HAMIL ANAK RAJA WEREWOLF
Aurora adalah anak yatim piatu. Ibunya meninggal saat melahirkan dia. Ayahnya meninggal karena serangan jantung, syok setelah perusahaannya bangkrut. Aurora kini tinggal dengan om dan tantenya, juga sepupu perempuannya, Chelsea. Ketiganya sering sekali menyiksa Aurora, memperlakukan Aurora seperti pembantu. Padahal rumah dan perusahaan milik omnya itu tak lain adalah milik papanya Aurora dulu. Omnya Aurora bekerja sama dengan seseorang untuk menipu papa ya Aurora dan membuat perusahaan menjadi milik mereka berdua.
"BANGUN! tidur terus. Sudah siang ini, walau Minggu bukan berarti kamu libur ya."
Aurora hanya sedikit tak enak badan. Dia kuliah kalau lagi sampai siang, kadang kelas sampai sore, malamnya dia malah diminta cuci baju, jemur, belum setiap pagi diminta masak, bersihkan kamar semua orang.
"Ya Tante. Sebentar, saya sedikit sakit Tante. Bisa istirahat hari ini tidak Tante?"
"Enak saja. Banyak yang harus kamu kerjakan. Sana belanja untuk makan siang nanti. Karena kamu bangunnya siang kita jadi tak bisa sarapan dengan baik. Kita sarapan beli di luar. Boros tahu."
Aurora mencoba memohon kepada sang Tante. Badan dia bahkan merinding, menggigil. Aurora sedikit demam. Tapi tantenya tak perduli, dia melempar keranjang belanjaannya kepada Aurora.
"Beli semua yang ada di daftar itu."
"Tapi Tante, ini uangnya tidak cukup."
Aurora mengambil daftar kertas yang ada di dalam keranjang belanjaan. Tapi uangnya hanya ada seratus ribu. Ada daging yang harus dia beli, bumbu yang lain, sayuran dan itu diminta untuk stok satu bulan. Biasanya Aurora yang kadang mengambil kerja sampingan, sebagai pelayan di sebuah restoran akan menggunakan uangnya. Bayar kuliah juga dia membayar dengan uangnya sendiri. Om dan Tante mereka tak mau membayar.
"Tante saya sedang tidak punya simpanan. Kemarin baru bayar kuliah Tante."
"Ya saya tidak mau. Kamu mikir dong, kamu itu disini numpang. Kamu-"
"Iya Tante. Saya mandi dulu."
Aurora malas mendengar ocehan tantenya. Dia bergegas mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Entah nanti di jalan dia harus bagaimana mencari uang untuk belanja bulanan. Aurora akan memikirkannya nanti, sambil jalan. Tante Aurora pun keluar dari sana.
"Bagus. Lumayan kan jadi ngirit uang belanjaan sebulan."
"Apa ma? Gimana Aurora?"
Chelsea menghampiri mamanya yang terlihat senang setelah keluar dari kamar Aurora. Mamanya menceritakan semua. Keduanya tos dengan puasnya.
"Yuk shooping ma."
"Yuk."
Chelsea yang mengajak mamanya shooping. Keduanya meninggalkan rumah begitu saja, tanpa perduli dengan Aurora. Mereka naik mobil berdua.
Aurora sudah selesai mandi. Dia keluar dengan membawa keranjang belanjaannya. Aurora melihat mobil. Biasanya dia naik mobil, diantar supir. Tapi kok tidak ada.
"Pak, mobilnya dimana?"
"Dibawa nyonya sama Bona Chelsea non. Non mau ke pasar sebrang?"
Aurora menemui supirnya. Dia bertanya kepada sang supir. Aurora harus ke pasar yang cukup jauh dan murah. Biasanya dia naik mobil, nanti uang bensin dia ganti. Tapi Aurora juga tak punya uang bensin kali ini. Jadi sudah lah.
"Ya sudah pak. Gak apa-apa. Saya baik ojek saja. Saya berangkat dulu ya pak."
"Iya non. Hati-hati non."
"Kasihan non itu, kenapa om dan Tante bahkan adik sepupu non Sendiri memperlakukan nona Aurora seperti itu."
Aurora berangkat jalan kaki ke jalan besar di depan. Untuk mencari ojek atau angkot. Bibi, pembantu yang kerjanya pulang-pergi dari rumah, istirnya supir Aurora datang, dia tak sengaja berpapasan dengan Aurora. Dia memberitahu suaminya.
"Iya kasihan ya Bu."
