan sinar matahari sudah mulai menghilang, digantikan oleh awan mendung.

Ibu sering bercerita jika langit mendung vampir akan datang.

Tapi, siapa anak kecil yang mempercayai hal itu? Aku bahkan tidak takut dengan nasehat ibu sama sekali.

Hingga ketika itu, seorang pria berambut putih pendek datang dari arah bersebrangan dari tempat kami masuk. Matanya semerah api. Dan kulitnya sepucat salju.

Tidak salah lagi, itu vampir!

Otakku tidak mampu berpikir. Pikiranku kalut dalam ketakutan.

Gabriel yang terus-terusan menangis rupanya tidak sadar akan kehadiran vampir di depannya. Tentu, vampir di depannya menganggap hal tersebut sebagai sebuah keuntungan, diam-diam ia mendekat dan secepat kilat mencekik leher Gabriel hingga suara rintihannya menyiksaku.

"Kenapa bisa ada manusia di sini? Apakah mereka sedang mengadakan upacara persembahan di sini?"

Aku tidak bisa bergerak. Kakiku gemetar dan hanya mampu untuk berdiri di tempat.

"Kalau begitu, tanpa sungkan aku nikmati, deh. Selamat makan!"

Gigi taring vampir itu menusuk bagian leher Gabriel dengan ganas. Gabriel sekali lagi hanya bisa merintih dan meminta tolong. Di satu sisi, aku ketakutan, satu sisi lagi, aku takut Gabriel mati karena keisenganku.

Karena itu, dengan belati yang kusimpan di balik rokku, aku menerjang vampir itu dan menusuknya di bagian perut. Suara pekikannya bebarengan berhenti dengan suara rintihan Gabriel. Vampir itu masih berwujud belasan tahun, aku yakin umurnya tak jauh beda denganku, dan ia begitu bodoh karena tidak sadar akan kedatanganku.

"Jadi kau... Kau yang sedari tadi bersembunyi dengan bau bawangmu itu? Sial! Kukira tadi biksu yang memberi persembahan!"

Darah mengucur dari perut sebelah kirinya. Tapi aku tidak peduli, aku menarik belati kecilku kembali dan hendak menusuknya lagi.

Secepat kilat, vampir itu malah sudah berada di atas pohon.

"Awas saja kau manusia! Aku akan kembali lagi suatu saat! Dan saat itu tiba, jangan harap kau masih hidup!"

Rambut putihnya berkibar melewati kegelapan hutan. Seolah selesai melewati mimpi buruk, hatiku terasa sangat lega. Gabriel jatuh pingsan sehingga aku harus membawanya ke dalam istana dengan menggendongnya.

"Barbie! Kau sudah gila, ya! Jangan sesekali kau bawa Gabriel pergi ke hutan lagi!"

Ayah memarahiku tanpa henti, dan mungkin, mulai sejak itu aku membenci vampir dan ayah. Ayah selalu mencintai Gabriel lebih dari diriku, sampai-sampai pernikahan iblis ini juga padaku.

Tidak masalah. Aku tidak butuh dicintai. Membunuh vampir sudah cukup bagiku.

Terpopuler

Comments

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

fantasy 👍😻👍

2023-01-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!