"Semoga nanti segera dipertemukan dengan laki-laki yang baik, yang bisa melindungi non Aurora dan juga menjaga dia, yang bisa memberikan kasih sayang kepada non Aurora."
"Amin."
"Makan pak. Gak ada kerjaan kan disini."
Rumah mereka di sebelah rumah besar Aurora. Istri sang supir sengaja datang untuk mengantar makanan. Karena pagi tadi tak sempat sarapan. Masakannya belum matang. Mereka pun ke belakang dan makan di sana.
***
Aurora naik angkot. Angkotnya mogok di tengah jalan. Tak jauh dari mereka, di sisi kanan jalan ada hutan. Aurora memilih turun di sini.
"Pak, saya turun disini saja."
Dia membayar dengan uang seratus ribuan itu, yang hanya dia miliki satu-satunya. Sisanya tinggal kembaliannya saja. Pasar masih sedikit di depan. Aurora memilih untuk jalan. Aurora melihat hutannya. Kadang hutang yang ditakuti orang malah membuat Aurora tenang. Dia sepanjang jalan menikmati pemandangan hutan itu. Hutan yang masih rimbun dipinggiran kota yang basah.
"Tuan, ada manusia sendirian. Apa dia bisa jadi mangsa kita?"
Berdampingan dengan dunia manusia. Mereka nampak seperti manusia. Tapi sebenarnya bukan. Mereka seorang werewolf, manusia setengah serigala. Mereka sedang berjalan-jalan di hutan untuk mencari mangsa. Ada tiga orang, yang satu yang berdiri di tengah itu yang dipanggil tuan. Dia seperti ketuanya.
"Iya. Cantik, bau dagingnya manis."
Namanya Gabriel, dia gagah dan tampan dalam bentuk manusia. Tapi ketika dia sudah berubah menjadi werewolf, dia bisa sangat menyeramkan, tinggi besar, apalagi kalau dia sedang marah. Dia yang paling menakutkan dari ketiganya.
"Ayo kita tangkap."
Aurora sudah jalan cukup jauh dari angkot. Dia tak sengaja masuk hutan karena ingin melihat lebih dalam. Dia menandai setiap pohon yang dia lewati dengan lipstik yang dia bawa. Tapi kemudian ada yang menyekap dia.
"Tolongggg..."
Aurora berusaha keras berteriak. Berharap ada kendaraan atau orang yang lewat mendengar. Tapi tenaga dan tangan kekar yang membekap dia lebih kuat hingga membuat Aurora kehabisan nafas dan pingsan.
"Biar aku yang bawa dia ke istana."
Gabriel membawa Aurora. Dia suka bau daging Aurora. Entah kenapa ada aroma khas tersendiri, wangi yang berbeda. Sementara keduanya kembali keliling untuk mencari mangsa.
Gabriel membawa Aurora ke kastil tuanya di dalam hutan. Dia membawa aurora ke kamarnya sendiri. Dia melucuti semua pakaian Aurora yang sedang pingsan. Tadinya dia ingin segera menyobek setiap daging Aurora. Tapi entah kenapa Gabriel malah terdiam memandangi betapa cantik dan indah manusia perempuan di hadapan dia itu. Gabriel diam sejenak memandang Aurora. Dia berubah menjadi manusia serigala.
"Siapa kamu? Apa sebenarnya kamu?"
Sampai akhirnya Aurora membuka mata. Dia menatap Gabriel yang masih berwujud manusia serigala. Dia malah tersenyum melihat Gabriel yang berwujud serigala.
"Kalau kamu mau menghabisi saya sekarang. Tolong habisi saya dengan cepat. Saya juga sudah lelah dengan hidup."
Aurora tanpa takut malah mengusap wajah Gabriel yang masih berbentuk serigala. Gabriel heran dengan manusia satu ini, biasanya mereka menangis dan memohon agar tetap hidup. Kenapa dia berbeda. Aurora malah yang memeluk Gabriel. Gabriel terbawa suasana. Dia malah ingin melakukan lebih kepada Aurora. Dia mendengus menciumi leher Aurora. Aurora sangat nikmat. Tanpa mereka sadari, mereka melakukan hubungan. Gabriel perlahan berubah menjadi laki-laki yang tampan. Seharusnya dia tak boleh menunjukkan wujud aslinya kepada manusia. Tapi dia lupa seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
IndraAsya
👣👣👣 jejak 💪💪💪😘😘😘
2023-03-14
2
sella surya amanda
lanjut
2022-12-03
2